BLANTERORBITv102

    KESETIAAN ABU BAKAR DAN ULAR PUN MERINDUKAN WAJAH RASULULLAH SAQ.

    Senin, 22 Februari 2021



    Oleh Muhammad Yusuf 

    Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar

    Samata-Gowa, 23/02/2021


    Prolog

    Tulisan ini merupakan lanjutan dari dua tulisan sebelumnya tentang Abu Bakar. Bagaimana kesetiaan Abu Bakar sebagai sahabat Rasulullah Saw? Ini tidak bermaksud untuk menakar kesetiaan Abu Bakar sebagai sahabat Rasulullah Saw. Ini dimaksudkan untuk mengaktifkan kesadaran bahwa kesetiaan tidak memerlukan syarat, dan hal itu bisa dijumpai pada sikap Abu Bakar terhadap Rasulullah Saw..

    Pada titik tertentu, Anda harus menyadari bahwa beberapa orang dapat tetap tinggal di hatimu tetapi tidak dalam hidupmu. Di saat Anda bahagia dia tinggal bersamamu. Atau, perhatikan orang-orang yang bahagia karena kebahagiaanmu dan sedih atas kesedihanmu. Merekalah yang pantas mendapat tempat khusus di hatimu. Saat kamu terjatuh maka dia menolongmu dengan kedua tangannya tanpa syarat.

    Anda mungkin punya banyak teman atau followers. Apalagi Anda yang aktif bermedia sosial. Status Anda banyak me-like, men-share, men-suscribe, dan men-follow. Mereka itu adalah teman-teman Anda versi media sosial. Wajar jika Anda harga mereka. Namun, ada satu atau beberapa orang yang diam-dia mendoakan untuk kebaikan Anda. Mereka selalu siaga menolong Anda saat terjatuh atau mengambil tisu saat Anda menangis, dan menolong Anda tanpa syarat. Mereka itulah sahabat Anda yang sesungguhnya. Abu Bakar adalah contoh sahabat sejati Rasulullah Saw. 

    Masuk ke Gua Tsur

    Letak Gua Tsur kira-kira 6 kilometer ke arah selatan dari kediaman Rasulullah saat itu, -kini Masjidil Haram-. Tinggi gunung ini kurang lebih lima ribu kaki atau 1.400 meter. Nabi Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di tempat itu selama 3 hari.

    Suatu ketika Rasulullah Saw. dikejar oleh kaum Quraisy yang berniat membunuhnya. Lalu beliau meninggalkan Kota Makkah diikuti oleh sahabatnya Abu Bakar. Rasulullah dan Abu bakar pun bersembunyi di Gua Tsur di Bukit Tsur. Sebelum beliau memasuki gua, Abu Bakar sebagai orang gurun mengerti bahwa tidak ada lubang bebatuan di gunung yang kosong. Pasti ada ular berbisa di dalam lubang itu.

    Sayidina Abu Bakar lalu masuk ke dalam gua, lalu menemukan lubang di sana. Beliau buka sandalnya, ditaruhnya kaki kanannya di mulut lubang itu agar Rasulullah terhindari dari serangan ular berbisa. Kemudian Abu Bakar mempersilakan Rasulullah Saw. masuk ke dalam gua tersebut. Rasulullah Saw. kemudian masuk dan berbaring di paha Abu Bakar. Namun, akhirnya benar, kaki Abu Bakar digigit oleh ular berbisa.

    Rasulullah Tertidur, Abu Bakar Digigit Ular

    Rupanya Rasulullah terkena angin sepoi-sepoi pagi dalam keadaan kelelahan. Beliau lalu tertidur. Ketika Beliau tertidur, ketika itu pulalah Abu Bakar berusaha sekuat tenaga menahan bisa ular yang sudah mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Abu Bakar berkeringat, dan diriwayatkan bahwa keringatnya sudah berisi darah. Tetesan keringat Abu Bakar lalu tak sengaja mengenai Rasulullah.

    "Wahai Abu Bakar, Apakah Anda menangis?” tanya Rasulullah kepada Abu Bakar.

    "Tidak,” jawab Abu Bakar, “kakiku digigit ular."

