BLANTERORBITv102

    MENGENAL SURAH AL-NAJM

    Senin, 17 Maret 2025

     MENGENAL SURAH AL-NAJM

    Muqaddimah 

    Dalam Al-Qur'an, setiap surah memiliki makna mendalam dan pelajaran berharga bagi manusia. Salah satu surah yang menegaskan keagungan wahyu dan kebesaran Allah adalah Surah Al-Najm. Surah ini termasuk dalam golongan surah Makkiyah dan terdiri dari 62 ayat. Nama "Al-Najm" sendiri berarti "Bintang", yang merujuk pada sumpah Allah di awal surah ini. Surah ini memiliki pesan kuat tentang keabsahan wahyu yang diterima Nabi Muhammad ﷺ, sekaligus peringatan bagi mereka yang menolak kebenaran.

    Keistimewaan dan Latar Belakang Surah Al-Najm

    Surah Al-Najm diturunkan pada fase awal dakwah Islam di Mekah. Ketika itu, kaum Quraisy masih banyak yang menolak ajaran Islam dan meragukan kenabian Muhammad ﷺ. Mereka menganggap bahwa wahyu yang dibawa Nabi hanyalah hasil imajinasinya sendiri. Maka, Allah menegaskan bahwa wahyu yang diterima Nabi benar-benar datang dari-Nya, melalui perantaraan Malaikat Jibril.

    Surah ini juga dikenal sebagai surah pertama yang dibaca secara terang-terangan di hadapan kaum Quraisy, yang kemudian memicu reaksi besar dari mereka. Menurut beberapa riwayat, ketika Rasulullah ﷺ membacakan surah ini di hadapan orang-orang Quraisy, mereka tertegun dan pada akhir surah, ketika ayat sajdah dibacakan, mereka ikut bersujud. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh surah ini, bahkan bagi orang-orang yang sebelumnya menentang Islam.

    Makna Ayat-Ayat dalam Surah Al-Najm

    Surah Al-Najm dibuka dengan sumpah Allah: "Demi bintang ketika terbenam." (QS. Al-Najm: 1)

    Allah bersumpah dengan bintang, salah satu ciptaan-Nya yang memiliki keteraturan luar biasa. Bintang yang tenggelam menandakan pergantian waktu dan menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah.

    Lalu, Allah membantah tuduhan kaum Quraisy bahwa Muhammad ﷺ berbicara dari hawa nafsunya:

    "Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya. Itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. Al-Najm: 2-4)

    Ayat ini menegaskan bahwa segala perkataan yang disampaikan Rasulullah ﷺ adalah wahyu dari Allah, bukan karangan atau dugaan manusia.

    Kemudian, Allah menjelaskan bagaimana Nabi menerima wahyu melalui Malaikat Jibril yang memiliki kekuatan luar biasa:

    "(Yang diajarkan kepadanya) oleh yang sangat kuat, yang mempunyai kecerdasan; lalu (Jibril) menampakkan diri dengan rupa yang asli." (QS. Al-Najm: 5-6)

    Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad ﷺ berkesempatan melihat Jibril dalam bentuk aslinya di Sidratul Muntaha, sebuah tempat di langit tertinggi yang tidak dapat dijangkau oleh makhluk biasa.

    Selain menegaskan kebenaran wahyu, surah ini juga mengkritik penyembahan berhala oleh kaum musyrik Mekah. Allah menyebut nama berhala-berhala mereka seperti Lata, Uzza, dan Manat, dan mempertanyakan apakah mereka memiliki bukti nyata bahwa sesembahan mereka itu memiliki kekuatan. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya hanya Dia yang berhak disembah, bukan patung-patung yang dibuat manusia.

    Allah juga mengingatkan tentang keadilan-Nya, bahwa setiap manusia akan dibalas sesuai amalnya:

    "Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (QS. Al-Najm: 39-40) ni

    Ayat ini menjadi prinsip dasar dalam Islam: setiap orang bertanggungjawab atas amal perbuatannya sendiri. Tidak ada dosa yang diwariskan, dan tidak ada amal baik yang sia-sia.

    Pada akhir surah, Allah menggambarkan hari kiamat dan keputusan Allah yang mutlak atas segala sesuatu. Ayat terakhirnya berisi perintah untuk bersujud:

    "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia." (QS. Al-Najm: 62)

    Karena ayat ini termasuk ayat sajdah, maka ketika seorang Muslim membacanya, ia dianjurkan untuk melakukan sujud tilawah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

    Pelajaran dari Surah Al-Najm

    Surah Al-Najm mengandung banyak pelajaran penting bagi umat Islam, di antaranya:

    Kebenaran wahyu Allah – Al-Qur'an bukanlah karangan manusia, melainkan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui Malaikat Jibril.

    Kesalahan penyembahan berhala – Menyembah sesuatu selain Allah, baik berhala maupun hal-hal lain yang dianggap memiliki kekuatan gaib, adalah kesesatan yang nyata.

    Tanggung jawab pribadi atas amal – Setiap manusia hanya akan mendapatkan hasil dari apa yang diusahakannya. Amal baik akan dibalas dengan kebaikan, sedangkan kejahatan akan dibalas dengan hukuman.

    Kebesaran Allah dalam penciptaan – Alam semesta, termasuk bintang-bintang yang disebut dalam ayat pertama, adalah bukti kekuasaan Allah yang tak terbatas.

    Pentingnya sujud kepada Allah – Di akhir surah ini, Allah memerintahkan untuk bersujud kepada-Nya, menandakan bahwa hanya kepada-Nya kita harus tunduk dan menyembah.

    Khatimah

    Surah Al-Najm adalah salah satu surah yang memiliki kekuatan spiritual luar biasa. Ia tidak hanya membuktikan kebenaran wahyu yang dibawa Rasulullah ﷺ, tetapi juga memberikan peringatan kepada orang-orang yang menolak Islam. Surah ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh mengikuti hawa nafsu dan harus menyembah hanya kepada Allah.

    Pesan utama dari surah ini sangat relevan bagi kita hingga hari ini. Di tengah zaman yang penuh godaan duniawi, kita harus kembali kepada Al-Qur'an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Kita juga diingatkan untuk selalu berusaha dalam hidup, karena Allah akan membalas setiap usaha dengan keadilan-Nya.

    Akhirnya, sebagai bentuk penghayatan terhadap surah ini, kita dianjurkan untuk bersujud dan merenungkan kebesaran Allah. Semoga kita termasuk dalam golongan yang tunduk kepada-Nya dan mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an