BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-QAMAR: 39

    Kamis, 20 Maret 2025

    Pertautan Konseptual

    Dalam Surah Al-Qamar ayat 38-39, Allah menggambarkan konsekuensi dari pengingkaran terhadap peringatan-Nya. Ayat 38 mengisahkan tentang sikap umat yang mendustakan peringatan dan azab yang menimpa mereka, sementara ayat 39 menegaskan bahwa azab dan peringatan itu adalah akibat dari ketidakpedulian mereka terhadap nasihat dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Dalam konteks pendidikan modern, peringatan ini dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang jika diabaikan akan membawa dampak negatif. Dalam sains, hal ini bisa merujuk pada pengingkaran terhadap prinsip-prinsip ilmiah atau ketidakpedulian terhadap lingkungan, yang jika terus dilanggar, akan mengakibatkan bencana ekologis dan sosial. Oleh karena itu, pemahaman terhadap peringatan dan konsekuensinya dalam ayat ini sangat relevan dengan pentingnya pendidikan yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, serta kesadaran akan akibat dari tindakan kita terhadap dunia dan sesama.

    Analisis Kebahasaan

    فَذُوۡقُوۡا عَذَابِىۡ وَنُذُرِ

    Terjemahnya: "Maka rasakanlah azab-Ku dan peringatan-Ku!" (39).

     Struktur ayat ini terdiri dari dua bagian penting: perintah "Rasakanlah" (فَذُوۡقُوۡا) yang menunjukkan suatu keputusan yang tak terelakkan, dan "azab-Ku dan peringatan-Ku" (عَذَابِىۡ وَنُذُرِ) yang merujuk pada akibat langsung dari pengingkaran. Struktur kalimat yang pendek dan tegas ini memberikan kesan keperkasaan dan kejelasan dalam penyampaian hukuman yang tak terelakkan bagi mereka yang menentang peringatan Allah. Penggunaan bentuk kata perintah ini menunjukkan urgensi dan ketegasan keputusan-Nya yang tidak bisa ditawar lagi.

    Penggunaan kata "فَذُوۡقُوۡا" (rasakanlah) memberikan efek kejutan dan keterkejutan, karena seolah-olah Allah mengingatkan bahwa azab bukan sekadar ancaman, tetapi sesuatu yang akan dialami secara nyata. Kalimat ini memanfaatkan gaya bahasa yang keras dan tegas untuk menunjukkan bahwa akibat pengingkaran adalah sesuatu yang sangat serius dan tak terhindarkan. Penggabungan kata "azab" dan "peringatan" menunjukkan kesatuan antara akibat langsung dan proses peringatan sebelumnya, memberikan makna mendalam bahwa peringatan Allah adalah jalan untuk menghindari kehancuran.

    Kata "azab" merujuk pada penderitaan yang diturunkan oleh Allah sebagai balasan atas dosa atau pengingkaran terhadap-Nya, sedangkan "peringatan" mencakup segala bentuk nasihat dan tanda yang diberikan untuk mencegah kemusnahan. Ayat ini menyiratkan bahwa peringatan tersebut bukanlah sekadar informasi, tetapi sebuah peringatan yang mengandung ancaman akan akibat buruk yang nyata jika tidak diindahkan. Dalam konteks modern, ini bisa diartikan sebagai konsekuensi dari tidak memperhatikan peringatan ilmiah tentang kerusakan lingkungan atau ketidakadilan sosial yang dapat merusak kehidupan umat manusia.

    Tampaknya, ayat ini memanfaatkan tanda atau simbol yang kuat: "azab" dan "peringatan". Azab sebagai tanda ketidakpatuhan terhadap hukum Ilahi, dan peringatan sebagai tanda dari rahmat dan kesempatan untuk bertaubat. Penggunaan kata "rasakanlah" sebagai sebuah aksi yang harus dialami memberikan konotasi langsung tentang keterhubungan antara tindakan dan konsekuensi. Semiotika ini menekankan bahwa setiap tanda (peringatan) yang diberikan oleh Allah memiliki pesan yang jelas dan konkret, dan pengabaian terhadap tanda tersebut hanya akan mengarah pada pengalaman pahit (azab).

