Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar
Prolog
Di tengah perkembangan pesat teori-teori pendidikan modern, kita menyaksikan adanya kebutuhan untuk menghubungkan pengetahuan duniawi dengan nilai-nilai spiritual yang lebih mendalam. Pendidikan tak hanya berbicara soal transfer ilmu, tetapi juga tentang bagaimana ilmu tersebut dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. Salah satu landasan penting dalam mengembangkan teori pendidikan adalah melihat relevansi antara petunjuk dalam Al-Qur’an dengan konsep-konsep pendidikan yang berkembang saat ini. Surah Qaf ayat 9 menyebutkan, "Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengannya kebun-kebun dan biji-bijian yang dapat dipanen."
Ayat ini menggambarkan bagaimana air yang diberkahi menjadi sumber kehidupan yang menumbuhkan berbagai jenis tanaman dan buah-buahan, mencerminkan konsep pembelajaran yang tidak hanya menghasilkan pengetahuan, tetapi juga memberi manfaat yang nyata dalam kehidupan. Teori pendidikan, jika dihubungkan dengan ayat ini, dapat dipahami sebagai proses yang mengalir dari sumber yang murni, memberikan dampak yang produktif dan bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam amal dan kebajikan.
Tinjauan Bahasa
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً مُّبٰرَكًا فَاَنْۢبَتْنَا بِهٖ جَنّٰتٍ وَّحَبَّ الْحَصِيْدِۙ ٩
Terjemahnya: "Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengannya kebun-kebun dan biji-bijian yang yang dapat dipanen" (9)
Surat Qaf ayat 9 memiliki struktur kalimat yang padat dan lugas. Dimulai dengan kata "وَنَزَّلْنَا" (Kami turunkan), subjeknya adalah Allah (Kami), diikuti oleh kata kerja yang menunjukkan tindakan yaitu "menurunkan". Kemudian, kata "مِنَ السَّمَاۤءِ" (dari langit) memberi gambaran asal mula air yang diturunkan. "مَاۤءً مُّبٰرَكًا" (air yang diberkahi) berfungsi sebagai keterangan tentang kualitas air tersebut. Setelah itu, "فَاَنْۢبَتْنَا بِهٖ" (lalu Kami tumbuhkan dengannya) menunjukkan hasil dari air tersebut, yaitu pertumbuhan. Terakhir, "جَنّٰتٍ وَحَبَّ الْحَصِيْدِ" (kebun-kebun dan biji-bijian yang dapat dipanen) merinci hasil yang diperoleh, menegaskan kesuburan yang diturunkan oleh Allah melalui air yang diberkahi.
Ayat 9 ini menggunakan berbagai gaya bahasa untuk menegaskan keberkahan dan kekuasaan Allah. "مَاۤءً مُّبٰرَكًا" (air yang diberkahi) adalah majaz mursal, yang menggambarkan bahwa air tersebut membawa manfaat luar biasa. Selain itu, penggunaan kata "فَاَنْۢبَتْنَا" (Kami tumbuhkan) dengan bentuk fi'il yang menunjukkan aksi aktif menandakan kesinambungan antara penurunan air dan hasil yang didapatkan, menciptakan hubungan sebab-akibat yang jelas. Frasa "جَنّٰتٍ وَحَبَّ الْحَصِيْدِ" menciptakan kesan visual tentang keberagaman hasil pertanian yang subur, mempertegas tujuan dari penurunan air yang diberkahi untuk kehidupan manusia.
Petunjuk ayat ini menggambarkan hubungan antara alam dan manusia dalam konteks keberkahan yang diberikan Allah. "مَاۤءً مُّبٰرَكًا" (air yang diberkahi) menyiratkan bahwa air bukan sekadar unsur alam biasa, melainkan sesuatu yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang membawa manfaat berkelanjutan. "جَنّٰتٍ" (kebun-kebun) dan "حَبَّ الْحَصِيْدِ" (biji-bijian yang dapat dipanen) merujuk pada hasil yang melimpah yang tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik manusia tetapi juga menggambarkan keharmonisan antara ciptaan Tuhan dan keberlangsungan hidup manusia. Ayat ini mengandung pesan penting mengenai pentingnya menjaga alam dan mengakui bahwa segala nikmat berasal dari Allah.
Ayat ini mengandung tanda-tanda yang menggambarkan keberkahan Tuhan dalam kehidupan manusia. "مَاۤءً مُّبٰرَكًا" berfungsi sebagai tanda yang melambangkan sumber kehidupan yang sangat penting, sementara "جَنّٰتٍ" dan "حَبَّ الْحَصِيْدِ" adalah tanda yang menandakan hasil dari pemanfaatan sumber daya alam yang telah diberkahi. Tanda-tanda ini memiliki makna bahwa alam yang subur dan hasil pertanian yang melimpah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya. Dengan menurunkan air yang diberkahi, Allah mengkomunikasikan bahwa segala kebutuhan hidup manusia bergantung pada rahmat-Nya. Ini menunjukkan hubungan antara simbol alam dan makna spiritual yang lebih dalam.
