Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar
Prolog
Dalam dunia sains, teori tentang letupan besar atau Big Bang menggambarkan asal-usul alam semesta, sebuah ledakan dahsyat yang memunculkan segala sesuatu dari ketiadaan. Teori ini, meskipun masih berkembang, memberi gambaran tentang bagaimana alam semesta terbentuk dan berkembang, dari ledakan yang begitu besar hingga terjadinya pergerakan bintang-bintang dan planet-planet. Namun, dalam keagungan ilmu Allah, semua teori tersebut hanyalah gambaran kecil dari kemampuan-Nya yang Maha Agung.
Dalam realitas keagungan Tuhan, Allah mampu menciptakan dan menghancurkan, serta membangkitkan makhluk-Nya dengan sangat mudah. Seperti halnya alam semesta yang terbentuk dari ledakan besar yang tak terbayangkan, kebangkitan manusia di Hari Kiamat pun merupakan suatu perkara yang sangat mudah bagi Allah. Bumi yang seolah tak mungkin terbelah untuk mengeluarkan seluruh umat manusia, namun di hadapan Allah, segala sesuatu terjadi dengan cepat dan sempurna.
Surah Qaf ayat 44 mengingatkan kita tentang kekuatan Allah dalam kebangkitan. "Pada hari itu bumi terbelah dengan mengeluarkan mereka, (kemudian mereka) bergegas menuju Padang Mahsyar. Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami." Ayat ini menegaskan betapa mudahnya bagi Allah untuk mengumpulkan manusia dari seluruh penjuru bumi pada hari kebangkitan, meskipun tampaknya mustahil bagi kita.
Analisis Kebahasaan
Berikut ini saya paparkan analisis terhadap Q.S. Qaf: 44,dari tinjauan struktur, balagaj, semantik, semiotika.
يَوْمَ تَشَقَّقُ الْاَرْضُ عَنْهُمْ سِرَاعًاۗ ذٰلِكَ حَشْرٌ عَلَيْنَا يَسِيْرٌ ٤٤
Terjemahnya: "Pada hari itu bumi terbelah dengan mengeluarkan mereka, (kemudian mereka) bergegas (menuju Padang Mahsyar). Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami" (44)
Pertama, struktur.
Pada ayat Q.S. Qaf: 44, struktur kalimat menggambarkan kejadian Hari Kiamat dengan menggunakan gaya bahasa yang padat dan bermakna. Dimulai dengan kata "يَوْمَ" (pada hari itu), yang langsung mengarah pada situasi tertentu, yaitu hari ketika bumi terbelah. Kalimat ini mengandung unsur kejadian yang akan terjadi, yaitu terbelahnya bumi dan makhluk-makhluk yang dikeluarkan darinya. Kalimat berlanjut dengan deskripsi pergerakanmereka yang "bergegas", menandakan keterburu-buruan. Struktur ini memperlihatkan urgensi dan kecepatan peristiwa. Pada akhir kalimat, terdapat pernyataan bahwa pengumpulan ini adalah "mudah" bagi Allah, menunjukkan kuasa-Nya yang mutlak.
Kedua, balaghah.
Ayat ini menunjukkan keindahan balaghah (retorika bahasa) dengan penggunaan metafora dan kontras yang tajam. Istilah "تَشَقَّقُ" (terbelah) menggambarkan peristiwa yang luar biasa dan penuh dramatik, menambah kesan ketegangan pada pembaca. Kata "سِرَاعًا" (bergegas) mempertegas perasaan urgensi dan kepanikan yang akan terjadi pada hari itu. Selain itu, kata "يَسِيْرٌ" (mudah) di akhir ayat memberikan kontras yang mencolok antara kedahsyatan peristiwa itu dengan kemudahan yang diberikan Allah dalam menjalankannya. Ini memperlihatkan betapa kecilnya kuasa manusia dibandingkan dengan kuasa Allah yang dapat mengatasi segala sesuatu dengan mudah.
Ketiga, semantik
Kata "تَشَقَّقُ" (terbelah) menyiratkan peristiwa yang menakutkan dan luar biasa, menunjukkan betapa dahsyatnya perubahan alam pada hari itu. "سِرَاعًا" (bergegas) menggambarkan kecepatan dan ketergesaan makhluk hidup menuju Padang Mahsyar, seolah-olah tidak ada waktu untuk berdiam diri. Sebaliknya, frasa "يَسِيْرٌ" (mudah) memperlihatkan bahwa meskipun peristiwa tersebut sangat besar dan menakutkan, bagi Allah, itu adalah hal yang sangat mudah untuk dilaksanakan. Ini memberi kesan bahwa segala sesuatu dalam kekuasaan Allah sangatlah ringan dan mudah dilakukan.
Keempat, semiotika
Ayat ini mengandung tanda-tanda yang mengarah pada pemahaman simbolis yang mendalam. "تَشَقَّقُ" (terbelah) dapat dipandang sebagai simbol dari kehancuran total yang menandakan akhir dari segala sesuatu yang kita kenal. "سِرَاعًا" (bergegas) bisa diartikan sebagai tanda dari kondisi genting dan ketidakmampuan manusia untuk menghindari kenyataan tersebut. Sedangkan kata "يَسِيْرٌ" (mudah) adalah simbol dari kekuasaan absolut Allah yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang tampaknya mustahil, bagi-Nya adalah mudah dan ringan. Penggunaan bahasa yang kontras ini memperlihatkan perbedaan besar antara kemampuan manusia dengan kemampuan Tuhan dalam mengendalikan alam semesta.
