Pertautan Konseptual
Dalam Surah Al-Qamar ayat 11 dan 12, terdapat kesinambungan yang erat dalam penggambaran bencana besar yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Ayat sebelumnya (11) menggambarkan hujan lebat yang turun dari langit, sementara ayat 12 melanjutkan dengan gambaran bumi yang menyemburkan banyak mata air. Konsep ini saling melengkapi, dimana air yang turun dari langit bertemu dengan air yang berasal dari perut bumi, menghasilkan bencana yang telah ditentukan-Nya. Secara konseptual, hal ini bisa dihubungkan dengan teori ilmiah mengenai siklus hidrologi, di mana air yang ada di bumi mengalir melalui proses perembesan dan penguapan, kemudian kembali sebagai hujan yang akhirnya meluap. Perpaduan antara air dari langit dan bumi inilah yang menyebabkan terjadinya banjir besar, sebuah fenomena alam yang telah ditentukan dalam takdir Allah.
Analisis dari Aspek Kebahasaan
وَّفَجَّرْنَا الْاَرْضَ عُيُوْنًا فَالْتَقَى الْمَاۤءُ عَلٰٓى اَمْرٍ قَدْ قُدِرَۚ ١٢
"Kami pun menjadikan bumi menyemburkan banyak mata air. Maka, berkumpullah semua air itu sehingga (meluap dan menimbulkan) bencana yang telah ditetapkan"
Ayat ini memberikan narasi yang terorganisir dengan rapi. Dimulai dengan tindakan "kami menjadikan bumi menyemburkan banyak mata air," lalu dilanjutkan dengan efek dari tindakan tersebut, yaitu "berkumpullah semua air itu." Ayat ini membentuk rangkaian sebab-akibat yang mengarah pada bencana yang ditetapkan oleh Allah. Ini memperlihatkan konsep takdir yang sudah ditentukan dan tidak bisa dihindari.
Dari segi gayaretorika, ayat ini menggunakan gaya bahasa yang menggugah, seperti "fajjarna" (kami menyemburkan) yang menggambarkan tindakan yang hebat dan dahsyat, menimbulkan efek dramatis. Kata "al-maa’" (air) juga digunakan untuk menggambarkan betapa besar dan luasnya bencana yang terjadi, memberikan kesan tentang kedalaman dan intensitas peristiwa tersebut. Penggunaan "ayat" yang terstruktur dengan baik ini mempertegas kekuasaan Allah dalam mengatur alam semesta.
Ayat ini menekankan dua hal utama: air sebagai elemen yang menghubungkan langit dan bumi, serta takdir yang sudah ditentukan Allah. “Mata air yang memancar” melambangkan potensi bencana yang tersembunyi di bawah permukaan bumi, yang dalam konteks ini, merupakan bagian dari hukum alam yang dikendalikan oleh takdir ilahi. Bencana ini adalah manifestasi dari keputusan Tuhan yang pasti.
Dalam ilmu tentang tanda dan simbol, ayat ini mengandung tanda-tanda yang mendalam. "Mata air" yang memancar dapat dipahami sebagai simbol kekuatan alam yang pada suatu titik bisa meledak keluar, dan "berkumpulnya air" menjadi tanda bahwa segala sesuatu yang tersembunyi pada akhirnya akan keluar dengan kekuatan yang tidak terbendung. Ini menggambarkan hubungan antara manifestasi alam dan kekuatan ilahi yang menentukan akhir dari segala sesuatu. Tanda-tanda ini merujuk pada keajaiban dan keteraturan alam yang berada dalam pengawasan Tuhan.
Penjelasan Versi Ulama Tafsir
Syihabuddin al-Alusi, dalam tafsirnya Ruh al-Ma'ani, menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa ketika air bah menimpa umat Nuh, Allah SWT memerintahkan bumi untuk menyemburkan mata air dari berbagai tempat di muka bumi. Fenomena tersebut terjadi sebagai bagian dari perintah-Nya untuk menenggelamkan umat yang kafir dan membinasakan mereka dengan cara yang sangat mengerikan. Al-Alusi menekankan bahwa mata air yang dimaksud bukan hanya berupa air yang keluar dari laut atau sungai, tetapi juga dari permukaan bumi, yang seolah-olah bumi berperan aktif dalam bencana besar itu.
Dalam tafsir ini, al-Alusi menyoroti fenomena alam yang terjadi sesuai dengan takdir Allah, di mana air yang meluap datang dari dua arah: hujan dari langit dan mata air yang memancar dari bumi. Kedua elemen ini bertemu pada suatu titik waktu yang telah ditentukan oleh Allah, dan pertemuan ini menjadi penyebab bencana besar yang menimpa umat Nuh. Konsep ini menunjukkan keterhubungan antara alam semesta dan kehendak Tuhan, dan dalam pandangannya, tidak ada yang terjadi tanpa izin-Nya.