Penafsiran Ulama
Menurut al-Maragi, surah Qaf ayat 9 menggambarkan kuasa Allah yang menurunkan air dari langit yang diberkahi sebagai bentuk kasih sayang dan rahmat-Nya bagi umat manusia. Air tersebut adalah sumber kehidupan yang memberi manfaat langsung untuk kelangsungan hidup manusia dan seluruh makhluk. Kata "مُّبَارَكًا" (yang diberkahi) menunjukkan bahwa air tersebut bukan hanya biasa, tetapi memiliki sifat istimewa yang mampu menghasilkan kehidupan yang subur dan bermanfaat. Al-Maragi mengartikan kebun-kebun yang tumbuh dari air ini sebagai lambang kebaikan dan rezeki yang datang dari Allah yang tidak hanya memberikan hasil yang melimpah, tetapi juga hasil yang penuh berkah.
Syeikh Ali Asu Shabuni juga memberikan penafsiran serupa, di mana beliau menekankan bahwa ayat ini menggambarkan bagaimana Allah menciptakan sistem alam semesta yang luar biasa untuk menunjang kehidupan manusia. Air yang turun dari langit, menurutnya, merupakan simbol dari rahmat Allah yang terus-menerus tercurah ke bumi. Dengan air tersebut, Allah menumbuhkan kebun-kebun yang menghasilkan buah-buahan dan biji-bijian yang dapat dipanen, yang memberikan manfaat ekonomi bagi umat manusia. Air yang diberkahi ini mencerminkan berbagai macam rezeki yang datang dengan cara yang penuh hikmah, tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga spiritual, karena berkah-Nya mencakup segala aspek kehidupan.
Penafsiran Ulama dan Teori Pendidikan
Ayat ini dapat dikaitkan dengan beberapa prinsip dalam teori pendidikan modern, khususnya dalam konteks pembelajaran berbasis alam dan lingkungan. Pendidikan yang berbasis pada ekologi atau lingkungan hidup mengajarkan pentingnya memahami hubungan manusia dengan alam. Dalam konteks ini, "air yang diberkahi" dapat dipahami sebagai simbol sumber daya alam yang memberikan kehidupan dan keberlanjutan. Di dalam pendidikan modern, pengajaran tentang keberlanjutan dan pentingnya pelestarian sumber daya alam dapat dijadikan dasar untuk menanamkan nilai-nilai tanggung jawab ekologis kepada siswa.
Selain itu, prinsip pembelajaran kontekstual yang menghubungkan teori dengan kehidupan nyata juga relevan dengan penafsiran ayat ini. Seperti halnya air yang turun dan memberikan manfaat langsung kepada manusia, pendidikan modern juga menekankan pentingnya relevansi materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ini mengarah pada pembelajaran yang tidak hanya bersifat teoretis tetapi juga aplikatif, di mana siswa dapat melihat dampak nyata dari pengetahuan yang mereka peroleh, sama seperti manfaat yang diperoleh dari hasil alam yang diberkahi.
Lebih jauh lagi, pendidikan karakter yang mendalami nilai-nilai seperti syukur atas nikmat Allah dan penghargaan terhadap lingkungan juga bisa dihubungkan dengan pemahaman bahwa kebun-kebun dan biji-bijian yang dihasilkan dari air yang diberkahi merupakan bentuk keseimbangan dan keharmonisan yang harus dijaga oleh manusia. Dalam teori pendidikan modern, ini bisa diterjemahkan sebagai upaya untuk membangun kesadaran ekologis dan menghargai keberagaman serta keberlanjutan alam, yang merupakan bagian dari pembentukan karakter siswa yang bertanggung jawab terhadap bumi.
Epilog
Relevansi ayat 9 surah Qaf dengan pendidikan zaman sekarang sangat jelas. Air yang diberkahi dalam ayat ini dapat diibaratkan sebagai ilmu yang diajarkan kepada generasi penerus. Seperti halnya tanaman yang tumbuh subur, ilmu yang diberikan dengan penuh keberkahan akan menghasilkan buah yang bermanfaat. Oleh karena itu, pendidikan haruslah dilakukan dengan prinsip yang mengarah pada keberkahan, bukan sekadar pencapaian semata. Sebagaimana tanaman tumbuh dengan penuh perhatian, pendidikan yang baik juga membutuhkan kesabaran dan dedikasi, yang pada akhirnya akan memberi manfaat besar bagi masyarakat.
0 komentar