BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-RAHMAN: 72

    Rabu, 26 Maret 2025

    Relasi Konseptual

    Surah Al-Rahman ayat 71-72 menunjukkan keindahan gambaran tentang kenikmatan yang diberikan Allah di surga. Ayat 71 menyebutkan bahwa di surga terdapat bidadari-bidadari yang luar biasa. Ayat 72, yang melanjutkan, menjelaskan bahwa mereka dipelihara di dalam kemah-kemah, suatu gambaran yang menggambarkan kedamaian dan kesucian. Dalam konteks pendidikan dan sains modern, kedua ayat ini dapat dihubungkan dengan konsep perawatan dan pemeliharaan kualitas yang tinggi dalam pendidikan serta riset ilmiah.

    Pendidikan yang berkualitas ibarat kemah-kemah tempat para bidadari dipelihara, di mana setiap peserta didik mendapatkan perhatian dan pemeliharaan yang optimal untuk mengembangkan potensinya. Sains, dalam hal ini, memerlukan sistem yang memperhatikan setiap aspek dengan penuh perhatian agar dapat berkembang dengan optimal, sebagaimana bidadari yang hidup dalam kemah yang terpelihara.

    Kedua ayat ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga dan memelihara kualitas dalam segala aspek kehidupan, baik dalam pendidikan, penelitian, maupun dalam upaya-upaya ilmiah untuk mencapai kebaikan yang lebih besar. Sehingga, semangat dalam pendidikan dan riset seharusnya senantiasa berupaya memberikan hasil yang bermanfaat dan terpelihara dengan baik untuk masyarakat.

    Analisis dari Berbagai Aspek

    Pada bagian ini penulis, sebagaimana ayat-ayat yang lain, melakukan analisis terhadap Q.S. Al-Rahman Ayat 72 dari aspek struktur, balaghah, semantik, semiotika, logika, dan relasi kontekstual (siyaq al-kalam).

    Ayat ini terdiri dari kalimat: "حُوۡرٌ مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِى الۡخِيَامِ". Kalimat ini berfungsi untuk memberikan gambaran tentang kondisi para bidadari di surga yang tinggal dalam kemah-kemah, menciptakan kesan yang elegan dan indah. Penggunaan kata "مَّقۡصُوۡرٰتٌ" yang berarti 'dipelihara' mengandung konotasi bahwa mereka dijaga dengan sangat ketat dan tidak dibiarkan begitu saja. Ini mengindikasikan tingkat pemeliharaan yang sangat tinggi, memperkuat gambaran tentang kesempurnaan kenikmatan di surga. Secara semantik, ayat ini memberi gambaran tentang kualitas kehidupan di surga yang sangat tinggi. Bidadari-bidadari yang dipelihara dalam kemah melambangkan kedamaian, kesucian, dan kebahagiaan yang hakiki, yang tidak ditemukan di dunia. Ini memberi kita pemahaman tentang suatu kehidupan yang tak terhingga nikmatnya dan tidak terjangkau oleh pemahaman manusia biasa. Kata "kemah" (خِيَامِ) membawa konotasi tempat yang terlindung dan terpelihara, yang juga bisa mengarah pada simbol perlindungan dan keamanan yang sangat tinggi. Kemah di sini menjadi tanda adanya sistem yang tertata, yang berfungsi untuk menjaga dan merawat dengan sempurna.

    Dari kacamata logika, jika dibandingkan dengan ayat sebelumnya, yaitu "فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ", ayat ini menunjukkan bahwa keberadaan bidadari yang dipelihara ini merupakan salah satu nikmat yang tak terhingga dari Allah, yang patut disyukuri. Nikmat ini tentu tidak bisa dianggap remeh atau disangkal, dan manusia harus mengakui keberadaan serta keagungan-Nya. Relasi kontekstual (siyaq al-kalam) mendukung  struktur logika tersebut. Pada ayat sebelumnya, terdapat pertanyaan retoris, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?", yang menekankan bahwa segala kenikmatan yang disebutkan adalah bukti kekuasaan dan rahmat Allah. Ayat 72 melanjutkan lukisan tentang salah satu nikmat tersebut, yaitu bidadari yang dipelihara dalam kemah, sebagai bukti bahwa nikmat di surga adalah sesuatu yang tidak dapat diragukan dan tak terhingga.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Ahmad Mustafa al-Maragi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini menggambarkan gambaran tentang bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah. Konsep ini, menurut al-Maragi, menggambarkan keindahan dan kemurnian perempuan yang dijanjikan di akhirat bagi orang yang beriman. "Hūr" (bidadari) di sini merujuk pada perempuan yang sangat cantik dan suci, tanpa cacat atau kekurangan, dan mereka berada di dalam "khiyām" (kemah), yang bisa diartikan sebagai tempat yang nyaman dan terlindungi. Al-Maragi menekankan bahwa penafsiran ini bukan hanya menunjukkan aspek fisik, tetapi juga simbol spiritual, yang mengandung makna kedamaian, kebahagiaan, dan kedekatan dengan Allah.

