BLANTERORBITv102

    RANGKAIAN PROSES PEMBELAJARAN (Q.S. QAF: 4)

    Jumat, 21 Februari 2025

     Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar


    Prolog

    Pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi perkembangan individu dan masyarakat. Di dunia modern ini, pendidikan bukan hanya sekadar proses mentransfer pengetahuan, tetapi juga sarana untuk membentuk karakter, keterampilan, dan perspektif yang lebih luas. Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, pendekatan terhadap pendidikan pun semakin beragam dan dinamis. Pendidikan kini dituntut untuk menanggapi tantangan zaman yang semakin kompleks, termasuk pembelajaran berbasis teknologi, pengembangan keterampilan hidup, dan kemampuan berpikir kritis. Menghubungkan konsep pendidikan ini dengan nilai-nilai spiritual, penting untuk kita mengingat bahwa pendidikan bukan sekadar upaya manusia untuk mempelajari dunia, tetapi juga bagian dari pengawasan dan pencatatan yang lebih besar yang ada pada pencipta alam semesta.

    Tinjauan Bahasa

    Ayat 4

    قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنقُصُ ٱلْأَرْضُ مِنْهُمْ ۖ وَعِندَنَا

     كِتَٰبٌ حَفِيظٌۢ

    Terjemahnya: "Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat)."

    Struktur kalimatnya menggambarkan kedalaman pengetahuan Tuhan yang meliputi hal-hal yang tak terlihat, sekaligus menunjukkan kehadiran kitab-Nya yang mencatat segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Kalimat ini juga menggarisbawahi kekuatan dan kehendak Allah yang mampu menjaga dan mencatat segala sesuatu meski tubuh manusia hancur menjadi debu.

    Ayat ini menggunakan gaya bahasa yang sangat kuat dan efektif. Ungkapan "مَا تَنقُصُ ٱلْأَرْضُ مِنْهُمْ" menggambarkan proses alamiah yang terjadi setelah kematian, yaitu tubuh yang hancur oleh bumi, menggunakan kata "tanqusu" (berkurang) yang memberi kesan bahwa penghancuran ini adalah sesuatu yang pasti terjadi. Kontras yang ditampilkan antara kehancuran tubuh di bumi dengan kitab yang memelihara, menciptakan efek retoris yang memperkuat pesan bahwa meskipun tubuh manusia hancur, segala amal dan eksistensinya tetap tercatat dalam pengetahuan Allah yang tak terjangkau.

    Kata dan kalimat pada ayat ini memiliki makna mendalam tentang ketepatan dan kekekalan pencatatan Tuhan. Kata "مَا تَنقُصُ ٱلْأَرْضُ مِنْهُمْ" mengandung makna bahwa bumi akan menghabiskan tubuh manusia hingga tidak ada yang tersisa, menggambarkan kefanaan fisik manusia. Namun, kata "عِندَنَا كِتَٰبٌ حَفِيظٌ" menandakan bahwa meskipun tubuh hancur, ada pencatatan yang sempurna dari setiap amal perbuatan dan keadaan manusia dalam kitab Allah yang tidak terpengaruh oleh waktu atau keadaan. Kitab ini bersifat "hafizh" (memelihara), yang menunjukkan keabadian dan ketelitian dalam pencatatan-Nya, mengingat segala sesuatu tanpa ada yang terlupakan.

    Ayat ini mengandung dua simbol yang penting: bumi dan kitab. Bumi melambangkan kekuatan alam yang menghancurkan tubuh manusia, sedangkan kitab melambangkan pengetahuan dan keadilan Tuhan yang abadi. Bumi, yang tak bisa mencegah kehancuran tubuh, berlawanan dengan kitab yang menjaga dan mencatat segala hal, bahkan apa yang tersembunyi sekalipun. Ini menggambarkan hubungan antara kefanaan manusia dan keabadian pengetahuan Tuhan. Simbol kitab di sini lebih dari sekadar alat pencatatan; ia juga menjadi lambang keadilan ilahi yang sempurna, yang akan menilai setiap amal perbuatan umat manusia, meskipun jasad mereka sudah menjadi debu.

    Penjelasan Ulama

    At-Tabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah yang tidak ada batasnya, dimana Dia mengetahui setiap detail, bahkan apa yang terjadi dengan tubuh manusia setelah mati dan hancur oleh bumi. Menurutnya, meskipun tubuh manusia hancur dan lenyap di dalam tanah, Allah tetap memiliki pengetahuan yang sempurna tentangnya, dan semua itu tercatat dengan teliti dalam "Kitab yang Memelihara." Ini menunjukkan betapa Allah Maha Mengetahui dan bahwa tidak ada satu pun yang luput dari pengawasan-Nya. "Kitab yang Memelihara" ini merujuk pada catatan amal yang tidak pernah terlupakan oleh Allah, termasuk apa yang terjadi setelah kematian seseorang.

    Al-Qurtubi juga memberikan penafsiran yang mendalam terhadap ayat ini. Menurutnya, ayat ini menegaskan bahwa meskipun tubuh manusia rusak dan hancur oleh proses alam, Allah tetap mengetahui segala sesuatu. "Kitab yang Memelihara" ini adalah referensi kepada Lauh Mahfuzh, tempat Allah menyimpan segala catatan tentang makhluk-Nya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Al-Qurtubi menekankan bahwa meskipun tubuh manusia kembali ke tanah, pengetahuan Allah tetap meliputi segalanya, dan tidak ada yang terlupakan atau terlewatkan. Semua yang hancur atau hilang dari dunia fisik ini tetap tercatat dalam catatan-Nya yang abadi.

    Pendidikan Modern

    Dalam konteks teori pendidikan modern, ayat ini dapat dihubungkan dengan konsep pentingnya "pengetahuan yang menyeluruh dan terstruktur" dalam pendidikan. Konsep "Kitab yang Memelihara" dapat dilihat sebagai metafora untuk sistem pendidikan yang mencatat dan memelihara setiap proses pembelajaran, pengalaman, dan perkembangan individu. Sama seperti Allah mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, sistem pendidikan juga berfungsi untuk mendokumentasikan perjalanan belajar siswa, termasuk setiap perkembangan, kelemahan, dan pencapaian mereka.

    Pentingnya pembelajaran yang terstruktur dan terdokumentasi sejalan dengan prinsip modern dalam pendidikan yang menekankan pentingnya umpan balik yang kontinu dan pencatatan perkembangan individu. Hal ini memfasilitasi perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan, sebagaimana Allah memelihara segala informasi terkait ciptaan-Nya. Oleh karena itu, pemahaman bahwa segala sesuatu tercatat dan diperhatikan dengan teliti bisa menginspirasi para pendidik untuk lebih peduli dalam mendokumentasikan proses belajar siswa dan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap setiap perkembangan individu dalam sistem pendidikan.

    Epilog

    Dalam konteks pendidikan modern, kita juga harus menyadari bahwa setiap pencapaian dan usaha kita tercatat dalam catatan yang tak tampak oleh mata manusia. Surah Qaf ayat 4 memberikan gambaran bahwa setiap perbuatan kita, baik atau buruk, tidak lepas dari pengawasan yang lebih tinggi. Pendidikan, sebagai bagian dari upaya manusia untuk berkembang, juga merupakan proses yang senantiasa dicatat dan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, urgensi pendidikan tidak hanya untuk kepentingan duniawi tetapi juga sebagai bekal bagi kehidupan akhirat. Ini relevansi yang penting untuk dipahami dalam menghadapi tantangan zaman.