    Lalu ditariknya kaki Abu Bakar dari lubang itu, maka kemudian Rasulullah Saw. berkata pada ular, "Hai, tahukah kamu, hai ular? Jangankan daging atau kulit Abu Bakar, rambut Abu Bakar pun haram kau makan.”

    Rupanya dialog Rasulullah Saw. dengan ular itu merupakan mukjizat sehingga Abu Bakar mampu mendengar dan memahami percakapan beliau dengan l ular berbisa itu.

    Ular pun Merindukan Rasulullah Saw.

    Ular tersebut menjawab, Ya, saya mengerti engkau, bahkan sejak ribuan tahun yang lalu ketika Allah mengatakan ‘Barang siapa memandang kekasih-Ku, Muhammad, fi ainil mahabbah atau dengan mata kecintaan. Aku anggap cukup untuk menggelar dia ke surga,” kata ular.

    Ular pun berdoa memohon kepada Allah, “Ya Rabb, beri aku kesempatan yang begitu cemerlang dan indah. “Aku (ular) ingin memandang wajah kekasih-Mu fi ainal mahabbah,” lanjut ular.

    Apa kata Allah? "Silahkan pergi ke Jabal Tsur, tunggu di sana. Kekasih-Ku akan datang pada waktunya," jawab Allah. Ular pun ke Jabal Tsur menanti sampai suatu ketika kekasih Allah itu datang.

    “Ribuan tahun aku menunggu disini. Aku digodok oleh kerinduan untuk jumpa engkau, Muhammad. Tapi sekarang ditutup oleh kaki Abu Bakar, maka kugigitlah dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin ketemu engkau, Wahai Muhammad."

    “Lihatlah ini. Lihatlah wajahku,” kata Rasulullah Saw.

    Tanpa menunggu waktu, segera Rasulullah meraih pergelangan kaki Abu Bakar. Dengan mengagungkan nama Allah SWT. Lalu, Rasulullah mengusap bekas gigitan ular berbisa itu dengan ludahnya. Dalam sekejap rasa sakit itu hilang tak berbekas.

    Kini Gua Tsur kembali dalam kesunyian. Abu Bakar yang gantian beristirahat dan Rasulullah berjaga. Keberadaan bukit Tsur menjadi bagian dari catatan sejarah hijrahnya Rasulullah Saw. bersama Abu Bakar.

    Hikmah

    Terdapat beberapa hikmah di balik kisah kesetiaan Abu Bakar kepada Rasulullah Saw. Pertama,  sahabat itu setia mendampingi saat Anda sedang menghadapi masalah. Orang bojak berkata' "sahabat sejati bukan orang yang membuat masalahmu menghilang. Mereka adalah orang yang tidak akan menghilang di saat kamu menghadapi masalah." Sepasang tangan yang menarikmu di kala Anda terjatuh lebih harus Anda percayai daripada seribu tangan yang menyambutmu di kala tiba di puncak kesuksesan.

    Kedua, untuk megenali antara temanmu dengan sahabatmu adalah ketika Anda sedang dalam keadaan sulit. Orang yang sebatas teman, di saat roda kehidupan sedang berada di bawah, teman-teman yang dulu menyertaimu diam-diam mengundurkan diri satu persatu.Tapi sahabat Anda justru bersikap berbeda. Mereka yang justru melebarkan kasur empuk dari bawah berupa pelukan  agar jatuh mu tidak terlalu sakit. Karena bagi sahabat, penderitaan tak boleh dirasakan oleh satu orang saja, namun harus dijadikan santapan bersama-sama. Itulah sahabat.

    Ketiga, Seekor ular pun ribuan tahun menanti hanya untuk menatap wajah kekasih Allah, Rasulullah Saw. Sang pembawa rahmat untuk alam semesta (rahmatan Lil 'alamin). Bagaimana kita umatnya? Kerinduan untuk memandang wajah Sang Pemberi syafaat. Semoga Allah Allah Swt. memberi kesempatan bersama beliau dan memandang wajah serta.memperoleh syafaatnya di hari akhirat kelak Allahumma shalli'ala sayyidina Muhammad wa ala Alihi wa ashabihi wabarik wasall.

    Salam!