BLANTERORBITv102

    PENGELOLAAN KELAS DAN PEMBINAAN KECERDASAN EMOSIONAL (Q.S. QAF: 28)

    Senin, 24 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Prolog

    Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan produktif. Dalam teori-teori pengelolaan kelas, pendekatan seperti pengaturan ruang, penetapan aturan yang jelas, serta interaksi yang positif antara pengajar dan siswa menjadi kunci utama dalam menciptakan suasana yang harmonis. Salah satu teori yang dikenal adalah teori manajemen kelas dari Kounin, yang menekankan pentingnya perencanaan yang matang dan respons yang tepat terhadap perilaku siswa. Teori lainnya, seperti teori penguatan dari Skinner, mengajarkan bahwa pemberian penghargaan dan konsekuensi yang sesuai dapat mempengaruhi perilaku siswa. 

    Di sisi lain, pencegahan konflik juga merupakan bagian integral dari pengelolaan kelas. Membangun komunikasi yang baik, menjaga emosi, dan menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang bijaksana adalah hal yang sangat penting. Dalam konteks ini, relevansi ayat 28 dari Surah Al-Qashash memberikan pedoman yang kuat. Allah berfirman, "Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu." Ayat ini mengingatkan kita untuk menghindari perselisihan dan konflik, serta untuk lebih mementingkan kedamaian dan solusi yang bijaksana dalam menghadapi masalah, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks pendidikan.

    Analisis Kebahasaan

    قَالَ لَا تَخۡتَصِمُوۡا لَدَىَّ وَقَدۡ قَدَّمۡتُ اِلَيۡكُمۡ بِالۡوَعِيۡدِ

    Terjemahnya: "(Allah) berfirman, "Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu" (28)

    Ayat ini adalah bagian dari Surat Qaf yang berbicara mengenai peringatan Allah kepada umat manusia yang ingkar terhadap perintah-Nya. Struktur kalimatnya terdiri dari dua bagian utama: perintah dari Allah yang berbunyi "Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku" dan pengingat tentang peringatan yang sudah diberikan sebelumnya. Kalimat ini menunjukkan posisi Allah sebagai penguasa tertinggi yang tidak mau diganggu dengan pembelaan yang tidak relevan, karena ancaman yang diberikan sudah jelas. Struktur kalimat ini mengandung konotasi ketegasan, seolah menegaskan bahwa tidak ada lagi ruang untuk debat setelah adanya peringatan sebelumnya.

    Gaya bahasa ayat ini menggunakan gaya bahasa yang tajam dan jelas untuk menunjukkan ketegasan serta kekuasaan Allah. Penggunaan kalimat “لا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ” (Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku) memanfaatkan bentuk larangan untuk menekankan bahwa tidak ada tempat untuk perdebatan setelah ancaman sudah disampaikan. Kalimat ini juga menegaskan hubungan antara Tuhan dan hamba-Nya yang otoritatif, dengan Allah sebagai pemberi ancaman yang tidak bisa dibantah. Struktur ini berfungsi untuk memotivasi hamba agar tidak meremehkan ketegasan-Nya dan untuk meneguhkan posisi Allah yang tak terbantahkan.

    Ayat ini membawa makna bahwa manusia tidak boleh mengajukan pembelaan atau argumen yang sia-sia di hadapan Allah setelah peringatan atau ancaman diberikan. "لَا تَخْتَصِمُوا" menunjukkan larangan untuk bertengkar atau berdalih, yang memperlihatkan bahwa tidak ada ruang lagi untuk perdebatan setelah bukti atau peringatan jelas telah diberikan oleh Allah. Kalimat “وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ” merujuk pada ancaman yang sudah disampaikan sebelumnya, menunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk mengingkari takdir yang sudah ditentukan. Makna ini menunjukkan keseriusan dan finalitas dalam keputusan Allah.

    Ayat ini mencerminkan tanda yang mengandung makna penting tentang otoritas dan komunikasi antara Allah dan manusia. Tanda "لا تَخْتَصِمُوا" (Jangan bertengkar) berfungsi sebagai peringatan simbolik untuk menunjukkan bahwa setelah ancaman diberikan, segala pembelaan atau argumen manusia menjadi tidak relevan. Kalimat "وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ" menunjukkan bahwa ancaman telah diberikan sebelumnya sebagai simbol dari keputusan yang tidak dapat diubah lagi. Dengan demikian, ayat ini menyampaikan pesan ketegasan dan finalitas dalam keputusan Allah yang tidak bisa ditentang..

