BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-RAHMAN: 29

    Senin, 24 Maret 2025

    Relasi Konseptual

    Surah Al-Rahman ayat 29 menjelaskan bahwa segala yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada Allah, dan setiap waktu Dia dalam kesibukan. Ayat ini menggambarkan betapa Allah mengatur seluruh alam semesta dengan penuh kehendak-Nya, baik dalam aspek makrokosmos (alam semesta) maupun mikrokosmos (kehidupan manusia). Konsep ini sangat relevan dalam konteks pendidikan dan sains modern, di mana ilmu pengetahuan menunjukkan bagaimana segala sesuatu di alam semesta saling terkait dan bergantung satu sama lain.

    Dalam dunia pendidikan, ayat ini dapat mengingatkan kita bahwa setiap pengetahuan yang kita pelajari dan kembangkan pada dasarnya merupakan bagian dari kekuasaan dan hikmah Tuhan. Ilmu pengetahuan berkembang karena manusia terus-menerus mencari dan meminta pengetahuan dari-Nya, dan pada setiap waktunya, Tuhan memberi petunjuk atau mengizinkan penemuan-penemuan baru.

    Di sisi lain, dalam sains modern, konsep tentang ketergantungan dan hubungan antar unsur di alam semesta terlihat dalam banyak penemuan ilmiah yang menunjukkan bahwa setiap elemen, dari yang terkecil hingga terbesar, berinteraksi secara dinamis. Hal ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di bumi dan langit tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah, sebagaimana ayat tersebut menegaskan bahwa Allah selalu "sibuk" mengatur semua ciptaan-Nya, mengatur aliran energi, kehidupan, dan perubahan dalam semesta ini.

    Analisis dari Berbagai Aspek

    Struktur ayat ini memperlihatkan pola kalimat yang memberikan penekanan pada dua hal, yaitu pertanyaan atas kebutuhan segala makhluk dan pernyataan bahwa Tuhan selalu dalam kesibukan. Kata "يسْأَلُهُ" (meminta) menunjukkan hubungan aktif antara makhluk dan Sang Pencipta, sementara "فِي شَانٍ" (dalam kesibukan) menandakan bahwa setiap waktu Allah mengurus dan mengatur alam semesta. Hal ini menunjukkan keseimbangan yang dinamis antara keteraturan alam dengan interaksi aktif antara ciptaan dan Tuhan.

    Selain itu, ayat ini menggunakan perulangan dalam konteks permintaan makhluk (يَسْـَٔـلُهُ), menggambarkan betapa konstan dan terhubungnya semua makhluk dengan Tuhan. Istilah "فِي شَانٍ" (dalam kesibukan) juga menunjukkan keadaan yang terus-menerus dan tiada henti, menggambarkan aktivitas Tuhan yang tak terbatas dalam menjaga dan mengatur alam semesta. Penggunaan kata-kata ini menciptakan citra hidup dan dinamis, seolah-olah segala sesuatu bergerak dalam satu harmoni yang berasal dari pengaturan Allah.

    Dari sudut pandang semantik, ayat ini mengandung makna bahwa seluruh ciptaan di alam semesta, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, berada dalam ketergantungan kepada Allah setiap saat. "يَسْـَٔـلُهُ" memberi kesan adanya kebutuhan atau permintaan berkelanjutan, yang mencerminkan bahwa tidak ada satupun yang terlepas dari kasih sayang dan pengaturan-Nya. "فِي شَانٍ" menyiratkan bahwa Allah tidak pernah berhenti mengurus dan mengatur segala sesuatu, yang berarti Tuhan hadir dalam setiap detik dan proses alam semesta.

