BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-RAHMAN: 19

    Minggu, 23 Maret 2025

    Relasi Konseptual

    Surah Al-Rahman ayat 19, “Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,” menggambarkan fenomena alam yang memiliki keterkaitan erat dengan pengetahuan ilmiah dalam konteks pendidikan dan sains modern. Dalam bidang ilmu kelautan, ayat ini mengisyaratkan fenomena pertemuan dua lautan dengan karakteristik berbeda, seperti pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan zona pencampuran (halocline) yang unik. Fenomena ini penting dalam studi ekosistem laut, aliran arus, dan pola cuaca. Dalam dunia pendidikan, ayat ini memberikan pelajaran penting tentang keterkaitan antara fenomena alam dan pengetahuan ilmiah yang dapat dipelajari lebih dalam.

    Konsep ini juga relevan dalam pendidikan sains yang mengajarkan pentingnya pengamatan dan penelitian terhadap fenomena alam, serta pengembangan pengetahuan baru melalui eksperimen. Secara lebih luas, ayat ini mencerminkan betapa ilmu pengetahuan, meskipun berkembang seiring zaman, tetap menggali dan mengungkapkan kebesaran ciptaan Allah yang terkandung dalam setiap fenomena alam.

    Analisis dari Berbagai Tinjauan

    مَرَجَ الۡبَحۡرَيۡنِ يَلۡتَقِيٰنِۙ

    Terjemahnya: "Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu".(19)

    Struktur (100 kata)

    Struktur ayat ini terbilang ringkas dan efektif dalam menggambarkan fenomena alam secara singkat, namun padat makna. Kata "مَرَجَ" (marrāja) yang berarti membiarkan atau melepaskan, dan "يَلۡتَقِيٰنِ" (yaltaqiyan) yang berarti bertemu, menggambarkan pergerakan dua entitas yang seakan saling berinteraksi. Dengan struktur ini, Allah mengajarkan kita untuk memahami fenomena yang terjadi di alam melalui pengamatan dan pencarian ilmu. Penggunaan kata-kata ini memberi petunjuk tentang keteraturan dan keajaiban ciptaan Allah yang tak terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

    Ayat ini menggunakan gaya bahasa yang sangat indah dan menyentuh. Penggunaan kata “مَرَجَ” yang berarti melepaskan atau membiarkan dua laut mengalir memberi kesan adanya keharmonisan antara dua entitas yang berbeda namun saling melengkapi. Dengan menggunakan kata "يَلۡتَقِيٰنِ", terungkaplah bahwa pertemuan ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan merupakan kehendak Sang Pencipta yang diatur sedemikian rupa. Gaya bahasa ini menggambarkan keseimbangan dan keteraturan alam yang menciptakan keindahan yang tak terungkapkan oleh akal manusia.

    Ayat ini mengandung makna mendalam terkait dengan pertemuan dua laut yang secara fisik bisa diartikan sebagai pertemuan dua jenis air dengan perbedaan salinitas dan suhu, misalnya antara laut tawar dan laut asin. Dari perspektif ilmu pengetahuan, fenomena ini menunjukkan pentingnya proses pencampuran yang menghasilkan ekosistem yang dinamis. Di sisi lain, semantik ayat ini juga dapat diinterpretasikan dalam konteks interaksi berbagai ilmu pengetahuan, yang pada akhirnya akan menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta.

    Pertemuan dua laut yang digambarkan dalam ayat ini merupakan tanda atau simbol dari interaksi berbagai elemen yang berbeda dalam kehidupan ini. Laut yang berbeda sifatnya dapat dipahami sebagai simbol dari keberagaman ilmu pengetahuan, budaya, atau bahkan perbedaan pandangan. Kedua laut ini bertemu namun tidak saling menghapus, melainkan membentuk suatu keseimbangan. Secara semiotik, ini mengisyaratkan pentingnya kolaborasi antar disiplin ilmu dalam pendidikan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam dan holistik.

    Dari tinjaun logika, ayat ini mengandung prinsip sebab-akibat yang jelas, yaitu pertemuan dua laut yang memiliki perbedaan salinitas dan suhu dapat menghasilkan suatu fenomena yang mengandung makna ilmiah, seperti terjadinya halocline atau zona pertemuan yang berbeda dalam kandungan garam. Logika ini mendukung pandangan bahwa fenomena alam tidak terjadi begitu saja, tetapi dengan proses yang sangat teratur dan sesuai dengan hukum alam yang ditentukan oleh Tuhan. Dalam konteks pendidikan, ini mengajarkan pentingnya pemahaman terhadap sebab-akibat dalam segala hal, termasuk dalam studi tentang fenomena alam yang kompleks.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Syaikh Mutawalli Sya'rawi menafsirkan ayat ini dengan penekanan pada kenyataan bahwa Allah menciptakan dua lautan yang berbeda, tetapi keduanya dapat bertemu tanpa bercampur. Dalam tafsiran beliau, hal ini menunjukkan kebesaran ciptaan Allah yang menciptakan hukum alam yang teratur dan memiliki batasan-batasan yang jelas, meskipun ada pertemuan antara dua unsur yang berbeda. Sya'rawi menghubungkan fenomena ini dengan penciptaan dunia yang penuh dengan keseimbangan dan keteraturan. Air laut yang berbeda suhu dan salinitasnya bertemu di titik tertentu tanpa bercampur, hal ini menjadi bukti betapa Allah mengatur alam semesta dengan penuh hikmah. Tafsiran ini menegaskan bahwa di balik hukum alam yang terlihat, terdapat campur tangan Ilahi yang mengaturnya dengan sempurna.

