BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-QAMAR: 50

    Jumat, 21 Maret 2025

    Pertautan Konseptual

    Surah Al-Qamar ayat 49 menyatakan, "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Ayat ini menunjukkan bahwa alam semesta ini diciptakan dengan hukum dan kaidah yang sangat teratur, dapat dipahami melalui ilmu pengetahuan dan sains. Setiap fenomena di alam ini memiliki ukuran dan proporsinya yang bisa diketahui melalui riset ilmiah.

    Sementara itu, ayat 50 yang berbunyi, "Golongan itu pasti akan dihancurkan dan mereka akan mundur ke belakang," menggambarkan nasib buruk bagi pihak yang menentang kebenaran atau tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan Tuhan. Dalam konteks pendidikan dan sains modern, ini mengingatkan kita bahwa tidak mengikuti hukum alam atau prinsip yang sudah terbukti benar melalui riset ilmiah akan membawa kemunduran. Sebaliknya, mereka yang mengikuti ilmu pengetahuan dan hukum alam akan maju dan berkembang.

    Dalam konteks pendidikan, ayat ini memberi pelajaran tentang pentingnya mengembangkan pemahaman ilmiah yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ciptaan Tuhan. Mengabaikan hal tersebut atau menentang prinsip-prinsip ilmiah, seperti dalam penolakan terhadap fakta ilmiah atau kemajuan teknologi, hanya akan membuat seseorang mundur dalam perkembangan.

    Analisis Perspektif Kebahasaan 

    سَيُهۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَيُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ

    Terjemahnya: "Golongan itu pasti akan  dan mereka akan mundur ke belakang"(50).

    Struktur kalimat dalam ayat ini menggunakan bentuk futuristik dengan prediksi pasti tentang kekalahan golongan yang dimaksud. Kalimat "سَيُهۡزَمُ الۡجَمۡعُ" (golongan itu pasti akan dihancurkan) menunjukkan peristiwa yang akan datang dengan kepastian. Penggunaan fi'il mudhari' (kata kerja yang menunjukkan masa depan) dalam bentuk pasif mengindikasikan bahwa kekalahan ini adalah suatu takdir yang tidak dapat dielakkan. Ini memberi gambaran tentang kehancuran yang pasti terjadi jika golongan tersebut tetap bersikukuh dalam kebatilan atau ketidakbenaran.

    Ayat ini menggunakan gaya bahasa metafora dan hiperbola dengan menggambarkan kekalahan golongan tersebut sebagai "mundur ke belakang." Ini menggambarkan kehancuran yang sangat total, di mana mereka bukan hanya kalah, tetapi dipaksa untuk mundur dalam kondisi memalukan. Penggunaan kata "يُوَلُّوۡنَ" (mereka akan mundur) memberi kesan bahwa mereka tidak hanya kalah dalam pertempuran, tetapi juga dalam pengaruh dan kredibilitas. Secara balagah, ayat ini menambah intensitas visual dan emosional, menggambarkan keruntuhan moral dan fisik.

    Ayat ini berbicara tentang akibat dari penolakan terhadap kebenaran dan keteguhan pada kebatilan. "Golongan itu" merujuk pada pihak yang menentang wahyu atau kebenaran Tuhan, dan "mundur ke belakang" mengindikasikan kegagalan dan kemunduran. Semantik ini mengandung pesan moral yang dalam, yaitu bahwa ketidakpedulian terhadap kebenaran dan ilmu yang benar akan membawa kerugian besar, baik secara spiritual maupun sosial. Ayat ini memberi peringatan akan akibat yang pasti jika seseorang atau kelompok menentang prinsip dasar yang sudah ada dan terbukti kebenarannya.

    Kata-kata "menghancurkan" dan "mundur ke belakang" adalah tanda-tanda (signs) yang mengandung makna mendalam tentang kerugian dan kehancuran. "Golongan itu" menjadi tanda dari pihak yang mengabaikan kebenaran, sementara "mundur ke belakang" adalah tanda dari keterpurukan dan kehilangan status atau posisi. Proses ini bisa diartikan sebagai penurunan peradaban atau kemunduran intelektual, yang terkait erat dengan penolakan terhadap ilmu pengetahuan atau kebenaran. Semiotika ayat ini berbicara tentang transformasi yang tidak dapat dihindari, dari kemenangan menjadi kekalahan, dari kemajuan menjadi kemunduran.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Ibnu Jarir At-Tabari dalam tafsirnya menafsirkan ayat ini dengan mengacu pada makna harfiah dan konteks yang lebih luas dalam al-Qur’an. Ayat ini, "Golongan itu pasti akan dihancurkan, dan mereka akan mundur ke belakang," diterjemahkan sebagai gambaran kekalahan pasukan yang jahat, di mana mereka akan mengalami kehancuran dan mundur dengan ketakutan. Menurut At-Tabari, yang dimaksud dengan “golongan itu” adalah mereka yang menentang kebenaran dan mendustakan wahyu. Golongan ini pada akhirnya akan dilawan oleh pasukan yang lebih kuat dan, dalam konteks sejarah, ini mengacu pada pertempuran-pertempuran besar, seperti Perang Badar, di mana pasukan kafir Quraisy hancur dan terpaksa mundur.

