Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar
Prolog
Perkembangan teori pendidikan saat ini tidak dapat dipisahkan dari pemahaman holistik mengenai ilmu pengetahuan dan perkembangan manusia. Dalam konteks ini, berbagai teori pendidikan modern, seperti konstruktivisme dan pembelajaran berbasis masalah, menekankan pentingnya keterkaitan antara teori dan praktek. Pendidikan kini lebih mengarah pada pendekatan yang mendorong peserta didik untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Salah satu prinsip utama dalam pendidikan modern adalah pentingnya pengamatan dan refleksi, seperti yang diajarkan dalam banyak tradisi intelektual dan spiritual, termasuk dalam ajaran agama Islam.
Dalam konteks ini, QS. Qaf ayat 6 mengingatkan kita untuk senantiasa merenung dan memperhatikan ciptaan Tuhan sebagai sarana pembelajaran yang tidak terbatas pada dunia fisik, tetapi juga dapat menjadi petunjuk bagi pencarian pengetahuan. Ayat ini mengajak kita untuk melihat langit yang terbentang di atas kita, yang tercipta dengan begitu sempurna tanpa adanya retakan sedikit pun. Seperti halnya langit yang sempurna, pendidikan juga harus dibangun dengan penuh kesempurnaan, ketelitian, dan kebijaksanaan, yang memberi manfaat bagi umat manusia secara keseluruhan. Dengan memahami teori pendidikan dalam konteks ini, kita dapat lebih menghargai proses pembelajaran yang mengarah pada perkembangan pribadi yang seimbang dan mendalam.
Tinjauan Bahasa
اَفَلَمْ يَنْظُرُوْٓا اِلَى السَّمَاۤءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنٰهَا وَزَيَّنّٰهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوْجٍ ٦
Terjemahnya: "Apakah mereka tidak memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya tanpa ada retak-retak padanya sedikit pun?" (6)
Q.S. Qaf: 6 ini terdiri dari dua bagian utama: pertanyaan retoris tentang tidak adanya perhatian terhadap langit dan penegasan tentang penciptaan yang sempurna. Kalimat pertama “Apakah mereka tidak memperhatikan langit…” menggugah pemikiran pembaca untuk merenung. Frasa “Kami membangunnya dan menghiasinya” menggambarkan penciptaan yang penuh kesempurnaan, diikuti dengan “tanpa ada retak-retak padanya sedikit pun,” yang menunjukkan kesempurnaan dan ketidakterbatasan kekuasaan Allah. Penyusunan kalimat menggunakan gaya pertanyaan memberi penekanan pada kebodohan orang yang tidak merenungkan keajaiban ciptaan Tuhan.
Ayat ini menggunakan gaya bahasa yang kuat, seperti isti'arah (kiasan), yang mengilustrasikan langit sebagai sesuatu yang dibangun dan dihiasi tanpa cacat. Penggunaan kata “binaan” dan “hiasan” memberi kesan bahwa langit bukan sekadar ciptaan, tetapi juga karya seni yang sempurna. Kata “furuuj” (retak) menambah kekuatan makna bahwa langit tidak memiliki celah atau kelemahan. Pertanyaan retoris di awal ayat menimbulkan kekaguman terhadap kekuasaan Allah, mempertegas bahwa manusia seharusnya lebih peka terhadap tanda-tanda penciptaan-Nya. Ini menegaskan pentingnya merenung dan menghargai keindahan alam semesta.
Semantik dari ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah dalam menciptakan langit yang sempurna. Penggunaan kata “bana” (membangun) dan “zayyana” (menghias) mengandung makna bahwa ciptaan langit bukan hanya sekedar fungsional, tetapi juga estetis dan harmonis. Kata “furuuj” yang berarti retak, menegaskan bahwa langit adalah struktur yang utuh tanpa cacat, menandakan kesempurnaan dalam penciptaan Allah. Makna semantik ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan bahwa langit, sebagai bagian dari alam semesta, tidak hanya menunjukkan kekuasaan Tuhan, tetapi juga menjadi bukti akan kebesaran dan keharmonisan ciptaan-Nya.
