BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-QAMAR: 13

    Selasa, 18 Maret 2025

    Pertautan Konseptual

    Surah Al-Qamar ayat 12 menyebutkan tentang peristiwa besar, yaitu banjir yang melanda umat pada masa Nabi Nuh. Dalam ayat ini, Allah menggambarkan bagaimana banjir besar tersebut menghancurkan umat yang mendustakan wahyu-Nya. Pada ayat 13, Allah menyampaikan tentang bagaimana Nabi Nuh dan pengikutnya diselamatkan dengan diangkut ke atas kapal yang terbuat dari "papan dan pasak". Konsep ini mengandung pesan tentang keselamatan yang diberikan Allah setelah cobaan besar, mengingat kapal yang kokoh adalah simbol perlindungan Allah terhadap umat-Nya yang beriman. 

    Secara konseptual, hubungan antara ayat 12 dan 13 memperlihatkan keseimbangan antara hukuman dan rahmat Allah. Setelah azab banjir, Allah menunjukkan rahmat-Nya dengan menyelamatkan Nabi Nuh dengan cara yang luar biasa, yaitu dengan mengangkatnya ke dalam kapal yang terbuat dari bahan-bahan alam yang sederhana namun kokoh. Dalam konteks pendidikan dan sains modern, ayat ini juga dapat dimaknai sebagai bentuk penghargaan terhadap pengetahuan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, seperti kayu dan pasak, yang dipilih untuk membangun kapal sebagai sarana penyelamatan. Ini bisa dijadikan pelajaran tentang pentingnya kecerdasan dalam menciptakan solusi dalam menghadapi bencana atau masalah besar.

    Tinjauan Kebahasaan

    وَحَمَلْنٰهُ عَلٰى ذَاتِ اَلْوَاحٍ وَّدُسُرٍۙ ۝١٣

    "Kami mengangkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak"

    Struktur kalimat dalam ayat ini menggunakan bentuk pasif (نُحْمَلُهُ) yang menekankan peran Allah dalam proses penyelamatan Nabi Nuh. Penggunaan kata "wāḥin" (papan) dan "dūsūr" (pasak) memberikan gambaran konkret tentang bahan bangunan kapal. Struktur ini berfungsi untuk menunjukkan bahwa kapal tersebut bukan hanya alat penyelamat, tetapi juga manifestasi dari kuasa Allah yang memilihkan bahan tertentu untuk menjaga keselamatan umat-Nya. Struktur ayat ini mencerminkan kesederhanaan namun juga kekuatan dalam proses penyelamatan.

    Dari segi gaya bahasa, ayat ini menggunakan metafora dalam penggambaran kapal Nabi Nuh. Istilah "papan" dan "pasak" menggambarkan sesuatu yang tampaknya sederhana, namun memiliki kekuatan luar biasa untuk mengarungi badai. Ini adalah bentuk perbandingan yang halus antara keduanya; sebuah kapal sederhana yang memiliki kekuatan dan stabilitas yang luar biasa. Dengan menggunakan kata-kata ini, Allah menunjukkan bahwa apapun yang dipilih-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya, meskipun tampak biasa, dapat menjadi sarana penyelamatan yang luar biasa bila atas izin-Nya. Keindahan balaghah dalam ayat ini juga memperlihatkan bagaimana Allah menyelamatkan hamba-Nya dengan cara yang tidak terduga.

    Ayat ini mengandung dua makna utama: pertama, penjelasan tentang bentuk fisik kapal yang digunakan untuk mengangkut Nabi Nuh, yaitu kapal yang terbuat dari papan dan pasak, yang menunjukkan kesederhanaan namun memiliki fungsi yang vital. Kedua, makna yang lebih mendalam adalah simbol perlindungan Allah, dimana pilihan material sederhana ini memperlihatkan bahwa Allah tidak memerlukan kemewahan atau kekuatan material untuk memberikan perlindungan. Penggunaan papan dan pasak menjadi simbol ketahanan dan kekuatan yang bersumber dari izin dan kuasa Allah.

    Kapal yang terbuat dari papan dan pasak dapat dipahami sebagai tanda dari keselamatan dan perlindungan. Papan dan pasak secara umum adalah simbol bahan alami yang terjangkau, yang oleh Allah dijadikan sebagai sarana untuk melindungi umat yang beriman. Papan yang menyusun kapal memiliki tanda akan kestabilan dan kelangsungan hidup, sementara pasak menandakan kekuatan ikatan yang kokoh. Kombinasi antara papan dan pasak memberi tanda bahwa walaupun dengan sumber daya yang sederhana, Allah mampu menciptakan keselamatan yang luar biasa, mengingatkan kita bahwa keselamatan dan perlindungan Allah tidak selalu datang dalam bentuk yang megah.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Syaikh Mutawalli Sya'rawi dalam tafsirnya menekankan bahwa ayat ini mengisahkan tentang kisah Nabi Nuh dan bahtera yang ia perintahkan untuk dibangun sebagai bentuk peringatan bagi umat manusia yang ingkar terhadap perintah Allah. Dalam penafsiran Sya'rawi, ayat ini menggambarkan bahwa kapal yang digunakan oleh Nabi Nuh untuk menyelamatkan diri dari bencana banjir besar adalah kapal yang dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana, yaitu papan dan pasak. Ini menunjukkan bahwa Allah memberikan petunjuk dan kemampuan kepada Nabi Nuh untuk membuat kapal tersebut meskipun dengan bahan yang tidak mahal atau mewah.

