Oleh Muhammad Yusuf
Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar
Samata, 23/02/2021
Catatan Awal
Catatan ini mengangkat pesan dari pidato perdana Umar bin Khattab pasca wafatnya Abu Bakar. Setiap Khalifah mempunyai karakteristik masing-masing. Seperti biasanya، Rasulullah Saw. terbiasa memuji sahabat beliau atas keistimewaan yang dimiliki. Umar termasuk Sahabat yang memiliki keistimewaan di mata Rasulullah Saw.
Seperti sahabat yang lain, Umar bin Khattab juga memiliki keistimewaan-keiistimewaan yang tersendiri. Beliau terkenal keras, tetapi juga memiliki sifat yang lembut. Umar mampu menempatkan kedua sifat itu pada tempatnya. Beliau memandang jabatan itu sepenuhnya adalah amanah, bukan kehormatan. Beliau membuka kesempatan untuk dikritik bila beliau salah.
Pidato Pertama Umar bin Khattab
Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat pada 21 Jumadil Akhir tahun ke-13 hijrah atau 22 Agustus 634 Masehi, Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah ke-2. Di hari ketiga pengangkatan, Umar menyampaikan pidato pertamanya.
Dari isi pidatonya, tergambar bagaimana takutnya memikul beban tanggung jawab sebagai seorang pemimpin ketika itu. Bahkan, bukan saat itu saja Umar ketika itu disampaikan. Sesaat setelah Abu Bakar dimakamkan, Umar sudah merasakan ketakutan itu.
"Wahai Khalifatullah! Sepeninggalmu, sungguh ini suatu beban yang sangat berat yang harus kami pikul. Sungguh engkau tak tertandingi, bagaimana pula hendak menyusulmu," Kata Umar sesaat setelah Abu Bakar Asd Siddiq dimakamkan.
Menurut riwayat, terpilihnya Umar bin Khattab sebagai khalifah ke-2 berdasarkan keputusan Abu Bakar. Sebelum meninggal Abu Bakar menunjuk Umar sebagai gantinya. Keputusan tersebut bahkan telah tertulis dalam wasiat yang ditulis oleh Utsman bin Affan.
Berikut ini isi pidato Umar bin Khattab ketika diangkat menjadi khalifah seperti dikutip dari buku, Biografi Umar bin Khattab karya Muhammad Husain Haekal. Ada tiga poin dalam pidato Umar.
1. Keras tapi Lembut
Saat Umar terpilih menjadi pengganti khalifah setelah Abu Bakar, sebagian besar masyarakat Madinah rupanya khawatir akan dipimpin oleh seseorang yang sudah terkenal dengan sikap kerasnya. Oleh karena itu, pidato pertama Umar bin Khattab disampaikan guna menanggapi keresahan masyarakat Mekah.
"Ketahuilah saudara-saudaraku, bahwa sikap keras itu sekarang sudah mencair. Sikap itu (keras) hanya terhadap orang yang berlaku zalim dan memusuhi kaum Muslimin," kata Umar. "Tetapi buat orang yang jujur, orang yang berpegang teguh pada agama dan berlaku adil saya lebih lembut dari mereka semua," Umar melanjutkan.
Umar pun berdoa agar Allah melunakkan hati dan memberikan kekuatan di saat hatinya sedang lemah. "Ya Allah, saya ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku! Ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya kekuatan! Ya Allah, saya ini kikir, jadikanlah saya orang dermawan!"
2. Jabatan adalah Ujian dari Allah
Pidato Umar bin Khattab mengingatkan seorang pemimpin untuk tetap memiliki sikap rendah hati dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Ia sendiri bahkan menganggap bahwa jabatan ialah ujian.
"Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian. Sepeninggal sahabatku (Abu Bakar Ash-Shiddiq), sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian. Tak ada persoalan kalian yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya, dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka."
3. Saling Mendukung dan Mengingatkan antara Pemimpin dan Masyarakat
Dalam pidatonya Umar meminta masyarakat Mekah tak ragu untuk menegurnya dalam beberapa hal kalau dia salah. Bahkan Umar meminta rakyat tak ragu menuntutnya jika rakyat tak terhindar dari bencana, pasukan terperangkap ke tangan musuh.
"Bantulah saya dalam tugas saya menjalankan amar makruf nahi munkar dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat saudara-saudara sehubungan dengan tugas yang dipercayakan Allah kepada saya demi kepentingan Saudara-saudara sekalian," kata Umar menutup pidatonya.
Setelah berpidato, Umar bin Khattab turun dari mimbar dan memimpin shalat. Sejarah mencatat bahwa Khalifah kedua ini mempunyai kenangan yang monumental tentang kepemimpinan yang adil, pemimpin yang melayani, pemimpin yang sederhana namun disegani.
Catatan Akhir
Karakter Umar memang termasuk unik. Kelihaian beliau yang lembut dan keras serta kemampuannya menempatkan pada tempatnya menjadikan ia menjadikannya berwibawa. Ia selalu memandang bahwa jabatan adalah titipan atau amanah dari Allah. Ia bukan tipologi pemimpin yang anti kritik. Ia malah meminta rakyat untuk bersikap kritis terhadap kepemimpinan beliau.
Kepemimpinan yang adil, melayani, sederhana, dan disegani terhimpun pada karakter kepemimpinan beliau. Beliau banyak melakukan terobosan ijtihad untuk pengembangan dakwah. Ketakutan beliau kepada Allah dalam mengemban amanah tidak membuatnya menjadi kaku. Justeru, sebaliknya, beliau banyak melakukan terobosan kreatif demi mewujudkan tanggung jawabnya sebagai Khalifah.
0 komentar