Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar
Prolog
Dalam perkembangan teori pendidikan terkini, pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang memungkinkan individu untuk tumbuh dan berkembang secara holistik. Teori pendidikan kontemporer menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman, keterlibatan aktif siswa, serta pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis dan kolaborasi. Dalam perspektif ini, dunia pendidikan dipandang sebagai ladang yang perlu diolah dan dikembangkan, mirip dengan gambaran dalam Al-Qur'an pada Q.S. Qaf ayat 7, yang menggambarkan bumi yang diluaskan, dihiasi dengan gunung-gunung yang kokoh, dan ditumbuhkan beragam tumbuhan yang indah. Teori pendidikan terkini mengilustrasikan bahwa pendidikan adalah proses yang perlu dihiasi dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang kaya, sama seperti berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur di atas bumi.
Teori pendidikan ini menyarankan bahwa keberagaman cara belajar dan pengajaran harus dihargai dan dikembangkan, seperti halnya beragam tumbuhan yang ada di bumi. Pendidikan harus memberikan dasar yang kokoh (seperti gunung) bagi para siswa untuk membangun potensi terbaik mereka, menciptakan dunia pembelajaran yang indah dan bermanfaat bagi mereka.
Tinjauan Bahasa
الْاَرْضَ مَدَدْنٰهَا وَاَلْقَيْنَا فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ ۢ بَهِيْجٍۙ ٧
Terjemahnya: "(Demikian pula) bumi yang Kami hamparkan serta Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kukuh dan Kami tumbuhkan di atasnya berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah" (7).
Ayat ini terdiri dari dua klausa utama yang dipisahkan oleh konjungsi "wa" (dan), yang menunjukkan hubungan koordinatif antara dua tindakan Tuhan. Struktur pertama adalah "الأَرْضَ مَدَدْنَاهَا" (Kami hamparkan bumi), diikuti dengan tindakan kedua "وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ" (Kami pancangkan gunung-gunung yang kukuh), dan klausa ketiga "وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ" (Kami tumbuhkan berbagai jenis tumbuhan yang indah). Tiga tindakan ini menggambarkan pengaturan sempurna yang Tuhan lakukan terhadap bumi, dimulai dari penyebaran, penanaman gunung, hingga penumbuhan flora. Kalimat ini mengandung unsur kesatuan dan keteraturan dalam penciptaan yang mencerminkan kekuasaan Allah.
Susunan ayat ini memperlihatkan penggunaan berbagai gaya bahasa untuk menggambarkan kebesaran Tuhan. Penggunaan kata "مَدَدْنَاهَا" (Kami hamparkan) memberi kesan penghamparan yang luas dan merata, sementara "أَلْقَيْنَا" (Kami pancangkan) menunjukkan penanaman gunung yang kokoh dan teguh di bumi. Kata "رَوَاسِيَ" (gunung-gunung yang kukuh) menekankan kestabilan dan kekuatan. "أَنْبَتْنَا" (Kami tumbuhkan) mengindikasikan peran aktif Tuhan dalam menghasilkan kehidupan, dan "بَهِيجٍ" (indah) memperkuat kesan keindahan ciptaan-Nya. Dengan penggunaan kata-kata yang bervariasi ini, ayat ini menyampaikan kesan keteraturan dan keindahan yang sempurna dalam penciptaan Allah.
Ayat ini mengandung makna yang dalam tentang ciptaan Tuhan yang teratur dan saling berhubungan. "مَدَدْنَاهَا" (Kami hamparkan) menunjukkan bahwa bumi diciptakan dengan luas dan kesempurnaan, sementara "رَوَاسِيَ" (gunung-gunung yang kukuh) menggambarkan kestabilan bumi yang menopang kehidupan. "أَنْبَتْنَا" (Kami tumbuhkan) menunjukkan bahwa kehidupan di bumi, dalam bentuk tumbuhan, adalah hasil dari penciptaan yang disengaja dan penuh rahmat. "بَهِيجٍ" (indah) menambah dimensi estetika dalam penciptaan ini, menggambarkan bagaimana alam ini dirancang tidak hanya untuk kelangsungan hidup, tetapi juga untuk keindahan. Semantik ayat ini menekankan keseimbangan antara keindahan dan fungsi dalam alam semesta.
