BLANTERORBITv102

    KESADARAN AKAN KETERBATASAN ILMU (Q.S. AL-HUJURAZ: 16)

    Kamis, 20 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Prolog

    Pendidikan adalah fondasi penting dalam membentuk karakter dan pola pikir generasi penerus. Dalam perjalanan menuntut ilmu, kita seringkali terjebak dalam rasa bangga terhadap apa yang telah kita capai. Namun, Surah al-Hujurat ayat 16 mengingatkan kita untuk tetap rendah hati. Ayat ini mengajarkan bahwa pengetahuan yang kita miliki hanyalah sebagian kecil dari pengetahuan Allah yang Maha Luas. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern, kita harus menanamkan nilai-nilai spiritualitas dan pengembangan karakter yang seimbang dengan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pendidikan yang mengintegrasikan ilmu duniawi dan ukhrawi akan menciptakan generasi yang cerdas, bijaksana, dan penuh pengertian.

    Surah al-Hujurat ayat 16 menyentuh aspek penting dalam kehidupan manusia, terutama berkaitan dengan pemahaman tentang keimanan dan keyakinan. Allah SWT mengingatkan umat manusia agar tidak merasa perlu memberitahukan atau mengajarkan-Nya tentang agama atau keyakinan mereka. Ayat ini menunjukkan bahwa pengetahuan Allah mencakup segala sesuatu di langit dan bumi. Dalam konteks pendidikan, ayat ini menegaskan pentingnya memahami bahwa ilmu dan pengetahuan Allah jauh melampaui pemahaman manusia, sekaligus menumbuhkan sikap rendah hati dalam mencari ilmu, terutama dalam pendidikan modern yang seringkali terjebak pada pemahaman yang terbatas.

    Analisis Kebahasaan

    Q.S. al-Hujurat: 16, "قُلْ اَتُعَلِّمُوْنَ اللّٰهَ بِدِيْنِكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۝١٦

    Terjemahnya: "Katakanlah (kepada mereka), “Apakah kamu akan memberi tahu Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi serta Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

    Ayat ini terdiri dari dua kalimat utama. Kalimat pertama adalah pertanyaan retoris, "Apakah kamu akan memberi tahu Allah tentang agamamu?" yang menyatakan ketidakmungkinan manusia untuk menginformasikan Allah tentang sesuatu yang sudah diketahui-Nya. Kalimat kedua menjelaskan pengetahuan Allah yang meliputi segala yang ada di langit dan bumi. Struktur ayat ini menyampaikan konsep yang tegas mengenai ketidakterbatasan pengetahuan Allah dan ketidaksesuaian bagi manusia untuk mengajarkan atau memberitahukan-Nya hal-hal yang sudah Dia ketahui.

    Ayat ini menggunakan pertanyaan retoris untuk menegaskan ketidakmungkinan manusia menginformasikan Allah tentang agama mereka. Teknik ini memperlihatkan kontras antara pengetahuan manusia yang terbatas dan pengetahuan Allah yang tak terbatas. Penggunaan "وَاللّٰهُ" (dan Allah) secara berulang dalam kalimat kedua memperkuat gagasan bahwa segala sesuatu, baik yang ada di langit maupun di bumi, sudah diketahui oleh Allah. Ini memberi kesan keagungan dan kemahatahuan-Nya yang mutlak.

    Secara semantik, ayat ini mengandung makna bahwa manusia tidak dapat memberi informasi atau pengetahuan baru kepada Allah, karena Allah sudah mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak di langit maupun di bumi. "Agama" di sini menggambarkan keyakinan atau tindakan manusia terhadap Allah, yang tak perlu diberitahukan kepada-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan Allah jauh melampaui pemahaman manusia dan bahwa segala yang ada di alam semesta sudah dalam pengawasan-Nya.

    Dalam analisis semiotika, ayat ini menggambarkan tanda-tanda pengetahuan dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. "قُلْ" (katakanlah) sebagai tanda instruksi dari Allah untuk Nabi Muhammad SAW, menyiratkan pesan universal bagi umat manusia. Tanda "اللّٰهُ" (Allah) diulang untuk menegaskan bahwa pengetahuan tentang agama manusia tidak dapat dilaporkan kepada-Nya, karena Dia Maha Mengetahui. Simbol langit dan bumi merujuk pada cakupan pengetahuan-Nya yang meliputi seluruh alam semesta.

    Uraian 

    At-Tabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan bahwa manusia tidak dapat memberi informasi atau mengajarkan Allah tentang agama mereka, karena Allah telah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, termasuk apa yang ada dalam hati mereka. Ayat ini menjadi peringatan kepada mereka yang merasa dapat menyembunyikan niat buruk mereka di hadapan Allah. At-Tabari menafsirkan bahwa ayat ini juga menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Selain itu, ayat ini juga mengingatkan bahwa keyakinan atau amalan manusia tidak bisa disembunyikan atau dilaporkan kepada Allah, karena Allah Maha Mengetahui.

