BLANTERORBITv102

    PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN (S. QAF: 21)

    Minggu, 23 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Prolog

    Di era modern ini, teori-teori pendidikan dan pembelajaran terus berkembang seiring dengan pesatnya teknologi dan pemahaman ilmiah tentang proses belajar. Pendidikan tidak lagi sekadar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan menjadi sebuah proses yang lebih dinamis, berbasis pada perkembangan psikologi manusia dan teknologi canggih. Dalam konteks ini, teori pembelajaran seperti konstruktivisme, pembelajaran berbasis masalah, dan teori pembelajaran sosial memberikan pendekatan yang lebih kompleks, menyadari bahwa setiap individu belajar dengan cara yang unik dan melalui berbagai interaksi sosial. 

    Dengan melihat perubahan-perubahan ini, relevansi nilai-nilai yang terkandung dalam ayat 21 surat Qamar, “Setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi,” dapat diartikan sebagai pengingat akan tanggung jawab yang dimiliki setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Dalam konteks pendidikan, ini menekankan bahwa setiap langkah dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh kesadaran diri, akuntabilitas, dan integritas. Setiap tindakan, baik atau buruk, akan ada saksi yang mencatatnya, yang pada akhirnya membentuk kualitas moral dan intelektual seseorang. Petunjuk ini memberikan panduan bahwa perkembangan diri melalui pendidikan juga harus dipertanggungjawabkan, tidak hanya di dunia, tetapi juga di hadapan Tuhan.

    Analisis Kebahasaan

    وَجَآءَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ مَّعَهَا سَآٮِٕقٌ وَّشَهِيۡدٌ

    Terjemahnya: "Setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi" (21).

    Surat Qaf ayat 21 menggunakan struktur kalimat yang sederhana namun padat makna. Kata "وجاءت" (dan datang) menjadi penghubung, menyatakan bahwa setiap individu akan menghadapi suatu keadaan di akhirat. Frasa "كل نفس" (setiap jiwa) mengindikasikan bahwa seluruh umat manusia terlibat, sementara "معها" (bersamanya) menghubungkan dua elemen penting: "سائق" (penggiring) dan "شاهد" (saksi). Penggunaan pola ini menunjukkan hubungan sebab-akibat, yaitu setiap jiwa akan diiringi dengan penggiring dan saksi. Pemilihan kata menekankan bahwa ini adalah hukum yang pasti terjadi pada semua orang, tanpa kecuali.

    Redaksi ayat ini menggunakan figur bahasa yang menggugah imajinasi dan memberikan kesan mendalam. Frasa "سائقٌ وشهيدٌ" menunjukkan dua makhluk yang berbeda tetapi saling mendampingi. Penggiring (سائق) menggambarkan seseorang yang diarah atau dikendalikan, sementara saksi (شهيد) menunjukkan kehadiran yang objektif dan memberi kesaksian. Perbedaan antara keduanya memperkuat pesan bahwa seseorang tidak hanya akan dibimbing ke tempat yang ditentukan, tetapi juga akan dihadirkan untuk diadili, dengan saksi yang hadir. Hal ini memberikan kesan yang lebih kuat dan memaksa pembaca untuk merenungkan takdir setiap individu.

    Ayat ini mengandung makna bahwa setiap jiwa tidak akan pernah sendiri di akhirat. "سائقٌ" mengandung makna pengarah atau penggiring, menggambarkan keberadaan malaikat yang menuntun seseorang ke hadapan Allah. Sedangkan "شهيدٌ" merujuk pada saksi, yakni malaikat yang akan memberikan kesaksian terhadap segala amal perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Ayat ini menunjukkan adanya tanggung jawab individu di hadapan Allah dengan adanya malaikat yang mengiringi dan memberi kesaksian. Oleh karena itu, ayat ini menggugah kesadaran setiap individu akan keadilan yang pasti datang.

    Penggunaan kata "سائقٌ" dan "شهيدٌ" berfungsi sebagai tanda atau simbol yang memberikan arti tentang mekanisme pengadilan di akhirat. "سائقٌ" sebagai penggiring bukan hanya sekedar membawa, namun juga menunjukkan bahwa setiap tindakan manusia dipandu atau diawasi. "شهيدٌ" sebagai saksi membawa arti bahwa ada keadilan yang bersifat objektif dan tidak ada yang luput dari pengamatan. Penggunaan kata-kata ini memperkuat simbolisme tentang keadilan ilahi yang berlaku secara mutlak, menandakan bahwa setiap amal akan disaksikan dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

    Penafsiran Ulama

    Sayyid Qutub dalam tafsirnya, Fi Zilal al-Qur'an, mengartikan ayat ini dengan menekankan bahwa setiap individu akan dihadapkan pada dua malaikat yang mendampinginya, yaitu malaikat yang menggiring dan malaikat yang menyaksikan. Malaikat penggiring berfungsi sebagai pembimbing yang mendorong individu menuju kebenaran dan Allah, sementara malaikat saksi akan mencatat setiap perbuatan manusia selama hidupnya.