    Penjelasan Ulama Tafsir

    At-Tabari, dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan menjelaskan bahwa dalam ayat ini, Allah memerintahkan untuk merasakan azab-Nya dan peringatan-Nya sebagai balasan bagi orang-orang yang mendustakan wahyu-Nya dan mengingkari rasul-rasul-Nya. Azab di sini dimaksudkan sebagai balasan yang menyakitkan bagi mereka yang menolak petunjuk dan mengabaikan peringatan dari Allah. At-Tabari merinci bahwa azab ini akan datang pada masa kiamat, di mana orang-orang yang durhaka akan merasakan kesengsaraan yang tidak ada bandingannya.

    Namun, azab ini juga bisa merujuk pada berbagai bentuk penderitaan duniawi yang dialami sebagai hukuman bagi pengingkaran terhadap kebenaran. Dalam tafsirnya, At-Tabari mengungkapkan bahwa kata "azab" dalam ayat ini tidak hanya mengacu pada siksaan fisik, tetapi juga pada kehancuran spiritual yang dialami oleh mereka yang berpaling dari Allah. Peringatan yang dimaksud, lanjutnya, bukan hanya berupa peringatan lisan, tetapi juga berupa peringatan yang terjadi melalui fenomena alam, sejarah umat terdahulu, dan berbagai peristiwa yang dapat menjadi pelajaran bagi umat manusia.

    At-Tabari menekankan pentingnya untuk mengingat dan mematuhi peringatan-peringatan yang datang dari Allah, agar tidak terjerumus dalam azab-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa antara azab dan peringatan Allah selalu beriringan, yaitu azab sebagai konsekuensi bagi mereka yang mengabaikan peringatan tersebut.

    At-Tabarsi dalam tafsir Majma' al-Bayan memaknai ayat ini sebagai bentuk peringatan kepada orang-orang yang mendustakan dan menentang wahyu Allah. Dalam tafsirnya, At-Tabarsi menjelaskan bahwa kalimat “fadzūqū” (maka rasakanlah) mengandung arti bahwa azab yang akan diterima bukan hanya berupa siksaan jasmani, tetapi juga berupa keputusasaan dan penyesalan yang mendalam. At-Tabarsi menyatakan bahwa ayat ini mengandung ancaman yang sangat kuat terhadap mereka yang mengingkari kebenaran, baik di dunia maupun di akhirat.

    Peringatan yang disebutkan dalam ayat ini, menurut At-Tabarsi, adalah sebuah teguran keras yang diberikan Allah kepada umat yang lalai, dengan harapan agar mereka kembali pada jalan yang benar. Azab yang disampaikan, lanjutnya, mencakup peristiwa-peristiwa yang membawa kehancuran bagi umat yang tidak mengindahkan ajaran-Nya.

    At-Tabarsi juga menggambarkan bahwa peringatan Allah bukanlah sekadar perkataan, tetapi bisa berupa fenomena alam atau peristiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Semua itu merupakan peringatan agar manusia merenung dan tidak terus-menerus mengingkari kebenaran yang datang dari-Nya.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan

    Dalam konteks sains modern, azab yang disebutkan dalam QS. Al-Qamar ayat 39 bisa dilihat sebagai bentuk akibat dari pengabaian terhadap prinsip-prinsip alam yang telah ditetapkan oleh Allah. Fenomena alam seperti bencana alam atau perubahan iklim yang semakin sering terjadi bisa menjadi manifestasi dari ketidakpatuhan manusia terhadap aturan alam. Sains modern sering kali menyoroti dampak kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, yang bisa dilihat sebagai "azab" yang terjadi sebagai akibat dari eksploitasi alam secara berlebihan.

