BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-RAHMAN: 5

    Sabtu, 22 Maret 2025

    Relasi Konseptual

    Surah Al-Rahman ayat 4 menyatakan, "Dan Dia menciptakan manusia dari air (5)," yang mengingatkan kita akan asal-usul kehidupan yang sangat terkait dengan unsur alam. Kemudian, dalam ayat 5, "Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan," menunjukkan ketertiban dan keteraturan yang mengatur alam semesta. Pertautan konseptual antara ayat ini sangat erat, karena keduanya menggambarkan keteraturan ciptaan Tuhan yang luar biasa. Dalam konteks pendidikan dan sains modern, kedua ayat ini mengingatkan kita bahwa alam semesta dan kehidupan manusia tidak terjadi secara kebetulan, melainkan melalui perencanaan yang sangat cermat dan terukur.

    Pendidikan dalam konteks ini dapat membimbing kita untuk memahami bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya mencakup aspek materi atau fisik, tetapi juga mengandung dimensi spiritual yang menunjukkan keteraturan dan perhitungan dari Sang Pencipta. Sains modern, khususnya astronomi dan biologi, dapat melihat keteraturan pergerakan benda langit dan unsur-unsur alam sebagai bagian dari perhitungan dan ketetapan ilahi. Hal ini mendorong siswa dan masyarakat untuk menghargai kedua aspek tersebut dalam mencari pengetahuan, dengan mencocokkan penemuan ilmiah dengan ajaran-ajaran dalam Al-Qur'an.

    Analisis terhadap Surah Al-Rahman Ayat 5

    اَلشَّمۡسُ وَالۡقَمَرُ بِحُسۡبَانٍ

    Terjemahnya: "Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan".(5)

    Struktur ayat ini memperlihatkan keseimbangan dan ketepatan dalam penggunaan kata. "Matahari dan bulan" merupakan dua elemen besar dalam alam semesta yang selalu menjadi perhatian manusia sejak zaman dahulu. Kata "beredar" menggambarkan gerak yang teratur dan terarah, sementara "perhitungan" menunjukkan adanya pengaturan yang pasti. Kata-kata ini memiliki struktur yang menggambarkan keindahan dan keteraturan alam semesta yang berfungsi berdasarkan hukum-hukum tertentu yang tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia tanpa menggunakan akal dan ilmu pengetahuan.

    Penggunaan kata “beredar” dan “perhitungan” menambah keindahan dan kedalaman makna. “Bihusban” (perhitungan) memperlihatkan keteraturan yang sempurna dari dua benda langit yang tampak sederhana, padahal pergerakannya sangat terstruktur dan terukur. Penggunaan kata “perhitungan” juga memiliki konotasi yang mendalam bahwa tidak ada yang terjadi tanpa tujuan, dan ini menggugah manusia untuk lebih sadar akan keteraturan alam semesta yang ada. Retorika ini tidak hanya menyentuh intelektual, tetapi juga rasa keimanan dan ketundukan manusia terhadap ciptaan Tuhan.

    Ayat ini menegaskan bahwa pergerakan matahari dan bulan bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan berdasarkan perhitungan yang pasti. Kata “perhitungan” memberi makna bahwa segala sesuatu di alam semesta berjalan dengan aturan yang tak bisa disimpangkan, menggambarkan konsep ketertiban yang abadi. Ayat ini juga mengandung pengertian bahwa manusia, sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, harus mengerti dan menghargai keteraturan tersebut, serta berusaha untuk memahami alam melalui ilmu pengetahuan yang juga merupakan bagian dari rahmat Allah.

    Kata “Matahari” dan “bulan” berfungsi sebagai tanda yang menunjuk kepada dua unsur penting dalam sistem alam semesta yang sangat memengaruhi kehidupan manusia. Perkaitan keduanya menunjukkan adanya sistem tanda yang berperan dalam pemahaman manusia terhadap waktu dan kehidupan. Tanda “perhitungan” mengandung simbol bahwa alam semesta berfungsi sesuai dengan hukum alam yang merupakan representasi dari keteraturan ilahi. Semiotika ini mengajak kita untuk melihat alam bukan hanya sebagai fenomena fisik, tetapi juga sebagai tanda yang menggambarkan eksistensi Tuhan yang Maha Kuasa.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Ahmad Mustafa al-Maragi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini mengandung makna keadilan Tuhan yang tercermin dalam penciptaan alam semesta. Ia mengartikan "Al-Rahman" sebagai sifat Tuhan yang penuh kasih sayang, dan "Yakhruju minhumā" merujuk pada keberagaman hasil yang keluar dari laut, baik air tawar maupun air asin. Perbedaan ini menunjukkan kebesaran dan kesempurnaan ciptaan-Nya. Al-Maragi juga menyoroti bagaimana Allah menunjukkan kasih sayang-Nya melalui keberagaman yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, seperti makanan dan minuman yang berasal dari laut. Pesan dari ayat ini adalah bahwa manusia harus mensyukuri nikmat-Nya dan menghormati hukum-hukum-Nya.