    Qutub melihat bahwa ini adalah gambaran tentang akuntabilitas yang akan dihadapi setiap individu di akhirat. Setiap amal perbuatan manusia akan disaksikan dan dicatat oleh malaikat saksi, dan malaikat penggiring akan membawa manusia kepada hasil dari amal tersebut. Hal ini menegaskan pentingnya perbuatan dan niat dalam kehidupan manusia, serta kebutuhan untuk selalu berada dalam tuntunan Allah.

    Qutub juga menyoroti bahwa ayat ini memiliki relevansi dengan kehidupan duniawi, di mana setiap tindakan manusia selalu diawasi dan memiliki konsekuensi. Oleh karena itu, manusia harus hidup dengan kesadaran penuh akan perbuatan mereka, baik di dunia maupun di akhirat.

    Tahir al-Ayub dalam tafsirnya juga mengomentari ayat ini dengan penekanan pada dua malaikat yang menyertai setiap individu. Menurutnya, malaikat penggiring tidak hanya berfungsi sebagai pengarah, tetapi juga sebagai pembawa bukti bagi perbuatan manusia di dunia. Sementara itu, malaikat saksi berfungsi sebagai pencatat yang memberikan laporan tentang perbuatan baik dan buruk.

    Tahir al-Ayub melihat adanya peran besar dalam kesaksian ini. Setiap amal baik atau buruk yang dilakukan oleh manusia di dunia akan tercatat oleh malaikat, dan ini akan menjadi faktor penentu bagi nasib seseorang di akhirat. Ayat ini juga menunjukkan bahwa setiap tindakan akan diadili dengan adil oleh Allah, tidak ada yang terlewat atau terlupakan.

    Pendidikan dan Pembelajaran 

    Penafsiran ayat ini memberikan pelajaran penting terkait dengan akuntabilitas dan peran pengawasan dalam pendidikan. Dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, konsep “malaikat penggiring” dan “malaikat saksi” dapat dianalogikan dengan peran pendidik dan sistem evaluasi yang ada dalam proses pembelajaran. Pendidik berfungsi sebagai penggiring, yang mengarahkan peserta didik menuju pengetahuan dan nilai-nilai yang baik, sedangkan evaluasi akademik atau penilaian dalam pendidikan berfungsi sebagai saksi yang mencatat pencapaian dan perkembangan peserta didik.

    Tren perkembangan pendidikan terkini menekankan pada pembelajaran berbasis kompetensi dan penguatan karakter. Dalam hal ini, peran pendidik tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing yang membentuk karakter peserta didik. Sama seperti malaikat penggiring yang membimbing seseorang menuju kebaikan, pendidik memiliki peran untuk membimbing peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang holistik.

    Selain itu, konsep evaluasi dalam pendidikan modern, terutama dalam bentuk penilaian autentik, sejalan dengan konsep "malaikat saksi" yang mencatat setiap tindakan. Evaluasi yang terus-menerus dan berbasis bukti membantu untuk melihat perkembangan dan hasil dari proses belajar. Penilaian ini menjadi saksi dari proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa, yang penting untuk memperbaiki metode pembelajaran dan pengajaran.

    Dengan demikian, tafsir ayat ini relevan dengan pemahaman tentang akuntabilitas dalam pendidikan, di mana baik pendidik maupun peserta didik memiliki peran penting dalam menjalankan dan menilai proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

    Epilog

    Dalam konteks perkembangan teori pendidikan yang semakin canggih, ayat 21 surat Qamar mengingatkan kita akan pentingnya akuntabilitas dan kesadaran diri dalam setiap langkah pembelajaran. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjalani proses belajar dengan niat yang tulus dan bijaksana, menyadari bahwa setiap tindakan dan pilihan yang diambil akan dipertanggungjawabkan. Pembelajaran bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan moral, yang akan menjadi saksi bagi perjalanan hidup seseorang di dunia dan akhirat.