Pada ayat ini penuh dengan tanda dan simbol yang menggambarkan keteraturan dan keterhubungan ciptaan Tuhan. "الأَرْضَ" (bumi) adalah simbol stabilitas dan fondasi kehidupan, sementara "رَوَاسِيَ" (gunung-gunung) berfungsi sebagai tanda keteguhan dan ketahanan alam. "أَنْبَتْنَا" (Kami tumbuhkan) menandakan kehidupan yang tumbuh dari bumi, yang menjadi simbol penyediaan dan rahmat Tuhan. "بَهِيجٍ" (indah) berfungsi sebagai simbol estetika yang menandakan bahwa ciptaan Tuhan bukan hanya fungsional, tetapi juga indah untuk dihargai. Tanda-tanda ini saling melengkapi untuk menggambarkan bagaimana Tuhan menciptakan alam dengan tujuan dan keindahan yang seimbang.
Penjelasan Ulama Tafsir
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini menggambarkan kebesaran dan kekuasaan Allah dalam menciptakan bumi dan segala isinya. "Kami hamparkan bumi" mengandung makna bahwa Allah menurunkan bumi dengan sifatnya yang luas dan datar, siap untuk dihuni dan dimanfaatkan oleh makhluk-Nya. Lalu, Allah menancapkan gunung-gunung sebagai penyeimbang bumi agar tidak terguncang. Gunung-gunung ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga kestabilan bumi.
Adapun "Kami tumbuhkan di atasnya berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah" menunjukkan bahwa Allah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang bermanfaat dan indah dipandang, yang berfungsi sebagai sumber kehidupan dan keberagaman bagi makhluk hidup. Ini mengindikasikan kemajuan dan keberagaman dalam kehidupan bumi yang memberikan manfaat bagi manusia, hewan, dan seluruh ekosistem.
Al-Qurtubi dalam tafsirnya mengemukakan bahwa ayat ini mengungkapkan bukti kebesaran Allah yang menciptakan bumi dengan segala keindahannya. "Kami hamparkan bumi" berarti Allah memberikan segala fasilitas di bumi untuk keberlangsungan hidup makhluk-Nya. Adapun "gunung-gunung yang kukuh" memiliki makna bahwa gunung-gunung berfungsi sebagai penopang bagi bumi, memberikan kekuatan dan kestabilan, serta melindungi bumi dari bencana alam seperti gempa bumi. Selain itu, "tumbuhan yang indah" menunjukkan betapa bumi dilengkapi dengan keanekaragaman hayati yang mendukung keseimbangan alam.
Dalam Teori Pendidikan
Ayat ini dapat diterapkan dalam konteks pendidikan, terutama dalam teori pendidikan yang mengedepankan pentingnya lingkungan sebagai faktor penunjang perkembangan manusia. Perkembangan teori pendidikan terkini banyak menekankan pada pentingnya pembelajaran yang berbasis pada alam, di mana lingkungan sekitar menjadi sumber belajar yang tidak terbatas. Pemahaman akan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup dan keberagaman tumbuhan dapat diterapkan dalam pendidikan lingkungan, yang mengajarkan anak untuk menghargai dan menjaga keberagaman hayati sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Seperti gunung-gunung yang kokoh menjadi penopang bumi, pendidikan yang baik juga harus menciptakan landasan yang kokoh bagi peserta didik, menyediakan berbagai "tumbuhan indah" berupa ilmu yang bermanfaat dan dapat memberikan kebaikan untuk mereka. Pendidikan yang menggabungkan pengetahuan alam dengan pembentukan karakter yang kokoh dapat menghasilkan individu yang mampu beradaptasi dengan lingkungan serta menjaga keseimbangan hidup, sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai kehidupan yang seimbang
Epilog
Relevansi teori pendidikan terkini dengan Q.S. Qaf ayat 7 terlihat jelas dalam cara kita memandang pendidikan sebagai ladang yang subur untuk perkembangan individu. Seperti bumi yang dihiasi berbagai tumbuhan indah, pendidikan harus mampu memfasilitasi berbagai jenis kecerdasan dan potensi siswa, sehingga mereka tumbuh dengan cara yang seimbang dan bermanfaat. Dengan pendekatan yang inklusif dan menyeluruh, pendidikan akan menjadi fondasi yang kokoh, menghasilkan generasi yang mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat
0 komentar