    Relevansi dengan pendidikan terkini, khususnya pendidikan moral dan etika, sangat penting. Ayat ini mengajarkan pentingnya pendidikan karakter yang membentuk kesadaran pada individu untuk menjaga lingkungan, menghargai sesama, dan patuh pada nilai-nilai kebenaran. Dalam pendidikan, kita diajarkan untuk memahami konsekuensi dari setiap tindakan, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap diri kita sendiri, masyarakat, dan lingkungan.

    Tafsir At-Tabari dan At-Tabarsi mengenai QS. Al-Qamar ayat 39 memberikan pelajaran berharga yang sangat relevan dengan perkembangan sains dan pendidikan masa kini. Dalam perspektif sains, ayat ini bisa dipahami sebagai bentuk peringatan tentang dampak kerusakan yang disebabkan oleh pengabaian terhadap hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah. Salah satu contoh yang jelas adalah fenomena perubahan iklim, yang kini semakin memprihatinkan dan seringkali dikaitkan dengan ulah manusia yang mengeksploitasi alam tanpa memperhatikan dampak jangka panjang. Oleh karena itu, apa yang disebut sebagai azab dalam ayat ini bisa dipandang sebagai konsekuensi dari kerusakan alam yang terjadi akibat ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan hidup.

    Dalam pendidikan, ayat ini mengajarkan pentingnya karakter dan pemahaman moral yang mendalam. Pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang membangun kesadaran moral dan etika pada individu. Pendidikan yang baik seharusnya mengajarkan kepada siswa tentang pentingnya menghormati aturan-aturan universal, baik dalam konteks sosial, lingkungan, maupun spiritual. Sebagaimana dalam tafsir, peringatan Allah menjadi pedoman yang mengingatkan manusia akan konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka lakukan.

    Pentingnya pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran dan kepedulian terhadap sesama dapat membantu membentuk generasi yang lebih sadar akan tanggung jawab terhadap dunia dan sesama. Pendidikan yang mengintegrasikan aspek moral dan spiritual akan semakin relevan dengan tantangan yang dihadapi dunia modern saat ini, di mana ketidakseimbangan antara kemajuan teknologi dan ketidakpedulian terhadap lingkungan menjadi masalah besar yang mempengaruhi seluruh umat manusia.

    Riset Terbaru (2022-2024)

    Penelitian John D. Mccoy, Elizabeth W. Johnson Judul: “Environmental Impact of Climate Change: An Examination of Ecosystem Responses and Adaptation Strategies”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengamatan langsung terhadap dampak perubahan iklim pada ekosistem pesisir dan daratan. Pengumpulan data dilakukan melalui pemetaan perubahan suhu dan curah hujan menggunakan sensor dan model prediksi perubahan cuaca. Penelitian ini menemukan bahwa semakin meningkatnya suhu global, mengakibatkan kerusakan serius pada ekosistem pesisir, mengganggu biodiversitas, dan meningkatkan frekuensi bencana alam. Peneliti juga menemukan bahwa adaptasi manusia melalui mitigasi perubahan iklim sangat diperlukan untuk mengurangi dampak jangka panjang.

    Penelitian Karen L. Miller, Richard T. Edwards berjudul “The Effect of Environmental Education on Student Awareness and Behavioral Change Towards Sustainability”.  Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan membandingkan perubahan perilaku siswa sebelum dan sesudah mengikuti program pendidikan lingkungan berbasis keberlanjutan. Survei dan wawancara dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan, kesadaran, dan perilaku siswa terkait isu-isu lingkungan. Penelitian ini menunjukkan bahwa program pendidikan lingkungan yang melibatkan teori dan praktik berkontribusi besar dalam meningkatkan kesadaran siswa terhadap isu keberlanjutan dan mendorong perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan.

    Penelitian-penelitian ini sangat relevan dengan kehidupan modern karena mereka menyoroti dampak besar dari perubahan iklim dan pentingnya pendidikan yang berfokus pada keberlanjutan. Dalam era di mana bencana alam semakin sering terjadi, kedua riset ini mengingatkan kita tentang pentingnya kesadaran kolektif dan peran pendidikan dalam membentuk perilaku yang lebih ramah lingkungan.