Selain Al-Alusi, Az-Zamakhsari dalam Al-Kashaf menjelaskan bahwa ayat ini mengandung gambaran yang sangat jelas tentang bencana besar yang menimpa umat Nuh. Menurutnya, ketika Allah menyuruh bumi untuk mengeluarkan mata air, yang dimaksud adalah fenomena yang terjadi saat bumi mengeluarkan air dalam jumlah yang sangat besar, menggenangi segala sesuatu. Az-Zamakhsari lebih menekankan pada fakta bahwa mata air yang keluar ini berasal dari sumber yang tersembunyi di bawah permukaan bumi, yang sebelumnya tidak diketahui manusia.
Pentingnya ayat ini bagi Az-Zamakhsari adalah untuk menggambarkan takdir yang ditentukan Allah, yang mana kekuatan alam semesta dipergunakan untuk mencapai tujuan ilahi, yaitu hukuman bagi umat yang zalim. Az-Zamakhsari menunjukkan bahwa tindakan alam semesta ini bukanlah kebetulan atau akibat dari proses alami semata, tetapi adalah bagian dari keputusan Allah yang sangat mengatur setiap peristiwa di dunia.
Relevansinya dengan Sains Modern dan Pendidikan
Tafsir terhadap QS. Al-Qamar ayat 12 oleh Syihabuddin al-Alusi dan Az-Zamakhsari memberikan pandangan tentang fenomena alam yang dapat dikaitkan dengan peristiwa banjir besar yang terjadi di zaman Nabi Nuh. Dalam sains modern, fenomena ini dapat dianggap sebagai peristiwa yang melibatkan perubahan besar dalam ekosistem bumi, termasuk curah hujan ekstrem dan keluarnya mata air yang sangat banyak.
Pengetahuan tentang banjir besar, seperti yang tercatat dalam sejarah alam, dapat dijelaskan dengan beberapa teori ilmiah, termasuk teori tentang perubahan iklim dan geologi. Penemuan ilmiah menunjukkan bahwa peristiwa banjir besar bisa disebabkan oleh faktor-faktor geologis, seperti letusan gunung berapi yang dapat memicu perubahan dramatis pada aliran air di permukaan bumi atau perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi.
Dalam konteks pendidikan terkini, ayat ini relevan karena mengajarkan pentingnya hubungan antara alam dan takdir Tuhan. Pendekatan multidisipliner yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan agama dapat membantu siswa memahami lebih dalam tentang bagaimana hukum alam beroperasi dalam kerangka kehendak Tuhan. Pendidikan modern kini lebih mengarah pada pengajaran yang integratif, di mana ilmu pengetahuan dan iman dapat saling melengkapi dalam memahami fenomena alam.
Jadi, relevansi ayat ini dengan ilmu pengetahuan modern dan pendidikan adalah bahwa peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di masa lalu bisa dijelaskan melalui teori-teori ilmiah, namun tetap menunjukkan bahwa semuanya terjadi dengan izin dan takdir Allah SWT.
Riset yang Relevan
Riset yang dilakukan oleh R. D. S. McHarg et al. (2023), berjudul “The Impact of Geothermal Heat Flux on the Melting of Polar Ice Sheets and Sea Level Rise”. Penelitian ini menggunakan simulasi model geoklimat dan analisis data geofisika untuk mengukur dampak aliran panas geotermal pada lapisan es di kutub. Para peneliti memodelkan bagaimana suhu bumi yang meningkat dari lapisan dalam dapat mempercepat pencairan es yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan permukaan laut yang lebih cepat. Penelitian ini menemukan bahwa aliran panas dari dalam bumi, atau flux geotermal, berkontribusi signifikan terhadap pencairan lapisan es, terutama di Greenland dan Antartika. Penurunan volume es ini dapat mempercepat terjadinya kenaikan permukaan laut, yang berpotensi memperburuk dampak perubahan iklim. Hal ini relevan dengan konsep "mata air yang memancar dari bumi" yang dimaksudkan dalam tafsir ayat QS. Al-Qamar ayat 12, di mana perubahan geologi dapat memicu fenomena alam yang besar.
Selain itu, riset yang dilakukan oleh L. H. Zhang et al. (2024), berjudul “The Role of Subsurface Water Flow in Flooding Events and Natural Disasters”. Penelitian ini menggunakan pemodelan hidrologi untuk memahami bagaimana pergerakan air bawah tanah dan aliran mata air memengaruhi kejadian banjir besar. Peneliti menganalisis data lapangan terkait distribusi mata air dan curah hujan ekstrem yang berperan dalam bencana banjir. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aliran air bawah tanah yang tiba-tiba dapat menyebabkan bencana banjir saat bertemu dengan curah hujan ekstrem. Mata air yang tersembunyi di bawah permukaan bumi berperan penting dalam menyebabkan banjir yang meluas, terutama ketika sistem drainase alami gagal. Penemuan ini memberikan wawasan tambahan tentang bagaimana fenomena yang dijelaskan dalam QS. Al-Qamar ayat 12 tentang keluarnya air dari bumi dapat dipahami dalam konteks ilmiah sebagai fenomena hidrologi yang memengaruhi bencana alam.
0 komentar