    Dari lensa semiotika, ayat ini mengandung tanda bahwa dunia ini tidak berdiri sendiri, melainkan terus-menerus berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar, yaitu Tuhan. Simbol "سمٰوات" (langit) dan "أَرْض" (bumi) menggambarkan cakupan alam semesta secara keseluruhan. "يسْـَٔـلُهُ" adalah tanda ketergantungan makhluk terhadap Allah. Dan "فِي شَانٍ" menjadi simbol aktivitas yang tidak pernah berhenti, yang menandakan pengaturan Tuhan yang terus menerus dan tak terbatas.

    Berdasarkan timbangan logika, ayat ini mengajarkan bahwa alam semesta ini bergerak berdasarkan sistem yang sangat teratur, namun dalam sistem itu ada interaksi antara makhluk dan Pencipta. Permintaan dari segala sesuatu di bumi dan langit bisa dipahami sebagai tanda ketergantungan terhadap pemeliharaan-Nya. Konsep bahwa "setiap waktu Dia dalam kesibukan" mengimplikasikan bahwa alam semesta selalu berada dalam pengawasan dan pengaturan-Nya, yang mencerminkan suatu sistem yang terus-menerus diatur dengan penuh kesempurnaan.

    Melalui pendekatan korelasional antara ayat 29 dengan ayat sebelumnya (فَبِاَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ), ayat ini memperlihatkan realitas bagaimana seluruh alam semesta, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, selalu bergantung pada kekuasaan Allah. Ayat sebelumnya mengajak kita untuk merenungkan nikmat Tuhan yang tak terhitung jumlahnya. Dengan ayat 29, Allah menegaskan bahwa segala permintaan dari makhluk-Nya adalah bagian dari kenikmatan yang diberikan-Nya. Maka, keduanya mengingatkan kita untuk bersyukur dan tidak mengingkari segala nikmat yang telah Allah sediakan melalui pengaturan-Nya yang terus-menerus. Sehingga, kontekstualisasi keduanya menuntun umat manusia untuk selalu sadar akan ketergantungan pada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.

    Penjelasan Ulama tafsir

     Al-Qurtubi dalam tafsirnya, Al-Jami' Li-Ahkam Al-Qur'an, menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan betapa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, baik makhluk hidup maupun benda mati, senantiasa bergantung kepada Allah. Kalimat "يَسْأَلُهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ" (Apa yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya) menunjukkan bahwa setiap makhluk, baik manusia, malaikat, maupun alam semesta secara keseluruhan, senantiasa membutuhkan rahmat, rezeki, dan ketentuan-Nya. Semua yang ada, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, senantiasa bergantung pada kehendak-Nya.

    Beliau mengartikan "كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ" (Setiap waktu Dia dalam kesibukan) sebagai gambaran bahwa Allah memiliki urusan dan peran yang berbeda-beda setiap waktu, tetapi selalu dalam kesibukan untuk mengatur alam semesta dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas Allah di dunia ini tak pernah terhenti. Allah, dalam perspektif Al-Qurtubi, terus-menerus menjalankan tugas-Nya dalam menciptakan dan mengatur kehidupan sesuai dengan hukum-Nya yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

    Sementara Sayyid Qutub dalam tafsir Fi Zilal al-Qur'an memaknai ayat ini dengan pendekatan yang lebih filosofis dan sosial. Baginya, ayat ini menggambarkan hubungan interaktif antara makhluk dengan Allah. Setiap makhluk, tanpa terkecuali, memiliki keterkaitan dengan Tuhan yang tidak hanya dalam bentuk permintaan, tetapi juga dalam ketergantungan terhadap eksistensi-Nya. "مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ" (Apa yang ada di langit dan di bumi) menunjukkan bahwa alam semesta ini dalam kondisi yang senantiasa membutuhkan petunjuk, rahmat, dan keberkahan dari Allah.

