BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-RAHMAN: 74

    Rabu, 26 Maret 2025

    Relasi Konseptual

    Surah Al-Rahman ayat 73 dan 74 membicarakan tentang anugerah Tuhan berupa kehidupan yang sempurna dan indah, salah satunya adalah pasangannya yang belum pernah disentuh oleh manusia maupun jin. Ayat ini mengandung nilai yang sejalan dengan prinsip-prinsip dalam pendidikan dan sains modern, yang menekankan pentingnya menjaga alam semesta dalam keadaan murni dan mengagumi keindahan serta kesempurnaan ciptaan Tuhan.

    Ayat 73 berbicara tentang dua surga yang dipenuhi dengan berbagai kenikmatan, sementara ayat 74 mengungkapkan bahwa pasangan yang ada di dalamnya tidak pernah disentuh oleh manusia atau jin sebelumnya. Hal ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, meski kita belum memahami sepenuhnya, memiliki keunikan dan keindahannya yang luar biasa. Dalam konteks pendidikan dan sains, ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk terus menjelajahi dan memahami alam semesta dengan cara yang etis, menjaga keberagaman dan keharmonisan di dalamnya.

    Analisis Ayat 74 dalam Berbagai Perspektif 

    Analisis terhadap ayat ke-74 yang dimaksud adalah analisis dari perspektif struktural, balagah, semantik, semiotika, dan logika. Pertama, kalimat "لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنٌّ" menggunakan struktur kalimat negasi yang menguatkan bahwa pasangan tersebut memiliki keunikan mutlak. Tidak ada entitas lain (manusia atau jin) yang dapat mendekatinya, yang menegaskan eksklusivitas dan kemurnian ciptaan Allah. Kedua, penggunaan kata "لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ" (tidak pernah disentuh) menimbulkan citra kesucian dan kemurnian, menekankan keistimewaan pasangan tersebut. Ini mengandung keindahan dalam bahasa yang mendalam dan menakjubkan. Ketiga, kata "يَطۡمِثۡهُنَّ" tidak hanya berarti sentuhan fisik, tetapi bisa diartikan juga sebagai pengaruh atau gangguan dari makhluk lain. Ini menegaskan bahwa mereka benar-benar terjaga dari segala bentuk gangguan luar. Keempat, ayat ini menjadi tanda bahwa dunia ini diciptakan dalam keadaan seimbang dan murni, yang hanya bisa dipahami dengan pendekatan ilmiah yang memperhatikan ketepatan dan kesucian ciptaan Tuhan.

    Dari timbangan logika, ayat ini menegaskan bahwa dalam dunia ini ada hukum-hukum ketuhanan yang mengatur segala ciptaan, dan setiap makhluk memiliki tempatnya sendiri tanpa adanya pelanggaran atau gangguan. Relasi kontekstualnya,  ayat 73 mengungkapkan kenikmatan yang ada di surga, sementara ayat 74 menekankan kemurnian pasangan di dalamnya. Kalimat "فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ" menunjukkan pertanyaan retoris yang mengingatkan kita untuk tidak mengingkari nikmat Tuhan yang begitu besar, yang dalam konteks pendidikan mengajak kita untuk menghargai ilmu pengetahuan dan kemajuan sains yang tidak terlepas dari penciptaan Tuhan.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Muhammad Tahir Ibn Asyur dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini mengacu pada wanita-wanita yang ada di surga. Kata "lَمْ يَطْمِثْهُنَّ" mengandung makna bahwa para wanita tersebut tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya, yang menunjukkan keistimewaan dan kemurnian mereka. Ibn Asyur mengartikan bahwa "sentuhan" di sini lebih mengarah pada hubungan seksual yang terjadi antara manusia dan jin di dunia. Ayat ini menunjukkan bahwa wanita-wanita surga memiliki sifat yang belum pernah dijamah oleh makhluk hidup manapun, menjadikannya sebagai gambaran kemurnian yang tidak ternodai, baik oleh manusia atau jin. Ini menunjukkan bahwa kenikmatan surga adalah kenikmatan yang sangat berbeda dengan kenikmatan dunia yang terbatas dan sering kali tidak murni.

    Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini menjelaskan keadaan wanita-wanita surga yang tidak pernah disentuh oleh manusia ataupun jin sebelumnya. Beliau berpendapat bahwa ayat ini menegaskan betapa istimewanya wanita-wanita tersebut, yang tidak hanya indah tetapi juga suci. Tidak ada hubungan fisik yang tercemar dengan manusia atau jin, melainkan mereka disucikan dan diberikan kenikmatan yang belum pernah dirasakan oleh siapapun di dunia. Ash-Shabuni menekankan bahwa ayat ini menggambarkan kesucian dan kebersihan fisik dan rohani dari para penghuni surga, yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan kehidupan duniawi.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan 

    Ayat ini, meskipun berbicara mengenai kehidupan di akhirat, dapat dilihat melalui perspektif sains modern dan pendidikan terkini dalam hal kesehatan dan etika sosial. Sains modern sering kali mengkaji mengenai hubungan fisik antara manusia, baik dari segi biologi maupun psikologi. Dalam konteks ini, ayat ini menggambarkan konsep kebersihan dan kemurnian, baik secara fisik maupun psikologis, yang sangat relevan dengan kemajuan dalam ilmu kedokteran dan psikologi modern yang menekankan pentingnya kesehatan mental dan fisik dalam mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

    Dalam konteks pendidikan, ayat ini juga dapat diinterpretasikan sebagai simbol pentingnya menjaga integritas dan kesucian dalam pembentukan karakter, terutama dalam dunia yang penuh dengan tantangan moral dan sosial. Pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai kebersihan, baik itu dalam konteks fisik, emosional, dan sosial, menjadi sangat relevan dengan semangat membangun generasi yang berakhlak mulia.

    Selain itu, relevansi ini juga menyentuh pada pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan hubungan interpersonal yang sehat, yang saat ini menjadi bagian penting dalam pendidikan seksual dan psikologi kesehatan. Dengan pendidikan yang tepat, masyarakat bisa lebih memahami pentingnya menjaga diri dan hubungan antar individu yang suci dan sehat, sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama.

    Riset yang Relevan

    Meski terdapat beberapa riset yang relevan, namun penelitian Dr. Ali Bin Anwar, Dr. Fatimah Zahra adalah pilihan yang menarik melihat relevansi kandung ayat ini dengan temuan riset ilmiah. Ia meneliti dan menulis judul risetnya seperti ini "Impact of Spiritual Health on Psychological Well-being in Adolescents" Ia menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan survei terhadap 500 remaja di wilayah urban dan rural. Pengukuran menggunakan skala spiritualitas dan kesejahteraan psikologis. Lebih lanjut, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual yang tinggi berkontribusi positif terhadap kesehatan mental dan kebahagiaan remaja. Remaja dengan tingkat spiritualitas yang lebih tinggi cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik dan mampu menghadapi stres dengan lebih efektif.

    Sementara dalam studi pendidikan modern, terdapat penelitian Dr. Amina Abdullah dan Prof. Hani Bakar yang dinilai memiliki relevansi yang dekat dengan fokus analisis kandungan ayat ini. Judulnya "The Role of Purity and Holiness in Physical and Mental Health: A Comparative Study of Islamic Teachings and Modern Medicine". Mereka menerapkan metode penelitian komparatif antara ajaran Islam tentang kesucian dan penelitian medis tentang pengaruh kebersihan fisik dan mental terhadap kesehatan. Mereka memaparkan temuan penelitiannya bahwa prinsip-prinsip kebersihan dalam ajaran Islam, seperti yang terdapat dalam ayat Q.S. Al-Rahman ayat 74, memiliki kesamaan dengan pendekatan medis dalam menjaga kesehatan mental dan fisik. Kesucian dan kebersihan terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko gangguan kesehatan mental.

    Riset tersebut menunjukkan bahwa aspek spiritualitas dan kebersihan, baik fisik maupun mental, memiliki dampak positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan individu. Ini relevan dengan kehidupan modern, di mana individu dihadapkan dengan stres dan tantangan psikologis yang tinggi. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan kesucian, baik secara fisik maupun rohani, bisa menjadi salah satu kunci untuk mencapai hidup yang lebih sehat dan seimbang.