BLANTERORBITv102

    MENANAMKAN KARAKTER BERTANGGUNGJAWAB (Q.S. QAF; 42)

    Selasa, 25 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Prolog

    Pendidikan bukan hanya sekadar transfer pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga proses pembentukan karakter dan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan. Dalam dunia pendidikan, berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana individu dapat memperoleh pengetahuan dan bagaimana proses ini memengaruhi perkembangan pribadi dan sosial. Teori konstruktivisme yang dikemukakan oleh Jean Piaget, misalnya, menekankan pentingnya pengalaman langsung dalam membentuk pemahaman. Sementara itu, teori humanistik dari Abraham Maslow menekankan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebelum seseorang dapat berkembang secara maksimal. Di samping itu, teori sosial-kultural dari Lev Vygotsky mengajarkan bahwa interaksi sosial sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Namun, semua teori ini tidak bisa dipisahkan dari dimensi spiritual dalam kehidupan manusia, yang juga tercermin dalam ajaran agama.

    Dalam konteks ajaran Islam, petunjuk dalam Al-Qur’an dapat memberikan perspektif mendalam mengenai tujuan hidup dan pembelajaran. Salah satu ayat yang relevan adalah Surah Qaf ayat 42, yang mengingatkan umat manusia tentang kehidupan setelah mati dan hari kebangkitan. "Pada hari itulah mereka mendengar suara dahsyat dengan sebenar-benarnya. Itulah hari (ketika manusia) keluar (dari kubur)." Ayat ini menyiratkan bahwa setiap individu akan mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan ilmu yang diperoleh di dunia. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya untuk mencapai tujuan duniawi, tetapi juga untuk mempersiapkan manusia menghadapi kehidupan setelah mati. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip ini akan membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bertanggung jawab dan bijaksana.

    Kajian Kebahasaan

    يَوْمَ يَسْمَعُوْنَ الصَّيْحَةَ بِالْحَقِّۗ ذٰلِكَ يَوْمُ الْخُرُوْجِ ۝٤٢

    Terjemahnya: "Pada hari itulah mereka mendengar suara dahsyat dengan sebenar-benarnya. Itulah hari (ketika manusia) keluar (dari kubur)" (42).

    Pada Q.S. Qaf: 42, struktur kalimat terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama "يَوْمَ يَسْمَعُوْنَ الصَّيْحَةَ بِالْحَقِّ" mengacu pada kejadian besar di hari kiamat, yakni manusia mendengar suara yang dahsyat. Kata "الصَّيْحَةَ" (suara dahsyat) menggambarkan peristiwa yang mengguncang seluruh alam semesta. Bagian kedua "ذٰلِكَ يَوْمُ الْخُرُوْجِ" menjelaskan bahwa hari itu adalah hari kebangkitan manusia dari kubur. Penggunaan kata "يَوْمَ" diulang untuk menekankan betapa pentingnya hari tersebut. Secara keseluruhan, struktur ayat ini mengungkapkan peristiwa mengerikan yang terjadi pada hari kiamat.

    Terdapat penggunaan balagah atau gaya bahasa yang memperkuat makna. Penggunaan kata "الصَّيْحَةَ" (suara dahsyat) mengandung majas kinayah, yang menyiratkan bahwa suara tersebut bukan hanya suara biasa, melainkan sebuah peristiwa yang menakutkan dan mengguncang. Pemilihan kata "بِالْحَقِّ" mempertegas bahwa suara tersebut datang dengan kebenaran yang tidak terbantahkan. Selain itu, frasa "يَوْمُ الْخُرُوْجِ" juga mengandung makna metaforis, yakni kebangkitan dari kubur sebagai peristiwa yang tidak bisa dielakkan, penuh dengan kepastian dan kebenaran yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

    Redaksi ayat ini mengandung makna tentang kebangkitan dan kehidupan setelah mati. Kata "الصَّيْحَةَ" mengarah pada suara yang mengguncang dan mengingatkan manusia akan keagungan hari kiamat. "بِالْحَقِّ" menegaskan bahwa peristiwa tersebut pasti terjadi, sesuai dengan kebenaran yang tak terbantahkan, mengingatkan pada keadilan Tuhan. "الْخُرُوْجِ" secara semantik merujuk pada keluar atau bangkitnya manusia dari kubur, sebagai pengingat bahwa kehidupan dunia bukanlah akhir dari segalanya. Ayat ini menggambarkan keyakinan akan kehidupan setelah mati, yang menjadi hari pengadilan dan kebangkitan umat manusia untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan.