    Penjelaan Ulama Tafsir

    Menurut Al-Maragi, ayat ini menggambarkan situasi di mana seseorang dihadapkan pada pengadilan Allah yang Maha Adil. Ayat ini dimulai dengan kalimat yang menunjukkan ketegasan dan peringatan dari Allah terhadap orang-orang yang sebelumnya telah diberikan peringatan dan ancaman, namun tetap bersikeras membantah atau bertengkar. Kata "لا تختصموا" (janganlah kamu bertengkar) menunjukkan bahwa Allah menegur sikap mereka yang tidak mau menerima takdir dan ketentuan-Nya, meskipun telah ada ancaman sebelumnya yang jelas. Allah menyatakan bahwa perdebatan tersebut tidak ada artinya di hadapan-Nya, karena keputusan-Nya telah ditetapkan, dan ancaman yang telah diberikan sebelumnya adalah cukup untuk menjadi pedoman hidup bagi mereka.

    Al-Maragi menginterpretasikan bahwa ayat ini menegaskan pentingnya menerima takdir dan keputusan Allah dengan penuh keikhlasan. Perdebatan di hadapan Allah hanya akan sia-sia, karena setiap keputusan-Nya sudah pasti adil dan benar. Dalam konteks ini, Al-Maragi juga menyarankan agar umat Islam tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak ada ujungnya terkait masalah yang telah ditentukan oleh Allah.


    Ali Ash-Shabuni menafsirkan ayat ini dengan pendekatan yang lebih mengarah pada peringatan keras dari Allah terhadap mereka yang tetap menentang dan membangkang setelah mendapatkan peringatan dan ancaman-Nya. Menurutnya, ayat ini mengingatkan bahwa Allah telah memberikan peringatan kepada umat manusia sebelumnya melalui wahyu dan rasul-rasul-Nya, namun mereka masih mengabaikan dan membangkang. Dalam konteks ini, ayat tersebut mengandung pengajaran agar umat tidak terjebak dalam sikap sombong dan keras kepala, karena ketidakmauan untuk menerima kenyataan dan peringatan-Nya hanya akan membawa kerugian.


    Ash-Shabuni menekankan bahwa ancaman Allah yang disampaikan sebelumnya adalah suatu bentuk kasih sayang agar umat manusia tidak terus-menerus dalam kelalaian dan kesesatan. Ayat ini, bagi Ash-Shabuni, menunjukkan pentingnya kesadaran diri untuk menghindari sikap berdebat atau mengingkari peringatan, karena semuanya sudah jelas dan pasti dari Allah.

    Pengelolaan Kelas dan Pembinaan Kecerdasan Emosional:

    Dalam konteks pengelolaan kelas, Q.S. Qaf ayat 28 memberikan pelajaran penting tentang bagaimana membina sikap menerima dan menghargai keputusan atau peringatan yang diberikan. Siswa perlu diajarkan untuk tidak membantah atau bertengkar mengenai aturan yang ada di kelas, terutama jika peraturan tersebut sudah dijelaskan dengan baik oleh guru. Penerimaan terhadap keputusan dan peringatan yang diberikan oleh guru, seperti halnya menerima peringatan Allah, sangat penting untuk menciptakan suasana kelas yang harmonis dan kondusif.

    Terkait dengan pembinaan kecerdasan emosional, ayat ini mengajarkan pentingnya pengendalian diri, terutama dalam menghadapi situasi yang menantang atau ketika dihadapkan pada peringatan yang mungkin terasa tidak menyenangkan. Kecerdasan emosional mengajarkan agar kita mampu mengelola perasaan, terutama ketika menghadapi kritik atau peringatan yang mungkin membuat kita merasa tersinggung atau tidak nyaman. Dalam pembinaan kecerdasan emosional di kelas, guru dapat mengajarkan siswa untuk menerima kritik atau peringatan dengan lapang dada dan tidak mudah terpancing emosi untuk bertengkar atau melawan, seperti yang digambarkan dalam ayat ini.

    Siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan dapat lebih mudah menerima keputusan yang tidak selalu sesuai dengan kehendak mereka, sebagaimana Allah mengajarkan dalam ayat ini tentang pentingnya sikap menerima peringatan dan ketentuan yang sudah diberikan sebelumnya. Dengan demikian, pengelolaan kelas yang melibatkan kecerdasan emosional akan membantu menciptakan suasana yang lebih produktif, di mana siswa tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak ada ujungnya, tetapi lebih mampu belajar dengan penuh rasa hormat dan pemahaman.

    Epilog

    Mengelola kelas dengan efektif bukan hanya soal mengatur perilaku, tetapi juga membangun suasana yang mengutamakan kedamaian dan saling menghargai. Dalam hal ini, pendekatan pencegahan konflik dan pengelolaan emosi menjadi hal yang sangat penting. Ayat 28 Surah Al-Qashash mengingatkan kita untuk menghindari pertengkaran dan fokus pada solusi. Penerapan prinsip ini dalam pengelolaan kelas akan menciptakan ruang yang lebih harmonis dan produktif. Sebagai pendidik, kita perlu mencontohkan sikap bijak dan mengutamakan dialog yang konstruktif, sesuai dengan pesan dalam ayat tersebut, agar konflik dapat dihindari dan pendidikan dapat berjalan dengan lebih baik.