Pada ayat ini, terdapat tanda-tanda yang mengajak pembaca untuk memahami realitas ilahi melalui alam. Langit, yang dihiasi dan dibangun dengan sempurna, berfungsi sebagai tanda atau signifier yang merujuk kepada kebesaran Allah. “Furuuj” atau retak, sebagai signified, menunjukkan ketidaksempurnaan yang tidak ditemukan pada ciptaan-Nya. Proses merenung atas keindahan langit dan keteraturannya membangkitkan pemahaman bahwa Tuhanlah yang menciptakan segalanya dengan penuh kesempurnaan. Dalam hal ini, alam adalah simbol dari penciptaan yang tidak terpisahkan dari tanda kebesaran dan keabadian Tuhan, yang menjadi sign untuk mengenal Tuhan lebih dalam.
Penjelasan Ulama
Buya Hamka dalam tafsirnya menafsirkan ayat ini dengan menyarankan umat manusia untuk merenung dan memperhatikan keindahan serta kesempurnaan alam semesta, khususnya langit. Menurut beliau, Allah SWT memperlihatkan bukti-bukti kebesaran-Nya melalui penciptaan langit yang begitu kokoh dan tidak memiliki retak sedikit pun. Hal ini menunjukkan kebesaran Allah yang menciptakan sesuatu dengan sempurna, tanpa cela. Hamka juga menekankan bahwa tidak ada kekurangan dalam ciptaan Allah, yang seharusnya membuat umat manusia lebih bersyukur dan meningkatkan ketakwaan kepada-Nya. Ayat ini mengajak manusia untuk berpikir lebih dalam tentang penciptaan Allah dan menggunakan akal mereka sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
M. Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini bertujuan untuk mengajak umat manusia merenung tentang keajaiban ciptaan langit yang sangat indah dan teratur. Beliau menyoroti bahwa Allah SWT membangun dan menghiasi langit dengan begitu sempurna, tanpa retak sedikit pun, yang menjadi bukti nyata tentang kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Shihab menekankan bahwa alam semesta, termasuk langit, adalah bukti nyata tentang kebesaran Allah yang tidak bisa dipungkiri, dan umat manusia seharusnya menggunakan akal untuk menyadari hal ini sebagai jalan menuju iman yang lebih kuat.
Konsep Pendidikan dan Pembelajaran
Penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab terhadap QS. Qaf ayat 6 dapat dikaitkan dengan teori pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning, PBL). Dalam PBL, siswa diajak untuk berpikir kritis dan merenungkan fenomena yang ada di sekitar mereka sebagai bagian dari proses pembelajaran. Ayat ini mengajarkan untuk menggunakan akal dan perhatian terhadap ciptaan Allah sebagai sumber inspirasi bagi umat untuk memecahkan masalah dan mencari pengetahuan. Pembelajaran berbasis masalah juga mendorong siswa untuk menggali pemahaman lebih dalam mengenai suatu topik, sebagaimana ayat ini mengajak manusia untuk memahami dan merenung tentang kesempurnaan ciptaan Tuhan. Dengan demikian, teori PBL dan tafsir ayat ini mengajarkan pentingnya refleksi terhadap lingkungan sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
Epilog
QS. Qaf ayat 6 mengajarkan kita untuk merenungkan kebesaran ciptaan Tuhan, yang tidak hanya memukau, tetapi juga menjadi inspirasi dalam membangun pendidikan yang berkualitas. Sebagaimana langit dibangun tanpa retakan, pendidikan pun harus disusun dengan dasar yang kuat, mengedepankan nilai-nilai yang holistik dan mendalam. Dengan memahami relevansi antara teori pendidikan dan ajaran Al-Qur’an, kita diingatkan untuk terus menggali pengetahuan dan merenung, agar pendidikan yang kita terapkan dapat menghasilkan generasi yang bijaksana dan penuh wawasan.
0 komentar