Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar
Prolog
Pendidikan, sebagai suatu sistem yang bertujuan membentuk karakter dan pengetahuan, tidak hanya bertumpu pada teori-teori ilmiah yang terbukti, tetapi juga pada nilai-nilai moral dan spiritual yang lebih mendalam. Salah satu teori yang kerap diajarkan dalam kajian ilmu hukum adalah teori sebab-akibat, yang menunjukkan bagaimana suatu perbuatan pasti membawa akibat tertentu. Dalam konteks pembelajaran, setiap tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik akan mempengaruhi hasil akhir dari proses pendidikan itu sendiri. Seorang guru yang menanamkan prinsip-prinsip kebaikan, misalnya, akan menuai hasil berupa perkembangan karakter dan moral yang baik pada murid-muridnya. Sebaliknya, jika tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan norma-norma yang ada, maka hasil yang diharapkan akan jauh dari tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Teori sebab-akibat ini juga sangat relevan dengan petunjuk dalam surah Qaf ayat 35, yang berbicara tentang nikmat yang diberikan oleh Allah di akhirat. Ayat ini menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman akan mendapatkan apa yang mereka kehendaki, serta tambahan nikmat yang lebih dari itu. Sebagaimana dalam pendidikan, setiap usaha yang kita lakukan, jika dilandasi oleh niat baik dan amal yang benar, akan membawa hasil yang sesuai dengan harapan. Namun, ada satu hal yang lebih penting, yaitu adanya tambahan kebaikan atau nikmat yang datang dari Allah, yang melebihi apa yang bisa kita bayangkan atau harapkan.
Konsep ini menjadi refleksi dalam dunia pendidikan, bahwa usaha kita sebagai pendidik dan peserta didik tidak hanya akan membuahkan hasil sesuai harapan, tetapi juga memberi tambahan berkah yang tak terduga dari Tuhan.
Kajian Kebahasaan
لَهُمْ مَّا يَشَاۤءُوْنَ فِيْهَا وَلَدَيْنَا مَزِيْدٌ ٣٥
Terjemahnya: "Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki dan pada Kami masih ada lagi tambahan (nikmat)" (35)
Surah Qaf ayat 35 berbicara tentang kenikmatan yang akan diterima oleh orang-orang yang beriman di surga. Dalam ayat ini, struktur kalimat menggambarkan dua bagian penting. Pertama, "لَهُمْ مَّا يَشَاءُوْنَ فِيْهَا" menunjukkan kenikmatan yang mereka inginkan dan akan diperoleh di surga. Kedua, "وَلَدَيْنَا مَزِيْدٌ" memberikan tambahan kontras, yang menyatakan bahwa selain apa yang mereka inginkan, masih ada nikmat yang lebih dari Allah yang akan diberikan. Ini membentuk pola kontrastif antara kenikmatan yang diinginkan dan yang lebih dari itu, menggambarkan betapa besar nikmat yang akan diterima.
Ayat ini menggunakan dua ungkapan yang kuat, yaitu "مَا يَشَاءُوْنَ" (apa yang mereka kehendaki) dan "مَزِيْدٌ" (tambahan). Penggunaan kata "مَزِيْدٌ" mengandung makna tambahan yang sangat luas dan tidak terbatas, menunjukkan bahwa kenikmatan yang diterima bukan hanya sesuai keinginan, tetapi melebihi ekspektasi. Ayat ini juga mengandung perulangan makna antara apa yang diinginkan dan tambahan dari Allah. Penggunaan kalimat tersebut memperlihatkan penggunaan perbandingan yang membangun rasa harapan dan imajinasi bagi pembaca atau pendengar akan keindahan dan kelimpahan yang ada di surga.
Penekanan ayat ini, yaitu pada konsep kenikmatan yang tanpa batas yang akan diterima orang-orang beriman di surga. "مَا يَشَاءُوْنَ" menunjukkan bahwa setiap orang akan mendapatkan apa yang diinginkan sesuai dengan keinginan mereka, yang mencakup segala bentuk kenikmatan, baik fisik maupun emosional. Kemudian, "مَزِيْدٌ" menggambarkan bahwa kenikmatan tersebut tidak terbatas pada apa yang diinginkan, tetapi Allah akan memberikan tambahan yang tak terbayangkan. Hal ini menunjukkan bahwa kenikmatan Allah lebih dari apa yang dapat dibayangkan, menggambarkan sifat kemurahan dan kebesaran Allah yang tak terbatas.
Jadi, ayat ini dapat diinterpretasikan melalui tanda-tanda yang ada. Kata "مَا يَشَاءُوْنَ" dan "مَزِيْدٌ" berfungsi sebagai tanda yang mewakili dua dimensi kenikmatan. "مَا يَشَاءُوْنَ" adalah tanda dari keinginan manusia, sementara "مَزِيْدٌ" menjadi tanda dari kuasa Allah yang memberikan lebih dari yang diinginkan. Kombinasi kedua tanda ini membangun makna bahwa di surga, manusia akan mendapat apa yang mereka harapkan, tetapi lebih dari itu, mereka akan mendapatkan sesuatu yang bahkan tidak dapat mereka bayangkan, sebagai bentuk kebesaran Allah. Tanda-tanda ini memotivasi pembaca untuk merenung tentang betapa besar dan luasnya karunia Allah.
