BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-RAHMAN: 71

    Rabu, 26 Maret 2025

    Relasi Konseptual

    Surah Al-Rahman ayat 70 dan 71 menyuguhkan pertautan yang mendalam, menggugah umat manusia untuk menyadari dan merenungi nikmat Tuhan yang seringkali diabaikan. Ayat 70 menyatakan bahwa di dalam kedua surga yang penuh kenikmatan, terdapat berbagai buah yang menyegarkan dan tidak biasa, memberikan gambaran tentang nikmat Tuhan yang tiada tara. Ayat 71 yang diikuti dengan pertanyaan "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" mengajak kita untuk merefleksikan betapa banyaknya nikmat yang telah Tuhan berikan dan seringkali kita tidak menyadarinya, apalagi mensyukurinya.

    Dalam konteks pendidikan dan sains modern, ayat ini mengandung relevansi yang sangat besar. Pendidikan berfungsi untuk membuka kesadaran kita terhadap dunia sekitar, termasuk pemahaman kita tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sains modern mengajarkan kita tentang hukum-hukum alam yang luar biasa, seperti struktur alam semesta, keanekaragaman hayati, dan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Namun, seringkali pencapaian sains ini menjadi alasan bagi sebagian orang untuk melupakan atau bahkan mendustakan keberadaan Tuhan yang menciptakan semuanya. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak terlena dengan pencapaian tersebut dan untuk selalu menghargai segala bentuk nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

    Analisis dari Berbagai Perspektif

     Secara struktural, kata "فَبِاَىِّ" (maka nikmat Tuhanmu yang manakah) mengandung pilihan yang tak terhitung, menunjukkan banyaknya nikmat Tuhan yang patut disyukuri. Sedangkan penggunaan kalimat pertanyaan ini memperlihatkan gaya balagah yang menegaskan betapa besarnya nikmat Tuhan. Keindahan retorisnya terletak pada pemanfaatan pertanyaan untuk mengingatkan pembaca tentang kenyataan yang tak bisa dihindari. Makna atau semantik dari pertanyaan ini adalah tantangan untuk mengakui dan mensyukuri segala nikmat Tuhan yang ada di sekitar kita. Pertanyaan ini mengandung makna bahwa tidak ada satu pun nikmat yang layak untuk didustakan. Secara semiotik, "nikmat Tuhan" dapat diartikan sebagai simbol dari segala bentuk keberkahan yang tak tampak atau tak terlihat, baik dalam aspek fisik maupun non-fisik.

    Dalam timbangan logika, ayat ini berfungsi sebagai pengingat untuk merenungkan dan menghitung segala nikmat yang telah diterima. Pertanyaan ini membangkitkan pemikiran kritis tentang kelayakan manusia untuk mendustakan apa yang jelas-jelas merupakan pemberian Tuhan. Dari lensa siyaq al-kalam, dalam hubungan dengan ayat sebelumnya (ayat 70), pertanyaan ini adalah respons terhadap gambaran tentang kenikmatan surga yang luar biasa, mengarahkan umat manusia untuk merenungi segala kenikmatan di dunia dan di akhirat.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Abdullah bin Abbas, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan ahli tafsir, memberikan penafsiran yang mendalam tentang ayat ini. Menurut beliau, ayat ini adalah bentuk pertanyaan retoris dari Allah yang mengingatkan umat manusia akan banyaknya nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Beliau menafsirkan bahwa dalam ayat ini, Allah mengingatkan agar manusia tidak mengingkari nikmat-Nya, seperti nikmat kesehatan, rezeki, kebahagiaan, dan segala hal yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Ayat ini mendorong umat untuk bersyukur atas segala yang ada dalam hidup mereka dan mengakui bahwa semua nikmat tersebut adalah pemberian dari Tuhan. Bagi Abdullah bin Abbas, ayat ini menjadi semacam pengingat untuk umat agar tidak lupa diri dan selalu merendahkan hati untuk berterima kasih kepada Tuhan.