    At-Tabari juga mengaitkan ayat ini dengan fenomena psikologis yang terjadi pada individu yang mengalami kekalahan. Ketika seseorang atau kelompok menghadapi kenyataan yang pahit, seperti kekalahan dalam peperangan atau argumen, mereka akan merasa terhina dan cenderung mundur. Penafsiran ini mengandung dimensi metaforis yang lebih dalam, menggambarkan dampak psikologis dari penolakan terhadap kebenaran. Dalam konteks ini, mundur atau "terbalik" adalah simbol dari kerugian moral dan fisik yang menimpa pihak yang salah.

    Fakhrur Razi dalam tafsirnya menawarkan penafsiran yang lebih mendalam dengan mengaitkan ayat ini dengan konsep ketentuan takdir dan hukum kausalitas. Menurut Razi, ayat ini menegaskan bahwa kemenangan dan kekalahan adalah bagian dari takdir yang telah ditentukan oleh Allah, di mana segala peristiwa di dunia ini selalu berada dalam kendali-Nya. Dalam konteks sejarah, Razi menghubungkan ayat ini dengan pertempuran yang dialami umat Islam, di mana musuh-musuh Allah akan mengalami kekalahan yang pasti. Razi menyoroti bahwa kekalahan ini tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga mencakup kekalahan moral dan mental yang menyebabkan kelompok yang salah tersebut mundur dalam ketakutan dan kehinaan.

    Razi juga memperluas makna ayat ini dalam ranah sosial dan politik, dengan menyarankan bahwa siapa pun yang menentang kebenaran akan menghadapi kehancuran dan kejatuhan. Pada tingkat yang lebih umum, penafsiran ini mengandung pelajaran bahwa setiap tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan kebenaran yang hakiki akan berakhir dengan kerugian besar. Fakhrur Razi menekankan bahwa ayat ini tidak hanya berlaku untuk peperangan fisik tetapi juga untuk pertempuran ideologis dan moral yang dihadapi umat manusia.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan 

    Relevansi tafsir Ibnu Jarir At-Tabari dan Fakhrur Razi terhadap sains modern dan pendidikan terkini dapat dilihat dari beberapa perspektif. Dalam sains modern, konsep "mundur ke belakang" atau "kekalahan" yang digambarkan dalam ayat ini dapat dihubungkan dengan ide tentang konflik dan bagaimana pihak yang kalah dalam sebuah perdebatan ilmiah atau perang teknologi, seperti dalam perang siber atau persaingan dalam penelitian, cenderung mundur atau kehilangan pengaruh. Fenomena ini dapat dianalisis melalui konsep psikologi sosial dan dinamika kelompok, di mana ketika suatu pihak merasa terancam atau kalah, mereka akan menarik diri untuk menghindari kehancuran lebih lanjut.

    Dalam konteks pendidikan, ayat ini mengandung pelajaran moral yang relevan. Pendidikan yang berbasis pada kebenaran, kejujuran, dan kerja keras akan membawa kemenangan dalam kehidupan pribadi dan sosial. Sebaliknya, pendidikan yang tidak berbasis pada nilai-nilai kebenaran dan moralitas cenderung menghasilkan kekalahan, baik dalam hal karakter maupun prestasi. Pendidikan terkini juga menekankan pada pentingnya berpikir kritis dan mampu menerima kritik serta perbaikan. Dalam hal ini, "mundur" bisa berarti evaluasi diri yang konstruktif, bukan hanya sekadar kejatuhan atau kekalahan.

    Riset Terkini yang Relevan

    Berdasarkan lacakan, ditemukan beberapa riset yang memiliki relevansi yang kuat dengan kajian ini, khususnya dalam konteks sains modern dan bidang pendidikan. Penelitian Muhammad Ali, Zainab Ismail berjudul: "Pengaruh Mindfulness terhadap Ketahanan Psikologis di Kalangan Mahasiswa dalam Menghadapi Stres Akademik". Penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen pre-test dan post-test, menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur tingkat ketahanan psikologis sebelum dan setelah intervensi mindfulness. Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi mindfulness secara signifikan meningkatkan ketahanan psikologis mahasiswa dalam menghadapi stres akademik, yang berpotensi membantu mereka mengatasi tantangan dengan lebih baik.

    Selain itu, penelitian Sarah L. Blackwood, Jennifer S. Harper, "Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah" melakukan kajian tentang kaitannya dengan konteks pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan observasi dan wawancara terhadap guru dan siswa. Pembelajaran berbasis proyek terbukti meningkatkan kreativitas siswa dengan memberikan pengalaman langsung dalam mengatasi masalah nyata. Para siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis proyek menunjukkan peningkatan dalam pemecahan masalah dan kolaborasi.

    Riset pertama mengenai mindfulness dan ketahanan psikologis sangat relevan dengan kehidupan modern yang sering penuh dengan tekanan akademik dan pekerjaan. Mahasiswa dan profesional sering kali mengalami stres, dan teknik mindfulness menawarkan pendekatan yang terbukti efektif untuk mengatasi tekanan ini.

    Riset kedua menunjukkan pentingnya metode pembelajaran yang inovatif dalam pendidikan terkini, seperti pembelajaran berbasis proyek. Hal ini relevan dengan perkembangan dunia pendidikan yang berusaha melibatkan siswa lebih aktif dalam proses belajar dan mengajarkan keterampilan yang berguna di dunia nyata. Pembelajaran seperti ini lebih sesuai dengan tuntutan dunia modern yang terus berkembang dan membutuhkan keterampilan praktis dan kolaboratif.