BLANTERORBITv102

    lLMU HUMANIORA DI ERA AI: PERAN, TANTANGAN, DAN PELUANG

    Senin, 21 Juli 2025

     Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.


    PROLOG

    Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI), dunia mengalami transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan. Dari otomasi industri hingga revolusi dalam bidang kesehatan dan pendidikan, AI telah menjadi kekuatan utama yang membentuk masa depan. Namun, dalam arus deras teknologi ini, peran ilmu humaniora justru menjadi semakin penting. Ilmu humaniora—yang mencakup filsafat, sejarah, sastra, bahasa, seni, dan ilmu budaya—menawarkan perspektif kritis dan reflektif yang sangat dibutuhkan untuk memahami serta mengarahkan penggunaan teknologi secara etis dan manusiawi.

    PERAN ILMU HUMANIORA DI ERA AI

    Ilmu humaniora dipandang sebagai ilmu yang menguraikan tentang manusia dan perannya khususnya di era teknologi kecerdasan buatan. Peran- peran yang dimaksud, diantaranya, sebagaimana tercatat sebagai berikut 

    1. Etika dan Filsafat Teknologi

    Salah satu peran krusial ilmu humaniora adalah dalam membentuk kerangka etika dalam pengembangan dan penerapan AI. Apakah adil jika algoritma menentukan nasib seseorang dalam seleksi kerja? Bagaimana kita memastikan bahwa AI tidak memperkuat bias sosial yang sudah ada? Filsafat moral dan etika teknologi membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan menempatkan manusia sebagai pusat pertimbangan.

    2. Pemaknaan dan Narasi Kemanusiaan

    AI mampu menganalisis data dalam jumlah besar, tetapi tidak memiliki kesadaran akan makna, konteks sejarah, dan nilai-nilai budaya. Di sinilah peran ilmu humaniora penting: untuk menafsirkan hasil-hasil teknologi dalam kerangka narasi kemanusiaan yang lebih luas.

    3. Interdisiplin dan Inovasi Sosial

    Kolaborasi antara ilmu humaniora dan ilmu komputer telah melahirkan bidang-bidang baru seperti digital humanities, AI ethics, dan human-centered design. Para humanis dapat bekerjasama dengan insinyur dan ilmuwan data untuk menciptakan solusi teknologi yang inklusif dan berorientasi pada manusia.

    TANTANGAN

    Eksistensi ilmu humaniora menghadapi tantangan yang dinamis menunjukkan bahwa ilmu-ilmu humaniora perlu dilakukan rekonstruksi untuk mengakomodir kebutuhan. 

    1. Marjinalisasi Ilmu Humaniora

    Di tengah dominasi STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), ilmu humaniora kerap dianggap kurang relevan atau tidak "produktif" secara ekonomi. Hal ini berdampak pada minimnya pendanaan, perhatian, dan penghargaan terhadap penelitian di bidang humaniora.

    2.!Kesenjangan Literasi Teknologi

    Banyak akademisi humaniora masih menghadapi kesenjangan dalam literasi digital dan pemahaman terhadap teknologi AI. Hal ini membatasi kontribusi mereka dalam diskursus dan kolaborasi lintas disiplin.

    3. Kompleksitas Interdisipliner

    Menggabungkan pendekatan humanistik dengan metodologi komputasional bukan hal yang mudah. Perbedaan bahasa akademik, paradigma riset, dan nilai epistemologis seringkali menjadi penghalang kolaborasi.

    PELUANG

    Disamping terdapat banyak tantangan yang mi dihadapi, juga terdapat peluang yang seharusnya dimanfaatkan untuk menyelaraskan antara tuntutan dan tantangan. Peluang-peluang yang terbuka mestinya dapat dimanfaatkan, yaitu:

    1. Pendidikan Multidisipliner

    Kurikulum yang mengintegrasikan ilmu humaniora dan teknologi dapat melahirkan generasi baru yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial, historis, dan etis. Inilah yang dibutuhkan di masa depan.

    2. Peran Strategis dalam Kebijakan Publik

    Para sarjana humaniora dapat berkontribusi dalam merancang kebijakan publik terkait AI, mulai dari perlindungan data, privasi, hingga tanggung jawab sosial perusahaan teknologi.

    3. Pengembangan AI yang Humanis

    Ilmu humaniora dapat mendorong pengembangan AI yang tidak hanya efisien, tetapi juga empatik dan adil. Dengan keterlibatan aktif humaniora, kita dapat menciptakan teknologi yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan.

    PENUTUP

    Alih-alih tergeser, ilmu humaniora justru memiliki peran vital di era AI. Dunia yang semakin kompleks dan terdigitalisasi membutuhkan bukan hanya kecerdasan teknis, tetapi juga kebijaksanaan humanistik. Menggabungkan kekuatan teknologi dengan kedalaman pemahaman budaya dan etika adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Berdasarkan itu, sudah saatnya ilmu humaniora kembali menempati panggung utama dalam percakapan global tentang masa depan manusia di tengah revolusi AI.