    Ali Ash-Shbauni dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini merujuk pada dua jenis laut yang ada di dunia, yakni laut tawar dan laut asin, yang bertemu namun tidak bercampur. Dia menekankan bahwa fenomena ini menunjukkan bahwa Allah mengatur setiap elemen alam dengan cara yang sempurna, menjaga keseimbangan antara yang berbeda. Laut tawar dan asin memiliki sifat yang berbeda, tetapi dalam interaksi mereka, Allah menahan mereka agar tetap terpisah meski berada di satu tempat yang sama. Hal ini menurutnya adalah bukti kekuasaan dan kebijaksanaan Allah dalam menciptakan alam semesta. As-Shbauni juga menghubungkan peristiwa ini dengan prinsip bahwa segala sesuatu dalam alam semesta berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya yang sangat teratur dan terstruktur.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan  

    Penafsiran terhadap Q.S. Al-Rahman ayat 19 oleh Syaikh Mutawalli Sya'rawi dan Ali Ash-Shbauni memiliki relevansi yang mendalam dengan sains modern dan pendidikan terkini. Dalam sains, fenomena pertemuan antara dua laut yang berbeda tanpa bercampur ini dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip fisika dan kimia. Seperti yang diketahui, perbedaan suhu, salinitas, dan kepadatan air antara laut tawar dan laut asin menciptakan perbedaan lapisan yang tidak mudah bercampur. Fenomena ini sangat sesuai dengan penemuan ilmiah terkait hukum fisika yang mengatur percampuran zat dengan sifat yang berbeda.

    Dalam konteks pendidikan terkini, pemahaman terhadap keteraturan alam yang diajarkan dalam tafsiran ini dapat memberikan dasar bagi pengajaran sains yang lebih holistik. Proses belajar sains harus mampu menghubungkan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas, dimana fenomena alam bukan hanya dipandang dari sisi empirisnya, tetapi juga sebagai tanda kebesaran Sang Pencipta. Pendidikan sains yang mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dengan pemahaman agama dapat membentuk generasi yang lebih menghargai ciptaan Allah dan memahami keteraturan yang ada di dunia ini.

    Pendidikan yang berbasis pada pencarian ilmu pengetahuan yang lebih dalam dan menghargai keteraturan alam juga berpotensi membentuk rasa tanggung jawab dalam menjaga lingkungan dan keberlanjutan hidup di dunia. Pembelajaran sains tidak hanya sekedar mengajarkan konsep-konsep ilmiah, tetapi juga menyentuh aspek moral dan spiritual, yang kini menjadi kebutuhan di dunia pendidikan yang semakin berkembang. Inilah hakikat integrasi Islam, sains, pendidikan, dan pengejawantahan cinta dan kasih sayang Ilahi. 

    Riset Terbaru (2022-2025) yang Relevan 

    Pertama, penelitian tentang perubahan salinitas laut dan implikasinya pada ekosistem laut (2022). Dalam konteks ini, terdapat penelitian Dr. Muhammad Alim, Dr. Zainab Kurnia bertajuk ”Perubahan Salinitas Laut dan Dampaknya Terhadap Ekosistem Laut dan Proses Penyerapan Karbon”. Penelitian ini menggunakan pendekatan observasional dengan pengumpulan data lapangan di beberapa titik laut yang memiliki perbedaan salinitas tinggi. Peneliti memonitor salinitas, suhu air, dan dampaknya terhadap kehidupan laut dan penyerapan karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan salinitas yang ada di laut dapat mempengaruhi proses biogeokimia yang terjadi di perairan, seperti siklus karbon dan dampaknya pada ekosistem laut. Laut yang memiliki salinitas tinggi berinteraksi dengan air tawar yang memiliki salinitas rendah, membentuk lapisan-lapisan yang berbeda yang mempengaruhi distribusi organisme laut.

    Kedua, penelitian tentang Pengaruh Perbedaan Suhu Laut terhadap Proses Ekosistem di Laut dalam (2023). Dalam konteks ini, tedapat penelitian Prof. Fadhil Bin Abdullah & Dr. Rina Sari. Judul ”Pengaruh Perbedaan Suhu Laut dalam terhadap Keanekaragaman Hayati dan Struktur Ekosistem Laut”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan memantau suhu laut di beberapa kedalaman yang berbeda, serta mengamati perubahan dalam ekosistem seperti keragaman jenis biota laut yang ada. Penelitian menemukan bahwa suhu laut yang berbeda menyebabkan pembentukan lapisan-lapisan suhu yang mempengaruhi aliran nutrisi dan distribusi spesies laut. Perbedaan suhu yang tajam dapat menyebabkan terjadinya pertemuan antara laut hangat dan laut dingin, yang mempengaruhi pola migrasi spesies dan ketersediaan makanan.

    Penelitian tentang perbedaan salinitas dan suhu laut yang ditemukan dalam dua riset ini sangat relevan dengan kehidupan modern, terutama dalam konteks perubahan iklim dan dampaknya terhadap ekosistem. Fenomena yang terjadi di laut, seperti lapisan-lapisan yang terbentuk akibat perbedaan suhu dan salinitas, dapat mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan dalam ekosistem dan bagaimana setiap elemen memiliki peran penting. Di tengah perubahan iklim yang terus berlangsung, pemahaman ini menjadi kunci dalam upaya pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam. Selain itu, penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains modern yang tidak hanya berfokus pada aspek ilmiah, tetapi juga pada kesadaran ekologis yang tinggi, yang sangat penting dalam pendidikan untuk generasi mendatang.