Oleh: Muhammad Yusuf
Guru Besar dalam Ilmu Tafsir pada Fak. Adab & Humaniora UIN Alauddin Makassar
Prolog
Kurikulum Cinta berbasis iman adalah pendekatan pendidikan yang menekankan nilai-nilai kasih sayang dan kebaikan melalui pemahaman dan pengamalan iman. Kurikulum ini bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik dengan memperkuat hubungan mereka kepada Tuhan dan sesama, serta membekali mereka dengan kemampuan untuk menebarkan cinta melalui tindakan nyata. Melalui pendidikan berbasis iman, siswa diajak untuk mengembangkan empati, kejujuran, dan tanggung jawab sosial, serta memahami bahwa cinta adalah kekuatan yang menyatukan umat manusia. Kurikulum ini tidak hanya menekankan aspek intelektual, tetapi juga aspek spiritual dan moral, menjadikannya sebagai landasan dalam membentuk individu yang berakhlak mulia dan penuh kasih.
Surah Al-Hujurat ayat 7 merupakan salah satu ayat yang mengandung pesan penting mengenai hubungan antara umat Islam dengan Rasulullah SAW, serta pentingnya menjaga sikap dalam mengikuti wahyu-Nya. Dalam ayat ini, Allah mengingatkan umat agar tidak hanya mengikuti kehendak pribadi, melainkan mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Ayat ini juga menyampaikan bahwa kecintaan kepada iman dan kebencian terhadap kekafiran akan menghiasi hati orang-orang yang mengikuti jalan kebenaran. Dalam konteks pendidikan modern, ayat ini memberikan pelajaran berharga mengenai pentingnya pendidikan karakter, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, dan pentingnya mengikuti prinsip-prinsip yang benar dalam kehidupan.
Analisis Kebahasaan
وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ ٱللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِى كَثِيرٍ مِّنَ ٱلْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ
Terjemahnya: "Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus."
Ayat ini berbicara mengenai hubungan antara Rasulullah dengan umat Muslim. Struktur kalimat menggunakan pendekatan klausal dengan penekanan pada kondisi umat dan kehadiran Rasul. Teks ini mengingatkan umat akan pentingnya mengikuti petunjuk Rasul dan bukan keinginan pribadi. Dalam hal ini, Allah menanamkan kecintaan terhadap iman, menjadikannya indah dalam hati umat. Struktur ini mengedepankan kontradiksi antara kemauan umat dan maslahat yang lebih besar, yakni ketaatan kepada wahyu dan panduan Nabi.
Semantik ayat ini mengungkapkan bahwa meski umat Muslim mungkin menginginkan suatu hal, tetapi jika Rasulullah menuruti keinginan tersebut, mereka akan menghadapi kesusahan. Makna mendalam dari ayat ini menekankan bahwa kecintaan terhadap iman yang ditanamkan Allah mengarah pada penghindaran terhadap kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Allah menciptakan rasa cinta kepada kebaikan yang bersifat positif dan membimbing umat untuk menjadi pribadi yang taat kepada prinsip moral dan agama yang benar, mengutamakan kehidupan yang saleh.
Secara semiotik, simbol "Rasulullah" dalam ayat ini menjadi tanda bahwa umat harus tunduk pada wahyu dan keputusan Nabi. Kata "iman" menjadi simbol dari kebajikan dan kebaikan dalam hidup. Sementara "kekafiran," "kefasikan," dan "kemaksiatan" berfungsi sebagai simbol keburukan yang harus dijauhi. Konsep-konsep ini menjadi tanda yang menggambarkan kondisi batin umat, yaitu adanya pengaruh iman yang menghiasi hati. Secara keseluruhan, ayat ini memberikan gambaran tentang kontradiksi antara hasrat duniawi dan tuntunan ilahi.
Uraian
Menurut Fakhrur Raziy, dalam tafsir Mafatihul Gayb, ayat ini mengingatkan umat Muslim tentang pentingnya kedudukan Rasulullah dalam kehidupan mereka. Fakhrur Raziy menekankan bahwa umat harus memahami bahwa apa yang Rasul lakukan, meskipun tampaknya bertentangan dengan keinginan mereka, lebih bermanfaat bagi mereka. Dalam konteks pendidikan modern, penafsiran ini mengajarkan nilai ketaatan terhadap guru atau pemimpin yang bijak, meskipun terkadang tidak sesuai dengan harapan individu. Pendidikan modern dapat mengadopsi prinsip ini dengan membimbing siswa untuk memahami bahwa keputusan yang diambil oleh pendidik, meski kadang tidak langsung memuaskan keinginan mereka, memiliki manfaat jangka panjang yang lebih besar dalam pembentukan karakter dan kecerdasan emosional.
Pada dasarnya, Surah Al-Hujurat ayat 7 mengajak umat untuk merenungkan pentingnya sikap hati yang tulus dalam mengikuti petunjuk Rasulullah SAW. Ayat ini diawali dengan penegasan bahwa di antara umat Islam, terdapat Rasulullah yang berperan sebagai petunjuk hidup. Namun, jika umat mengikuti keinginan dan hawa nafsu mereka tanpa mengacu kepada petunjuk Rasulullah, mereka akan mendapati kesulitan dan kesusahan. Allah memberikan petunjuk kepada umat-Nya agar lebih mencintai iman, merasakan keindahan iman dalam hati, dan membenci segala bentuk kekafiran serta keburukan moral.
Pesan ini sangat relevan dengan konsep pendidikan modern yang menekankan pada pembentukan karakter. Dalam pendidikan, penting bagi individu untuk dibimbing agar tidak hanya mengikuti apa yang menurut mereka benar, tetapi juga untuk belajar mengenali prinsip-prinsip moral yang kokoh, yang bersumber dari ajaran agama dan nilai-nilai luhur. Hal ini sejalan dengan pendidikan karakter yang mendidik individu untuk mencintai kebaikan dan menjauhi keburukan. Selain itu, pendidikan modern menekankan pentingnya budi pekerti, kesadaran sosial, dan kecintaan terhadap nilai-nilai yang benar, yang tentunya sangat terkait dengan pesan dalam ayat ini.
Sebagai umat yang beriman, kita juga diingatkan untuk tidak mudah terombang-ambing oleh hawa nafsu dan pendapat pribadi yang dapat menjerumuskan ke dalam kesesatan. Pendidikan modern, yang menekankan pada perkembangan kognitif, sosial, dan emosional, seharusnya memperkuat pemahaman individu terhadap prinsip-prinsip moral yang baik. Dengan demikian, pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk individu yang memiliki iman yang kuat, kecintaan terhadap kebaikan, dan kebencian terhadap kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
Epilog
Surah Al-Hujurat ayat 7 memberikan pedoman berharga bagi umat Islam untuk senantiasa mengutamakan petunjuk Rasulullah dalam setiap aspek kehidupan. Dalam konteks pendidikan modern, ayat ini mengajarkan pentingnya menanamkan nilai-nilai moral yang baik kepada individu, melalui pembelajaran yang tidak hanya menekankan kognisi, tetapi juga pengembangan karakter. Dengan mencintai iman dan menjauhi keburukan, kita akan senantiasa berada di jalan yang lurus. Jadi, kurikulum cinta berbasis iman mendorong umat muslim sebagai katalisator harmoni sosial yang tulus sebagai pengejawantahan misi universal "rahmatan lil 'alamiin".
0 komentar