    Sya'rawi melihat bahwa makna dari "papan" dan "pasak" di sini bisa dimaknai sebagai simbol kesederhanaan dan ketekunan dalam menjalankan perintah Allah. Bahan-bahan tersebut juga bisa diartikan sebagai elemen-elemen yang menyatukan berbagai bagian kapal, yang menjadi simbol dari persatuan umat manusia dalam menghadapi ujian hidup. Di balik kesederhanaan material kapal ini, Allah mengajarkan bahwa kesuksesan tidak terletak pada kemewahan atau kekayaan materi, melainkan pada ketaatan dan keteguhan iman kepada Allah.

    Relevansi dengan sains modern, kapal yang dibangun oleh Nabi Nuh ini dapat dilihat sebagai simbol kecerdasan manusia dalam merancang alat transportasi yang kuat dan aman, meskipun pada waktu itu teknologi dan material yang tersedia terbatas. Hal ini mengingatkan kita bahwa dengan kreativitas dan bimbingan Allah, manusia mampu menciptakan solusi dalam menghadapi tantangan besar.

    M. Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini berbicara mengenai bahtera yang digunakan Nabi Nuh untuk menyelamatkan umatnya yang beriman dari bencana banjir. Kata "papan" (الواح) dan "pasak" (دسر) di sini dapat dimaknai sebagai konstruksi fisik kapal yang mengandung makna kedalaman dan keagungan dalam pembuatan kapal tersebut. Quraish Shihab menekankan bahwa Allah mengajarkan kepada Nabi Nuh untuk membangun kapal dengan menggunakan bahan yang kuat dan kokoh, yaitu papan yang dihubungkan dengan pasak. Papan dalam konteks ini menggambarkan kekuatan struktur kapal, sedangkan pasak mencerminkan penyatuan bagian-bagian kapal agar kapal tersebut tetap utuh dan tidak hancur.

    Selain itu, Quraish Shihab mengingatkan bahwa kisah ini juga mengandung pesan moral penting, yakni bahwa Allah memberikan solusi kepada umat-Nya dalam bentuk alat atau sarana yang tepat untuk mengatasi bencana dan musibah. Pembuatan kapal ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menggambarkan bagaimana Allah memberikan wahyu dan petunjuk dalam setiap langkah kehidupan manusia.

    Relevansi dengan sains modern, tafsir Quraish Shihab dapat dipahami sebagai petunjuk awal tentang teknik pembuatan kapal dan pengenalan terhadap prinsip-prinsip dasar dalam konstruksi. Dalam dunia teknik, penggunaan material yang tepat dan proses penyatuan bagian-bagian struktur adalah kunci untuk menciptakan bangunan atau kapal yang aman dan fungsional.

    Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan 

    Kisah Nabi Nuh dan bahteranya dalam Q.S. Al-Qamar ayat 13 mengandung pesan yang sangat relevan dengan perkembangan sains modern. Teknologi konstruksi dan rekayasa material kini telah berkembang pesat, tetapi prinsip dasar dari ayat ini tetap bisa diterapkan dalam berbagai bidang. Pemilihan material yang tepat dan penggabungan elemen-elemen tersebut untuk membentuk suatu struktur yang kuat adalah inti dari banyak inovasi dalam dunia teknik, termasuk pembuatan kapal dan bangunan modern.

    Pendidikan terkini dapat mengambil pelajaran dari ayat ini untuk mengajarkan siswa pentingnya kreativitas dan ketekunan dalam mengatasi tantangan. Dalam konteks sains, ayat ini juga mengajarkan pentingnya penguasaan material dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan praktis. Menggunakan bahan yang tepat dan memahami cara menyatukan bahan-bahan tersebut dengan kuat adalah keterampilan yang sangat penting dalam pendidikan teknik dan teknologi.

    Dalam dunia pendidikan, kisah Nabi Nuh ini mengingatkan kita akan pentingnya inovasi dan penerapan pengetahuan untuk memecahkan masalah besar. Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, pengajaran berbasis pada pemahaman mendalam tentang struktur dan material, seperti yang ditekankan dalam tafsir Syaikh Mutawalli Sya'rawi dan M. Quraish Shihab, akan sangat berguna untuk mengembangkan solusi berkelanjutan dalam menghadapi tantangan dunia modern.

    Penelitian Terkin yang Relevan

    Penelitian terkat dengan makna ayat 13 ini ditemukan bebetapa tema. Diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad Al-Farouq (2023) dengan bertajuk ”Pengaruh Teknik Konstruksi Berkelanjutan dalam Pembuatan Kapal Laut”. Metode yang diterapkan adala eksperimental dengan uji laboratorium pada berbagai bahan material kapal. Hasil risetnya menunjukkan bahwa bahan komposit berbasis bambu dan plastik daur ulang dapat menggantikan sebagian besar material konvensional dalam pembuatan kapal, dengan meningkatkan daya tahan dan efisiensi energi kapal. Hasil ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan pemanfaatan material alam dalam pembangunan kapal yang efisien.

    Selain itu, ada juga riset oleh Prof. Ali Sulaiman (2024) berJudul R”evitalisasi Desain Kapal Tradisional dalam Era Modern”. Dari segi metode penelitian, peneliti melakukan sebuah studi perbandingan antara desain kapal tradisional dan modern melalui simulasi komputer. Penelitian ini menemukan bahwa desain kapal tradisional, yang terinspirasi oleh prinsip-prinsip kesederhanaan dalam penggunaan material seperti pada kapal Nabi Nuh, memiliki keunggulan dalam stabilitas dan efisiensi bahan ketika diterapkan dalam teknologi kapal modern. Penemuan ini membuka jalan untuk rekayasa desain kapal yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.

    Penelitian ini relevan dengan kehidupan modern karena berfokus pada pengembangan teknologi kapal yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Prinsip desain yang diambil dari tradisi dapat diadaptasi untuk memecahkan tantangan global terkait perubahan iklim dan kebutuhan akan teknologi yang lebih efisien dan lebih ramah lingkungan.