Penjelasan Ulama Tafsir
Fakhrur Razi dalam tafsirnya, Al-Tafsir al-Kabir, menafsirkan ayat ini sebagai gambaran tentang kedahsyatan dan kecepatan peristiwa kebangkitan pada hari kiamat. Ia menyatakan bahwa bumi yang terbelah untuk mengeluarkan umat manusia, sebagai simbol dari suatu peristiwa luar biasa yang akan terjadi dengan sangat cepat. Razi menjelaskan bahwa terbelahnya bumi ini menandakan bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang akan tertinggal di dalamnya. Allah memerintahkan bumi untuk mengeluarkan manusia dengan begitu cepat, seolah seperti ledakan yang terjadi secara serentak dan menyeluruh. Dalam perspektif ini, ayat ini menggambarkan kebangkitan yang sangat menakjubkan dan luar biasa.
Fakhrur Razi juga menekankan bahwa kalimat ذلك حشر علينا يسير (“Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami”) menunjukkan bahwa meskipun peristiwa kebangkitan ini tampak menakutkan dan dahsyat bagi makhluk, bagi Allah hal tersebut sangat mudah dilakukan. Ini menunjukkan kuasa Allah yang mutlak dan tidak terbatas. Kebangkitan tersebut adalah bagian dari takdir Allah yang tidak membutuhkan usaha besar karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Menurut Jauhari Tanthowi dalam tafsirnya, Tafsir al-Jauhari, ayat ini menunjukkan bahwa kebangkitan di hari kiamat bukan hanya sebuah peristiwa besar, tetapi juga sangat cepat dan efektif. Ia memfokuskan pada gambaran bumi yang terbelah, yang mengindikasikan bahwa setiap bagian bumi akan mengeluarkan manusia menuju Padang Mahsyar dengan sangat cepat. Jauhari menggambarkan bahwa kejadian ini akan berlangsung begitu dahsyat dan penuh kecepatan, sehingga manusia tidak akan memiliki kesempatan untuk berlindung atau menghindar.
Jauhari menambahkan bahwa makna dari حشر علينا يسير adalah bahwa segala sesuatu, termasuk kebangkitan, tidaklah sulit bagi Allah. Walaupun peristiwa tersebut melibatkan semua manusia dari seluruh dunia dan waktu, Allah dengan mudah melaksanakannya. Ini menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah yang Maha Kuasa. Dari segi relevansi, ini mengingatkan umat manusia tentang kepastian kebangkitan dan kesiapan mereka untuk menghadapi hari tersebut, meskipun bagi Allah semua itu sangat mudah dilakukan.
Teori Big Bang dan Hari Kebangkitan
Teori ilmiah tentang letupan besar atau Big Bang menjelaskan asal-usul alam semesta, bahwa alam semesta bermula dari suatu ledakan besar yang terjadi sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, yang mengakibatkan terbentuknya galaksi, bintang, planet, dan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. Proses ini, yang melibatkan energi besar, menggambarkan bagaimana satu peristiwa besar bisa menghasilkan perubahan luar biasa yang mengubah struktur alam semesta.
Dalam konteks ayat Q.S. Qaf 44, kita bisa menarik paralel antara ledakan besar (Big Bang) dengan kebangkitan manusia yang akan terjadi di akhir zaman. Seperti halnya ledakan besar yang mengubah seluruh alam semesta, kebangkitan manusia dari bumi yang terbelah dapat dipahami sebagai peristiwa yang mengubah keadaan dunia dan umat manusia secara mendasar.
Relevansi lainnya adalah penggambaran tentang kuasa Allah yang Maha Mudah dalam melakukan hal-hal besar, sebagaimana Allah mengatakan dalam ayat tersebut bahwa kebangkitan manusia adalah hasyru 'alayna yaseer (pengumpulan yang mudah bagi Kami). Ini menunjukkan bahwa meskipun secara fisik kebangkitan ini bisa dilihat sebagai sesuatu yang mengerikan dan mengagumkan, bagi Allah semua ini adalah hal yang mudah dilakukan, seperti halnya alam semesta ini yang terbentuk dengan mudah menurut kehendak-Nya. Hal ini menegaskan kebesaran dan keagungan Allah dalam menghadapi segala sesuatu, termasuk kebangkitan umat manusia di hari kiamat.
Epilog
Dengan segala pengetahuan yang kita miliki, kita tetap harus menyadari bahwa segalanya berada dalam genggaman Allah. Seperti teori letupan besar yang menggambarkan penciptaan alam semesta, kebangkitan manusia di Hari Kiamat adalah manifestasi dari kekuatan Tuhan yang tak terbatas. Surah Qaf ayat 44 mengingatkan kita akan kemudahan Allah dalam membangkitkan manusia untuk dihisab. Hal ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersiap menghadapi hari kebangkitan dengan penuh kesadaran akan kekuasaan-Nya.
0 komentar