    Menurut Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam tafsirnya, ayat ini menjelaskan tentang kekuasaan dan kasih sayang Allah yang tercermin dalam ciptaan-Nya. "Yakhruju minhumā" menandakan bahwa dari air laut yang berbeda salinitasnya, Allah menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk manusia, seperti hasil laut yang berbeda-beda. Ayat ini menunjukkan bahwa setiap ciptaan Tuhan memiliki tujuan dan fungsi tertentu untuk kesejahteraan umat manusia. Syaikh Ash-Shabuni menekankan bahwa keanekaragaman ciptaan Allah adalah manifestasi dari kasih sayang-Nya yang mengatur alam semesta dengan sempurna.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan  

    QS. Al-Rahman ayat 5 memberikan pesan yang sangat relevan dengan sains modern, terutama dalam kajian biologi dan ekologi. Penemuan bahwa air laut dapat mengandung berbagai jenis mikroorganisme dan mineral yang bermanfaat menunjukkan kesesuaian dengan konsep dalam ayat ini. Misalnya, hasil laut seperti ikan, garam, dan air laut itu sendiri yang memiliki manfaat medis dan gizi bagi manusia. Dalam ilmu ekologi, konsep keberagaman hayati yang ada di laut menunjukkan betapa terorganisirnya ciptaan Tuhan yang sejalan dengan hukum alam.

    Di bidang pendidikan, ayat ini dapat dijadikan bahan ajar yang mengajarkan pentingnya mensyukuri nikmat alam dan menjaga keberagaman serta keseimbangan ekosistem. Pendidikan ekologis yang mengajarkan pentingnya menjaga laut, serta pentingnya keberagaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia, sangat relevan dengan pesan dalam ayat ini.

    Riset Terkini yang Relevan

    Penelitian yang mempunyai relevansi yang kuat dengan kajian ini diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Muhammad Firdaus dan Tim (2023) berjudul: "Keanekaragaman Hayati Laut dan Manfaatnya bagi Kesehatan Manusia". Dari segi metode, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengambilan sampel air laut dan analisis kandungan gizi serta mikroorganisme di berbagai perairan Indonesia. Selanjutnya, penelitian ini menemukan bahwa laut Indonesia mengandung berbagai jenis mikroorganisme yang memiliki potensi sebagai sumber antibiotik alami dan bahan makanan bergizi. Hal ini memperkuat konsep bahwa laut, seperti yang diungkapkan dalam QS. Al-Rahman, menyediakan berbagai sumber daya alam yang bermanfaat bagi manusia.

    Dalam konteks pendidikan, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Dr. Hanafi Kurniawan dan Tim (2024) berjudul: "Peran Laut dalam Pemeliharaan Ekosistem dan Keberlanjutan Pangan Global". Ini sebuah studi lapangan dan analisis ekologi terkait dengan keberlanjutan ekosistem laut dan peranannya dalam sistem pangan global. Penelitian ini menunjukkan bahwa keberagaman sumber daya laut berperan besar dalam ketahanan pangan dunia, khususnya dalam sektor perikanan dan budidaya laut. Hasil ini sangat relevan dengan pesan dalam QS. Al-Rahman, di mana laut memberikan manfaat yang tak terhitung bagi umat manusia.

    Keteladanan Kasih Sayang Ilahi  

    Keteladanan kasih sayang Ilahi yang terkandung dalam QS. Al-Rahman dan hasil riset terkini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan menjaga kelestarian alam. Dalam kehidupan modern, di mana eksploitasi alam sering terjadi, penting bagi umat manusia untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Allah menunjukkan kasih sayang-Nya melalui beragam ciptaan yang memberikan manfaat, dan sebagai manusia, kita diajarkan untuk menjaga dan memelihara kasih sayang tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.