Penafsiran Ulama
Ali As-Syabuni dalam tafsirnya, "Al-Wahidi," menafsirkan ayat ini dengan menekankan bahwa ayat ini menunjukkan keberlimpahan nikmat yang diterima oleh orang-orang yang beriman di surga. Mereka akan mendapatkan segala apa yang mereka inginkan tanpa batas. Tidak hanya itu, tambahan nikmat yang dijanjikan oleh Allah mengindikasikan bahwa kenikmatan di surga tidak terbatas pada keinginan yang sudah dipenuhi, tetapi juga adanya kejutan tambahan nikmat yang lebih luar biasa lagi.
Relevansi teori hukum sebab-akibat dalam konteks pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat bahwa ayat ini mengajarkan bahwa setiap usaha dan kerja keras di dunia, yang disertai dengan ketakwaan kepada Allah, akan mendatangkan hasil yang tidak hanya setimpal tetapi bahkan lebih dari apa yang diharapkan. Dalam pendidikan, ini mencerminkan bahwa hasil yang baik dari proses pembelajaran tidak hanya akan sesuai dengan usaha yang dilakukan, tetapi juga akan mendapatkan tambahan ilmu dan keberkahan yang tidak terduga.
Menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya "At-Tafsir al-Wajiz," ayat ini menunjukkan bahwa segala apa yang diinginkan oleh orang-orang yang beriman di surga akan diberikan oleh Allah. Tidak hanya itu, Allah menjanjikan adanya tambahan nikmat yang lebih dari sekadar apa yang diinginkan, yang mengisyaratkan bahwa kenikmatan di surga akan terus berkembang dan tidak ada habisnya. Ini adalah gambaran tentang bagaimana Allah memberikan sesuatu yang lebih indah dan luar biasa kepada hamba-Nya yang beriman.
Relevansi dengan teori hukum sebab-akibat dalam konteks pendidikan dapat dilihat dalam prinsip bahwa di dalam dunia pendidikan, jika seseorang berusaha dengan maksimal, mengikuti aturan, dan berikhtiar, ia akan mendapatkan hasil yang lebih dari apa yang diinginkannya. Sebagaimana dalam pendidikan, adanya proses dan usaha yang terus-menerus akan membawa tambahan ilmu dan hasil yang tidak terduga dan lebih baik dari yang diharapkan.T
Hukum Sebab Akibat dalam Pendidikan
Dalam konteks pendidikan, hukum sebab-akibat memberikan gambaran bahwa segala sesuatu yang kita peroleh adalah hasil dari usaha dan kerja keras yang kita lakukan. Sama halnya dengan ayat ini, yang mengisyaratkan bahwa orang-orang beriman akan memperoleh kenikmatan yang luar biasa di akhirat sebagai akibat dari amal soleh mereka di dunia. Hal ini bisa dihubungkan dengan konsep pendidikan yang menekankan pentingnya usaha dan kesungguhan dalam proses belajar.
Seperti yang dijelaskan oleh para mufassir, bahwa setiap individu yang berusaha keras, memenuhi kewajibannya, dan berbuat baik di dunia akan mendapatkan hasil yang lebih dari yang ia bayangkan. Dalam pendidikan, seseorang yang belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh akan memperoleh manfaat yang lebih besar daripada yang diinginkan, bahkan lebih dari apa yang diharapkan.
Selain itu, prinsip tambahan nikmat yang disebutkan dalam ayat ini juga relevan dengan konsep pendidikan yang menunjukkan bahwa dalam belajar, seringkali hasilnya tidak hanya sesuai dengan ekspektasi, tetapi bisa melebihi itu. Ilmu yang didapat bisa membuka peluang baru dan memberikan manfaat yang lebih besar, sama seperti nikmat tambahan yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang beriman. Dalam pendidikan, pencapaian melebihi target itu disebut "pelampauan". Dalam penilaian akreditasi, ini memiliki capaian yang luar biasa.
Epilog
Pendidikan yang berlandaskan pada hukum sebab-akibat mengajarkan kita bahwa setiap perbuatan, baik dalam bentuk tindakan maupun niat, akan menghasilkan akibat tertentu. Dengan mengikuti petunjuk surah Qaf ayat 35, kita diajak untuk percaya bahwa hasil yang kita capai bukan hanya berdasarkan usaha kita semata, tetapi juga karena rahmat dan tambahan nikmat dari Allah. Pendidikan yang baik tidak hanya mengarah pada pencapaian material, tetapi juga membuka pintu untuk rahmat dan keberkahan yang lebih besar dari yang kita duga.
0 komentar