    Ibnu Katsir dalam tafsirnya menegaskan bahwa ayat ini berfungsi untuk mengingatkan manusia tentang kebesaran pengetahuan Allah. Beliau menyatakan bahwa ungkapan "Apakah kamu akan memberi tahu Allah tentang agamamu?" adalah pertanyaan retoris untuk menunjukkan bahwa tidak ada hal yang bisa disembunyikan dari pengetahuan Allah. Semua yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, telah diketahui oleh-Nya. Ibnu Katsir menekankan pentingnya sikap ikhlas dalam beragama, tanpa berusaha menunjukkan atau memamerkan amal hanya untuk mendapatkan pengakuan dari sesama.

    Ayat ini dapat dihubungkan dengan konsep pendidikan modern yang mengedepankan pentingnya integritas dan kejujuran dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak hanya mengejar prestasi atau pengakuan dari orang lain, tetapi juga untuk menekankan pentingnya pembelajaran yang mendalam dan ikhlas. Pendidikan modern tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pengembangan karakter dan kejujuran dalam proses belajar, dengan sadar bahwa sejatinya pengetahuan yang hakiki datang dari Allah.

    Ayat 16 ini juga mengajarkan adab dalam berinteraksi dengan Allah dan sesama. Dalam konteks pendidikan, ayat ini dapat diartikan sebagai pengingat bagi kita bahwa dalam belajar dan mengajar, kita tidak bisa menilai atau menganggap bahwa pengetahuan kita lebih tinggi dari pengetahuan Allah. Seiring perkembangan zaman, pendidikan modern seringkali menekankan pada kemampuan intelektual dan pencapaian materi yang tampaknya tak terbatas. Namun, melalui ayat ini, Allah mengingatkan umat-Nya bahwa ilmu-Nya tidak terbatas oleh ruang dan waktu, serta mengajarkan sikap tawadhu (rendah hati) dalam menghadapi segala bentuk pengetahuan.

    Secara eksplisit, ayat ini bertanya apakah kita, sebagai umat manusia, merasa perlu memberi tahu atau mengajarkan Allah tentang agama kita, padahal Dia sudah mengetahui segalanya. Ini mencerminkan bahwa segala pengetahuan yang kita miliki hanya sebagian kecil dari pengetahuan Allah yang Maha Mengetahui. Dalam dunia pendidikan, hal ini dapat dimaknai bahwa setiap ilmu yang kita pelajari dan ajarkan adalah bagian dari upaya kita untuk memahami ciptaan-Nya. Namun, kita harus selalu ingat bahwa pengetahuan yang kita peroleh di dunia ini adalah terbatas, dan kita tidak boleh merasa sombong atau angkuh dengan apa yang kita ketahui.

    Dalam pendidikan modern, pendekatan berbasis teknologi dan metode ilmiah seringkali mendorong kita untuk berfokus pada pencapaian dan hasil. Namun, ayat ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mengejar pengetahuan duniawi semata, tetapi juga mengembangkan sikap ilmu yang bersumber pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Hal ini mendorong kita untuk mengejar ilmu yang bermanfaat, baik untuk kehidupan dunia maupun untuk kehidupan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan modern seharusnya tidak hanya melibatkan aspek kognitif, tetapi juga aspek spiritual dan moral, mengingat bahwa Allah adalah pemilik pengetahuan yang sejati.

    Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita akan pentingnya sikap ikhlas dalam mencari ilmu. Tidak ada yang perlu dibanggakan dari ilmu yang kita miliki, karena segala sesuatu yang kita ketahui adalah pemberian dari Allah. Dalam konteks ini, pendidikan modern perlu menekankan pada pengembangan karakter siswa, yang mencakup sikap rendah hati, rasa syukur, dan kesadaran akan keterbatasan kita sebagai manusia dalam menguasai ilmu.

    Epilog

    Dengan demikian, Surah al-Hujurat ayat 16 mengajarkan kita untuk tetap rendah hati dalam mencari ilmu, menyadari bahwa segala pengetahuan yang kita miliki hanyalah sebagian kecil dari pengetahuan Allah. Dalam pendidikan modern, konsep ini mengajarkan pentingnya pengembangan karakter dan spiritualitas dalam belajar, serta menjaga agar pengetahuan yang kita peroleh selalu bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan yang seimbang antara ilmu duniawi dan ukhrawi adalah kunci untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana dan penuh pengertian.