    Menurutnya, kalimat "كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ" (Setiap waktu Dia dalam kesibukan) menunjukkan bahwa Allah tidak hanya menciptakan dunia ini, tetapi juga secara aktif mengaturnya. Allah terlibat dalam segala urusan hidup manusia dan alam semesta setiap waktu, baik dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, maupun dalam urusan pribadi manusia. Ini memperlihatkan bahwa Tuhan tidak pernah "beristirahat" dalam mengatur kehidupan makhluk-Nya. Baginya, ayat ini menunjukkan betapa besar keterlibatan Tuhan dalam dunia ini, yang terus memberikan peran dan arahan-Nya di setiap waktu.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan 

    Dalam konteks sains modern, ayat ini relevan dengan konsep bahwa alam semesta ini adalah sistem yang sangat teratur dan kompleks, yang membutuhkan pengaturan yang sangat mendalam dan holistik. Setiap perubahan, baik di makro maupun mikro kosmos, membutuhkan sistem yang saling terkait, sebuah konsep yang juga berkembang dalam teori sistem dalam ilmu pengetahuan. Seperti dalam kajian kosmologi dan fisika kuantum, para ilmuwan menemukan bahwa setiap peristiwa di alam semesta ini—termasuk atom dan partikel sub-atom—terhubung satu sama lain dalam cara yang sangat kompleks. Alam semesta ini seolah berjalan dalam "kesibukan" yang tak pernah berakhir, sesuai dengan pernyataan dalam ayat ini tentang kesibukan Allah.

    Dalam konteks pendidikan, ayat ini mengajarkan pentingnya kesadaran akan keterkaitan kita dengan Tuhan dan alam semesta. Proses pendidikan tidak hanya melibatkan pemahaman ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan pemahaman spiritual siswa tentang pentingnya ketergantungan terhadap Allah. Dengan demikian, pendidikan yang holistik harus mencakup aspek intelektual, emosional, dan spiritual.

    Riset Terkini (2022-2025) yang Relevan

    Pertama, penelitian tentang keterkaitan alam semesta dengan Tuhan. Salah satu studi terkait dengan ini, yaitu penelitian Dr. Muhammad Rafiq yang berjudu: "The Interconnectedness of Cosmic Events and Divine Intervention: A Scientific and Theological Inquiry". Metode penelitiannya yaitu jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan wawancara mendalam dengan ilmuwan dan pemuka agama. Hasil  penelitian ini menunjukkan bahwa konsep keterhubungan dalam alam semesta, seperti yang ditemukan dalam teori chaos dan sistem kompleks, dapat dipahami sebagai bentuk "kesibukan" yang dipandu oleh kekuatan yang lebih besar. Peneliti menunjukkan bahwa Allah adalah entitas yang terus-menerus terlibat dalam semua fenomena kosmik, sesuai dengan tafsiran dari Al-Qur'an tentang Allah yang terus-menerus dalam "kesibukan" mengatur alam semesta.

    Kedua, penelitian tentang pendidikan holistik dalam konteks Islam. Diantara penelitian yang mengkaji ini yaitu penelitian Dr. Amina Al-Tamimi, "Integrating Spirituality into Modern Education: Islamic Perspectives on Holistic Learning". Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan survei terhadap 500 guru di berbagai negara dengan pendekatan Islam, ia menemukan bahwa pendidikan yang mengintegrasikan nilai spiritual dan moral dari Al-Qur'an dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang hubungan mereka dengan alam semesta dan pencipta-Nya. Hal ini memperkuat pentingnya mengajarkan kesadaran ketergantungan terhadap Allah dalam kehidupan sehari-hari dan belajar.

    Dua penelitian tersebut memperlihatkan relevansi antara ilmu pengetahuan modern dengan ajaran Al-Qur'an, khususnya dalam hal ketergantungan alam semesta terhadap Tuhan. Dengan memahami keterkaitan ini, manusia dapat lebih menghargai alam semesta dan berusaha untuk menjaga keharmonisan dengan hukum-hukum alam serta spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang holistik, yang menggabungkan aspek intelektual, emosional, dan spiritual, memberi kontribusi besar terhadap pembangunan manusia yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran spiritual yang tinggi.