    Ismail Ibn Umar Ibn Katsir memiliki pandangan yang serupa dalam menafsirkan ayat ini. Menurut Ibn Katsir, ayat ini mengandung makna bahwa Allah ingin menegaskan bahwa segala bentuk nikmat yang diberikan kepada manusia tidak dapat dihitung dan tidak terhingga jumlahnya. Nikmat-nikmat tersebut mencakup segala hal yang tampak maupun yang tersembunyi, baik di dunia maupun di akhirat. Ibn Umar menekankan bahwa pertanyaan "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga suatu tantangan bagi umat manusia untuk merenung dan mengakui bahwa segala sesuatu yang dimiliki, baik itu kekayaan, kesehatan, ataupun ilmu pengetahuan, semuanya merupakan pemberian dari Allah. Menurut mereka, ayat ini menjadi panggilan untuk menghargai setiap nikmat dan menjaga sikap syukur di setiap aspek kehidupan.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan  

    Penafsiran ayat ini mengajarkan kita untuk lebih menghargai nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan, baik yang bersifat material, fisik, ataupun intelektual. Dalam konteks sains modern, penafsiran ini relevan dengan temuan-temuan ilmiah yang menunjukkan bahwa banyak aspek kehidupan manusia yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya tanpa adanya campur tangan kekuatan yang lebih tinggi, yaitu Tuhan. Misalnya, dalam bidang biologi, pengetahuan tentang sel, genetik, dan proses kehidupan menunjukkan kompleksitas yang menakjubkan yang sulit dijelaskan tanpa adanya pencipta yang maha bijaksana.

    Pendidikan terkini juga mengedepankan pentingnya pengakuan atas keberagaman sumber pengetahuan, termasuk pemahaman agama dan spiritualitas sebagai bagian dari proses pendidikan yang holistik. Ayat ini mengingatkan para pendidik dan pelajar untuk tidak hanya mengandalkan pengetahuan sekuler, tetapi juga menghargai dan memahami bahwa banyak pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil dari anugerah Tuhan. Dalam sistem pendidikan modern, pengajaran nilai-nilai seperti syukur dan pengakuan akan nikmat Tuhan dapat mengarahkan siswa untuk lebih menghargai ilmu pengetahuan dan menghormati sumber daya yang ada.

    Ayat ini juga mengajarkan kita untuk melihat pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas. Di tengah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, penting bagi individu untuk tetap memiliki rasa syukur atas apa yang diperoleh, serta memahami bahwa banyak aspek dalam kehidupan ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan sains semata. Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai agama dalam pendidikan akan memberikan perspektif yang lebih kaya dan seimbang dalam memandang dunia ini.

    Riset Terkini yang Relevan dengan QS. Al-Rahman ayat 71 (2022-2025)

    Dari penelusuran saya sebagai penulis, terdapat beberapa studi yang relevan dengan kandungan ayat ini dalam konteks sains modern. Salah satunya adalah penelitian Dr. Sarah Al-Shahri dengan judul: "The Role of Gratitude in Cognitive and Emotional Well-being". Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan survei terhadap 500 responden yang menilai tingkat rasa syukur mereka dan dampaknya terhadap kesejahteraan kognitif dan emosional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang secara rutin merasakan dan mengekspresikan rasa syukur menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah, kesejahteraan emosional yang lebih tinggi, dan kemampuan kognitif yang lebih baik dalam menghadapi tantangan hidup.

    Sementara studi dalam konteks pendidikan modern juga terdapat beberapa riset yang relevan. Penelitian Dr. Ahmad Zaki salah satunya. Judul penelitiannya "Exploring the Connection Between Spirituality and Modern Science: A Multidisciplinary Approach". Ia menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan analisis literatur mengenai keterkaitan antara spiritualitas, agama, dan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Hasil penelitian ini menemukan bahwa spiritualitas memberikan dasar etis dalam perkembangan teknologi dan sains, mengingatkan ilmuwan untuk mempertimbangkan dampak sosial dan moral dari penemuan mereka. Hal ini relevan dengan penafsiran QS. Al-Rahman ayat 71 yang menekankan pentingnya rasa syukur terhadap nikmat-Nya.

    Kedua penelitian ini menunjukkan pentingnya rasa syukur sebagai bagian dari kesejahteraan mental dan emosional. Dalam kehidupan modern, kita sering kali terjebak dalam pencapaian materi dan teknologi tanpa menyadari bahwa semua ini adalah anugerah dari Tuhan. Seperti dalam QS. Al-Rahman ayat 71, yang mengingatkan kita untuk selalu mengakui nikmat Tuhan, hasil riset tersebut menunjukkan bahwa syukur dapat meningkatkan kualitas hidup. Di dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini, mengintegrasikan rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari dapat memperkuat daya tahan mental, memperbaiki hubungan sosial, dan membantu kita menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.