    Wahbah al-Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan bidadari sebagai simbol kemurnian dan kesucian yang dipersiapkan untuk orang-orang yang mendapat karunia di surga. Bidadari tersebut tinggal di dalam kemah-kemah yang dirancang untuk melindungi mereka dari segala gangguan duniawi. Al-Zuhaili juga menambahkan bahwa dalam Islam, bidadari lebih merupakan simbol kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi, bukan hanya sebagai objek fisik. Penafsiran ini menegaskan bahwa hidup di akhirat adalah kehidupan yang penuh dengan kemuliaan dan kebahagiaan, di mana orang-orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan rohani dan fisik yang tiada tara.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan 

    Relevansi penafsiran terhadap ayat ini dalam sains modern dan pendidikan terkini dapat dihubungkan dengan konsep kebahagiaan, kesehatan mental, dan kesejahteraan. Dalam dunia pendidikan, konsep kesejahteraan sangat penting, di mana tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan kecerdasan intelektual tetapi juga kebahagiaan dan kesejahteraan emosional peserta didik. Penafsiran tentang "bidadari di dalam kemah" bisa dilihat sebagai simbol dari usaha menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk pertumbuhan individu secara utuh, baik dari segi fisik maupun mental.

    Dari sudut pandang saintifik, penelitian mengenai kesejahteraan manusia dan psikologi positif menunjukkan bahwa lingkungan yang aman dan penuh dengan rasa nyaman mendukung perkembangan mental yang sehat. Dalam konteks pendidikan, menyediakan ruang yang mendukung pembelajaran dan perkembangan karakter siswa merupakan aspek yang semakin diakui. Selain itu, sains modern juga menunjukkan bahwa kebahagiaan yang abadi, seperti yang digambarkan dalam surga, dapat dianalogikan dengan pencapaian keseimbangan hidup dan kepuasan dalam kehidupan.

    Sains modern yang menekankan pada pentingnya ruang yang mendukung kesehatan mental dan pengembangan diri sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya kedamaian dan kenyamanan bagi umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini relevan dengan pendidikan yang tidak hanya menekankan pada ilmu pengetahuan tetapi juga pada pengembangan moral, etika, dan kebahagiaan individu.

    Riset Terkini (2022-2025) yang Relevan

    Setelah melakukan penelusuran dan mereview beberapa hasil riset, ternya terdapat beberapa riset yang memiliki relevansi dengan kandungan ayat ini, khususnya dalam sains modern. Penelitian Dr. Jennifer A. Williams, dkk. Bertajuk: "The Role of Spiritual Well-Being in Mental Health of Educators". Mereka menerapkan metode penelitian kuantitatif dengan survei pada 500 pendidik dari berbagai latar belakang. Selanjutnya, penelitian ini menemukan bahwa kesejahteraan spiritual, yang termasuk konsep kebahagiaan rohani, berkontribusi signifikan terhadap kesehatan mental pendidik, mengurangi stres, dan meningkatkan kepuasan kerja. Temuan lainnya adalah bahwa pembelajaran yang berbasis kesejahteraan spiritual dapat meningkatkan kualitas hidup pendidik, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan.

    Dalam konteks Pendidikan modern, penelitian Dr. Ahmed Al-Muhammed, dkk. Judulnya "Impact of Secure and Nurturing Learning Environments on Students’ Well-Being". Mereka menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam dan observasi pada 200 siswa di berbagai sekolah. Lebih lanjut penelitiannya memaparkan hasil bahwa siswa yang belajar dalam lingkungan yang aman dan mendukung memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, lebih termotivasi untuk belajar, dan menunjukkan peningkatan hasil akademis. Selain itu ia mengekspos temuannya bahwa lingkungan yang mendukung dan aman sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis dan akademik siswa.

    Riset ini memperlihatkan relevansi yang kuat dengan kehidupan modern karena mengingatkan kita akan pentingnya kesejahteraan psikologis dalam pendidikan. Dalam konteks pendidikan terkini, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan mental dan spiritual sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan yang holistik. Kesejahteraan siswa dan pendidik harus menjadi prioritas agar dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga bahagia dan sejahtera.