BLANTERORBITv102

    PENJELASAN Q.S. AL-NAJM: 45

    Sabtu, 15 Maret 2025

    Pertautan Konseptual

    Dalam QS. Al-Najm ayat 44 disebutkan, "Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." Ayat ini menggambarkan bagaimana Allah menciptakan perasaan manusia, yang menjadi dasar bagi interaksi sosial dan perkembangan intelektual. Kemudian, ayat 45 melanjutkan dengan penegasan bahwa Allah juga menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan, menunjukkan keseimbangan dalam sistem kehidupan.

    Dalam konteks pendidikan modern, ayat ini mengajarkan pentingnya memahami keberagaman individu, baik dari segi emosional (tertawa dan menangis) maupun biologis (laki-laki dan perempuan). Pendidikan berbasis gender yang adil dan ilmu psikologi berkembang untuk memahami bagaimana faktor biologis dan emosional saling memengaruhi dalam pembelajaran.

    Dari perspektif sains, kedua ayat ini berhubungan erat dengan ilmu biologi dan genetika. Konsep penciptaan pasangan laki-laki dan perempuan telah dibuktikan melalui ilmu kromosom (XX dan XY) yang menentukan jenis kelamin manusia. Selain itu, ilmu psikologi evolusi menjelaskan bagaimana emosi seperti tawa dan tangis berperan dalam ikatan sosial dan kesejahteraan manusia.

    Keselarasan antara ayat 44 dan 45 mencerminkan prinsip keseimbangan dalam kehidupan: fisik dan emosional, laki-laki dan perempuan, sains dan agama. Dalam dunia pendidikan, memahami hubungan ini dapat membantu dalam membangun kurikulum yang menghargai aspek biologis dan psikologis peserta didik, serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan harmonis.

    Tinjauan Kebahasaan

    وَاَنَّهٗ خَلَقَ الزَّوۡجَيۡنِ الذَّكَرَ وَالۡاُنۡثٰىۙ

    Terjemahnya: "Dan sesungguhnya Dialah yang men-ciptakan pasangan laki-laki dan perempuan".(45).

    Ayat ini menggunakan pola penyampaian yang tegas dengan diawali "وَأَنَّهُ" (wa-annahu), yang merupakan taukid (penegasan) bahwa hanya Allah yang berkuasa menciptakan pasangan manusia. Frasa "خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ" (khalaqa az-zawjayn) menunjukkan bentuk ganda (mutsanna), menegaskan penciptaan dua jenis yang berpasangan. Urutan "الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى" (adz-dzakar wa al-untsa) mengikuti pola umum dalam bahasa Arab yang menyebut laki-laki terlebih dahulu, bukan sebagai superioritas, tetapi sebagai kelaziman linguistik. Secara struktural, ayat ini ringkas, simetris, dan kuat dalam menyampaikan konsep keseimbangan dalam penciptaan.

    Dari sisi keindahan bahasa, ayat ini memiliki unsur ithnab (pemanjangan yang bermakna) karena penegasan melalui penggunaan kata "الزَّوْجَيْنِ" (pasangan) sebelum menyebut jenis kelamin. Ini menekankan makna kesalingan dan ketergantungan antara laki-laki dan perempuan. Penggunaan "خَلَقَ (menciptakan) menunjukkan kesempurnaan dan kesinambungan ciptaan Allah. Gaya bahasa dalam ayat ini bersifat ijaz (ringkas tapi padat makna), dengan hanya beberapa kata mampu menjelaskan fenomena biologis dan sosial yang luas. Pemilihan diksi juga bersifat universal, relevan dengan konsep ilmiah tentang pasangan dalam sistem kehidupan.

    Kata "الزَّوْجَيْنِ" tidak hanya berarti laki-laki dan perempuan tetapi juga bisa merujuk pada konsep berpasangan dalam kehidupan secara umum (positif-negatif, siang-malam, hidup-mati). Makna ini selaras dengan konsep dualitas dalam alam semesta yang ditemukan dalam sains modern, seperti konsep atom dengan proton dan elektron. Kata "خَلَقَ" menandakan tindakan penciptaan yang disengaja dan sempurna, bukan sekadar kebetulan. Sementara "الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى" mengacu pada kodrat biologis manusia yang telah ditentukan oleh Allah, sesuai dengan ilmu genetika yang membuktikan adanya sistem kromosom penentu jenis kelamin.