    Ayat ini menggambarkan tanda-tanda penting tentang kehidupan setelah mati. "الصَّيْحَةَ" adalah tanda dari peristiwa besar yang akan mengguncang alam semesta, menandakan perubahan mendalam yang terjadi pada hari kiamat. Suara ini berfungsi sebagai simbol dari kekuatan dan keadilan Tuhan yang tidak bisa dihindari. "بِالْحَقِّ" menunjukkan bahwa peristiwa tersebut adalah kebenaran mutlak, menggugah pemahaman manusia bahwa kehidupan mereka akan diperhitungkan. "الْخُرُوْجِ" adalah tanda kebangkitan dan penghidupan kembali, menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi sebuah awal bagi kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Semua elemen ini bersama-sama menandakan perubahan esensial dalam pemahaman hidup dan mati manusia.

    Penjelasan Ulama Tafsir

    Menurut Buya Hamka, ayat ini menggambarkan keadaan yang mengerikan pada hari kiamat, ketika suara yang sangat dahsyat akan menggema di seluruh alam semesta. Suara ini menandakan kebangkitan dan hari pembalasan bagi seluruh umat manusia. Kata “الصَّيْحَةَ” (al-shayhah) merujuk pada suara yang luar biasa keras dan menggetarkan, yang dalam konteks ini menunjukkan bahwa pada hari kiamat, tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi, dan seluruh makhluk hidup akan merasakan kedahsyatan suara tersebut. Buya Hamka menegaskan bahwa suara tersebut adalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang menunjukkan kebenaran dan kepastian terjadinya kehidupan setelah mati, serta hari kebangkitan.

    Buya Hamka juga mengaitkan ayat ini dengan konsep akhirat dan kehidupan setelah mati. Ketika manusia mendengar suara itu, mereka akan keluar dari kuburnya untuk menerima takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan penekanan pada kalimat "ذٰلِكَ يَوْمُ الْخُرُوْجِ" (itulah hari keluarnya manusia), beliau mengingatkan bahwa tidak ada lagi ruang untuk menghindar dari pertanggungjawaban atas segala amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia.

    M. Quraish Shihab menafsirkan ayat ini dengan melihat konteksnya dalam hubungannya dengan kebangkitan manusia di hari kiamat. Menurutnya, suara dahsyat yang disebutkan dalam ayat ini adalah suara yang sangat keras, mungkin seperti tiupan sangkakala yang mengingatkan manusia akan kepastian hari kiamat. Pada saat itu, seluruh manusia yang telah mati akan dibangkitkan kembali dari kuburnya untuk menghadapi pengadilan Ilahi.

    Quraish Shihab juga menyoroti kata "الْخُرُوْجِ" (al-khurūj) yang berarti “keluar,” yang merujuk pada kebangkitan dari alam kubur. Ini adalah proses yang tak dapat dihindari, dan setiap orang akan keluar untuk diperhitungkan amal perbuatannya. Bagi M. Quraish Shihab, ayat ini memperingatkan manusia tentang kepastian kehidupan setelah mati dan pentingnya memperhatikan amal perbuatan di dunia sebagai bekal menuju kehidupan akhirat.

    Relevansi dengan Pendidikan

    Penafsiran ayat ini dapat dihubungkan dengan perkembangan pendidikan terkini, terutama dalam konteks pendidikan karakter dan kesadaran moral. Salah satu pesan utama yang dapat dipetik dari ayat ini adalah tentang tanggung jawab dan pertanggungjawaban terhadap perbuatan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam pendidikan, hal ini relevan dengan pentingnya membangun karakter siswa agar mereka menyadari bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan akan memiliki konsekuensi.

    Pendidikan moral dan spiritual di sekolah dapat diintegrasikan dengan mengajarkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kesadaran akan kehidupan setelah mati, seperti yang diajarkan dalam ayat ini. Selain itu, dalam konteks pendidikan agama, pemahaman akan adanya hari kebangkitan dan pertanggungjawaban amal perbuatan bisa memberikan motivasi bagi siswa untuk menjaga moralitas dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

    Lebih jauh, dengan kemajuan teknologi dan informasi, tantangan pendidikan terkini adalah menciptakan sistem yang tidak hanya cerdas dalam pengetahuan duniawi, tetapi juga membentuk karakter yang kokoh dengan landasan nilai-nilai agama. Ayat ini mengingatkan kita bahwa pendidikan harus mencakup pembentukan karakter yang tak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada penguatan iman dan moralitas.

    Epilog

    Pendidikan yang sejati harus mampu menyatukan antara pengetahuan duniawi dan spiritual, karena keduanya memiliki peran yang tak terpisahkan dalam membentuk karakter manusia. Petunjuk dalam Surah Qaf ayat 42 mengingatkan kita bahwa setiap pembelajaran dan tindakan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dalam proses pendidikan, kita bukan hanya diajarkan untuk menjadi pribadi yang cerdas, tetapi juga untuk memahami hakikat kehidupan dan akhirat. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai dasar dalam pendidikan, agar manusia tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga selamat di akhirat.