BLANTERORBITv102

    PENDIDIKAN YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI MANUSIA (KAJIAN Q.S. AL-HUJURAT: 8)

    Rabu, 19 Februari 2025

     Oleh: Muhammad Yusuf

    Guru Besar Ilmu Tafsir pada Fak. Adab & Humaniora UIN Alauddin Makassar


    Prolog

    Pendidikan tidak hanya bertujuan mewujudkan dan menghadirkan generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga untuk menghadirkan generasi yang cerdas secara emosional, sosial, dan spritual. Tidak hanya cerdas, melainkan juga mampu berpikir dan bertindak bijaksana dan arif. Berpikir inklusif di dalam keragaman membuat pihak lain merasa memiliki ruang ekspresi yang luas dan kondusif. Hidup damai di dalam keragaman adalah salah karunia dan nikmat yang besar.

    Surah Al-Hujurat ayat 8, yang berbunyi "Itu sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana", mengandung makna yang dalam dan relevan dalam konteks kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Ayat ini menekankan bahwa segala bentuk karunia dan nikmat yang diterima oleh manusia, termasuk dalam aspek pengetahuan dan kebijaksanaan, merupakan pemberian dari Allah yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana. Dalam sistem pendidikan modern, pemahaman akan sumber segala pengetahuan ini menjadi sangat penting. Sebagai individu, manusia diberi kemampuan untuk belajar dan berkembang, namun segala pencapaian ini harus disadari sebagai bagian dari rahmat Allah yang lebih besar.

    Analisis Kebahasaan

    فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَنِعْمَةًۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ۝٨

    Terjemahnya: "(Itu) sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."

    Q.S. Al-Hujurat ayat 8 berbicara tentang karunia dan nikmat dari Allah yang memberikan kedamaian dan persatuan umat. Struktur ayat ini terdiri dari kalimat penjelasan mengenai tujuan Allah menurunkan hidayah, yang diterima umat sebagai nikmat. Pembaca bisa melihat hubungan sebab-akibat, yakni bagaimana kasih sayang Allah menyebabkan persatuan umat. Penyebutan sifat Allah sebagai Maha Mengetahui dan Mahabijaksana juga menunjukkan bahwa segala keputusan-Nya didasari oleh kebijaksanaan yang sempurna.

    Semantik ayat ini mencerminkan makna penting tentang persatuan dan kasih sayang Allah. “Karunia” dan “nikmat” menunjukkan pemberian Allah yang tidak terbatas, yang membawa umat kepada perdamaian. Kata “Maha Mengetahui” menggambarkan bahwa Allah mengetahui setiap kondisi umat, sedangkan “Mahabijaksana” menunjukkan bahwa setiap keputusan-Nya adalah hasil dari kebijaksanaan yang tak tertandingi. Ayat ini mengajarkan pentingnya menerima petunjuk Allah untuk menciptakan perdamaian, serta menghargai kebijaksanaan-Nya dalam memberikan hidayah.

    Dalam analisis semiotik, simbol “karunia” dan “nikmat” menggambarkan kebaikan yang berasal dari Allah, yang dapat membentuk ikatan sosial antar umat. Sifat “Maha Mengetahui” dan “Mahabijaksana” menjadi tanda bahwa segala peraturan dan keputusan-Nya penuh dengan hikmah dan arahan yang jelas, yang harus diikuti oleh umat untuk mencapai tujuan bersama, yaitu persatuan dan kesejahteraan sosial.

    Uraian

    Tahir Ibnu Asyur dalam tafsirnya, at-Tahrir wa at-Tanwir, menekankan bahwa karunia dan nikmat dari Allah tidak hanya berbicara tentang hal duniawi, tetapi lebih kepada hidayah dan petunjuk-Nya yang membawa umat kepada persatuan yang hakiki. Pendidikan menurut Ibnu Asyur, memiliki dasar dari wahyu yang mengarah pada akhlak mulia dan hubungan sosial yang harmonis. Dalam konteks pendidikan modern, ayat ini relevan karena mengajarkan nilai pentingnya perdamaian, keadilan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikan modern yang bertujuan membentuk karakter dan kecerdasan sosial sejalan dengan hikmah yang diturunkan Allah untuk membangun masyarakat yang adil dan damai.

    Ayat ini menyatakan bahwa segala karunia dan nikmat yang kita peroleh adalah pemberian dari Allah, yang disampaikan dengan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Dalam konteks pendidikan, hal ini mengandung pesan bahwa ilmu pengetahuan yang kita terima bukan semata-mata hasil usaha manusia, tetapi juga merupakan bagian dari takdir Allah yang telah memberikan kemampuan dan kesempatan untuk belajar. Pendidikan modern menekankan pentingnya pengembangan kapasitas intelektual dan keterampilan, tetapi dalam pandangan Islam, pencapaian ini harus diimbangi dengan kesadaran akan ketergantungan manusia terhadap Allah.

    Pendidikan modern menekankan pada pengembangan pemikiran kritis, kreatif, dan analitis. Ini sangat sejalan dengan makna ayat ini, yang mengingatkan bahwa pengetahuan yang diperoleh bukan hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga sebagai sarana untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah. Setiap pengetahuan yang dimiliki seharusnya membawa seseorang untuk lebih bijaksana dalam menyikapi hidup, serta lebih bertanggung jawab terhadap sesama. Di dalam konsep pendidikan modern yang berbasis pada pengembangan manusia secara holistik, aspek moral dan etika sangat ditekankan.

    Allah yang Maha Mengetahui memiliki pengetahuan yang sempurna tentang apa yang terbaik untuk umat-Nya. Dalam hal ini, pendidikan tidak hanya fokus pada keterampilan teknis semata, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kebijaksanaan. Konsep pendidikan dalam Islam mengarahkan kita untuk menyadari bahwa ilmu pengetahuan bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Hal ini mengingatkan kita bahwa pendidikan seharusnya memberikan dampak positif terhadap akhlak, bukan hanya pada pencapaian intelektual.

    Pendidikan modern juga mendorong kolaborasi dan interaksi antara individu dengan latar belakang yang beragam. Ayat ini relevan dalam konteks tersebut, karena kebijaksanaan Allah mengajarkan bahwa keberagaman adalah bagian dari karunia-Nya yang harus diterima dengan sikap saling menghormati dan bekerja sama. Dalam dunia yang semakin mengglobal ini, pengetahuan yang luas harus diterapkan dengan kebijaksanaan, sehingga membawa manfaat bagi umat manusia secara keseluruhan.

    Epilog

    Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala karunia, termasuk ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam pendidikan, adalah anugerah dari Allah. Dalam sistem pendidikan modern, pengakuan terhadap aspek spiritual dan moral dalam pengembangan diri sangat penting. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menciptakan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana dalam menghadapi tantangan hidup, mengingat bahwa pengetahuan sejati bersumber dari Allah yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana. Dengan pemahaman ini, pendidikan dapat menciptakan individu yang tidak hanya terampil, tetapi juga penuh hikmah dan kearifan.