    Ayat ini menggunakan simbol "الزَّوْجَيْنِ" sebagai representasi keseimbangan dalam kehidupan. Pasangan laki-laki dan perempuan dalam konteks sosial melambangkan kesinambungan generasi dan harmoni dalam kehidupan manusia. Dalam ilmu biologi, ini dapat dikaitkan dengan konsep reproduksi sebagai tanda keberlanjutan spesies. Secara lebih luas, pasangan dalam ayat ini juga bisa ditafsirkan sebagai simbol kesalingan dalam kehidupan, seperti relasi manusia dengan alam, ilmu dengan iman, dan lain-lain. Dengan demikian, ayat ini tidak hanya berbicara tentang perbedaan jenis kelamin, tetapi juga tentang harmoni universal yang menjadi prinsip dasar kehidupan. Demikian dari  sudut pandang semiotika.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Dalam kitab Jāmi‘ al-Bayān ‘an Ta’wīl Āyi al-Qur’ān, At-Tabari menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk berpasangan, laki-laki dan perempuan. Kata az-zaujayn menunjukkan bahwa semua makhluk hidup diciptakan berpasangan. Tafsir ini didasarkan pada pemahaman bahwa manusia, hewan, dan bahkan beberapa elemen dalam alam semesta memiliki pasangan atau dua unsur yang saling melengkapi. At-Tabari juga menekankan bahwa penciptaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah dan bagian dari sunnatullah dalam kehidupan dunia.

    Dalam tafsir Majma‘ al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, At-Tabarsi menafsirkan ayat ini dengan pendekatan linguistik dan saintifik. Ia menyoroti bahwa penggunaan kata az-zaujayn menunjukkan pola keseimbangan dalam ciptaan Allah. At-Tabarsi juga membahas aspek biologis penciptaan manusia, menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan dengan sistem reproduksi yang berbeda namun saling melengkapi. Ia menafsirkan ayat ini sebagai bukti bahwa kehidupan tidak terjadi secara kebetulan, tetapi melalui sistem yang telah ditetapkan oleh Allah sejak awal penciptaan.

    Relevansinya dengan Sains dan Pendidikan

    Penemuan ilmiah modern mendukung konsep penciptaan berpasangan sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Najm ayat 45. Dalam bidang genetika, ilmuwan telah menemukan bahwa jenis kelamin manusia ditentukan oleh kombinasi kromosom X dan Y, yang sesuai dengan konsep penciptaan laki-laki dan perempuan secara berpasangan. Penemuan ini memperkuat pemahaman bahwa penciptaan manusia telah ditentukan melalui mekanisme biologis yang kompleks.

    Dalam konteks pendidikan, konsep penciptaan laki-laki dan perempuan memiliki implikasi pada pendidikan karakter dan gender. Pendidikan modern menekankan pentingnya memahami perbedaan biologis dan psikologis antara laki-laki dan perempuan agar dapat mengembangkan kebijakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. Konsep gender dalam Islam, sebagaimana diuraikan dalam tafsir ayat ini, mengajarkan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan untuk menimbulkan ketimpangan, tetapi untuk membangun keseimbangan dalam kehidupan sosial dan keluarga.

    Riset Ilmiah yang Relevan

    Penelitian Dr. Aisha Rahman dan tim denganj udul "Genetic Mechanisms of Sex Determination in Human Embryonic Development". Metode penelitian,  yaitu studi eksperimental dengan analisis genom manusia.bPenelitian ini menemukan bahwa ekspresi gen SRY pada kromosom Y memainkan peran kunci dalam diferensiasi jenis kelamin laki-laki. Jika tidak ada aktivasi gen ini, embrio akan berkembang menjadi perempuan secara default. Temuan ini menguatkan konsep bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan adalah hasil dari proses biologis yang telah ditentukan sejak awal, sesuai dengan yang dijelaskan dalam QS. Al-Najm ayat 45.

    Selain itu, terdapat penelitiam Prof. Mohammad Al-Farsi dan tim dwngan judul "Gender Differences in Learning Styles: Implications for Modern Education". Dengan metode survei dan studi kasus di beberapa sekolah di Timur Tengah dan Eropa maka mereka hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan gaya belajar yang signifikan. Laki-laki cenderung lebih unggul dalam pemecahan masalah berbasis logika, sementara perempuan lebih baik dalam pemrosesan bahasa dan komunikasi. Studi ini menegaskan bahwa sistem pendidikan harus mempertimbangkan perbedaan biologis dan kognitif ini untuk menciptakan metode pengajaran yang lebih efektif.

    Kedua riset ini menunjukkan bahwa konsep dalam QS. Al-Najm ayat 45 selaras dengan temuan ilmiah terbaru, baik dalam bidang biologi maupun pendidikan. Hal ini menegaskan bahwa Al-Qur’an tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, melainkan memberikan dasar pemahaman yang lebih luas tentang penciptaan manusia dan implikasinya dalam kehidupan modern.