BLANTERORBITv102

    KAJIAN Q.S. AZ-ZARIYAT: 7

    Rabu, 26 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Pertautan Konseptual

    Ayat 7 surat At-Zariyat وَالسَّمَاۤءِ ذَاتِ الْحُبُكِۙ ("Demi langit yang mempunyai jalan-jalan yang kukuh") berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, ayat 6, yang berbunyi يَوْمَ تَمُورُ السَّمَاءُ مَوْرًا ("Pada hari langit bergoncang dengan goncangan yang dahsyat"). Dalam konteks ini, terdapat hubungan konseptual yang menghubungkan fenomena alam yang dijelaskan dalam kedua ayat tersebut dengan kemajuan pemahaman sains modern.

    Ayat 6 menggambarkan keadaan langit yang bergoncang, yang bisa diinterpretasikan sebagai gambaran tentang kekacauan kosmik atau peristiwa besar dalam alam semesta. Dalam konteks sains modern, ini bisa merujuk pada fenomena-fenomena kosmik seperti bintang yang meledak, pergerakan galaksi, atau kejadian fisika ekstrim yang mengganggu kestabilan alam semesta. Fenomena semacam ini juga dapat diasosiasikan dengan kejadian-kejadian besar dalam dunia astronomi yang mengubah wajah langit dan alam semesta.

    Namun, dalam ayat 7, Allah menggambarkan langit sebagai ذَاتِ الْحُبُكِ (memiliki jalan-jalan yang kukuh). Dalam sains, ini dapat dipahami sebagai struktur yang kokoh dan teratur yang ada dalam alam semesta, seperti hukum gravitasi yang mengikat benda-benda langit, atau pola-pola pergerakan planet dan bintang yang mengikuti aturan-aturan fisika yang konsisten. Jalan-jalan kukuh ini bisa merujuk pada struktur galaksi yang terorganisir, serta hubungan hukum-hukum fisika yang mengatur pergerakan benda-benda langit dalam kosmos.

    Secara keseluruhan, kedua ayat ini dapat dipahami sebagai gambaran tentang kontradiksi yang ada dalam alam semesta: kekacauan dan ketertiban. Dalam pendidikan dan sains, konsep ini mengajarkan kita untuk memahami bahwa meskipun alam semesta tampak kacau dan penuh dinamika, ia tetap beroperasi dengan prinsip-prinsip yang teratur dan stabil, yang membuka ruang bagi pengetahuan ilmiah untuk mengungkap dan memahami fenomena-fenomena tersebut.

    Analisis Kebahasaan 

    Q.S. Az-Zariyat: 7 menyebutkan "وَالسَّمَاۤءِ ذَاتِ الْحُبُكِ" yang dapat diterjemahkan sebagai "Demi langit yang mempunyai jalan-jalan yang kukuh". Kalimat ini terdiri dari dua bagian: "وَالسَّمَاۤءِ" (dan langit) yang merupakan kata benda yang diikuti oleh "ذَاتِ الْحُبُكِ" (yang mempunyai jalan-jalan yang kukuh). Penggunaan "ذَاتِ" menunjukkan kepemilikan dan sifat yang melekat pada langit. "الحُبُكِ" (jalan-jalan yang kukuh) merujuk pada susunan yang rapi dan stabil. Struktur ini menggambarkan keajaiban dan keteraturan langit yang mencerminkan keteraturan ciptaan Allah.

    Dalam Q.S. Az-Zariyat: 7 ini, penggunaan balagah (retorika) yang sangat menonjol adalah perbandingan dan penggambaran simbolik. "الحُبُكِ" yang berarti "jalan-jalan yang kukuh" menggambarkan struktur langit yang sangat teratur, mirip dengan jaringan yang tidak tergoyahkan. Ini menambah makna bahwa langit bukan hanya sebuah ruang kosong, tetapi juga bukti kebesaran Allah dalam menciptakan tatanan yang tidak tampak oleh manusia. Balagah ini menunjukkan betapa sempurnanya ciptaan Allah, yang tak terjangkau oleh akal manusia, sekaligus menjadi tanda kebesaran-Nya yang tak terhingga.

    Kata "الحُبُكِ" (jalan-jalan yang kukuh) menggambarkan struktur yang sangat teratur, di mana langit tidak hanya berarti ruang kosong, tetapi juga menyiratkan stabilitas dan keteguhan. Kata ini juga bisa merujuk pada pola atau sistem yang sangat rapi dalam langit, seperti orbit planet, jalur bintang, dan berbagai fenomena alam yang menunjukkan keteraturan yang sangat kompleks. Ini mengarah pada pemahaman bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berfungsi dengan cara yang sangat teratur, mengindikasikan kekuasaan dan kebijaksanaan Sang Pencipta.

    Teks ayat ini menggunakan simbol "langit" yang menjadi tanda alam semesta yang luas dan tak terbatas. "الحُبُكِ" menjadi tanda yang menunjukkan keteraturan dan stabilitas. Semiotika dalam ayat ini memperlihatkan hubungan antara tanda (langit dan jalan-jalan yang kukuh) dengan makna yang lebih dalam tentang kebesaran Allah. Tanda "jalan-jalan yang kukuh" juga mengacu pada sistem alam semesta yang saling berhubungan dan teratur, yang berfungsi sebagai representasi dari kekuasaan dan kebijaksanaan Allah yang mengatur segala sesuatu dengan sempurna. Semiotika ini menunjukkan bahwa alam semesta adalah tanda nyata dari keberadaan dan kekuasaan Tuhan.

    Dari kajian tersebut, makna tersembunyi tentang keindahan dan keteraturan alam semesta. "Jalan-jalan yang kukuh" mencerminkan sistem yang tidak tergoyahkan, menggambarkan keharmonisan ciptaan Allah yang mengatur seluruh alam semesta. Ini mengingatkan manusia akan kebesaran-Nya dan pentingnya pengakuan terhadap kekuasaan Sang Pencipta.

    Menurut Ulama

    Menurut al-Alusi dalam tafsir Ruh al-Ma'ani, ayat ini mengandung makna bahwa langit memiliki struktur yang kuat dan teratur. Kata "al-Hubuk" (الحُبُكِ) yang diterjemahkan sebagai "jalan-jalan yang kukuh" menunjukkan bahwa langit memiliki susunan yang rapi dan teratur. Al-Alusi menegaskan bahwa ini dapat diartikan sebagai langit yang memuat berbagai benda langit yang beredar dengan pola yang jelas dan tidak kacau, seperti planet, bintang, dan galaksi, yang semuanya memiliki orbit dan jalur yang stabil.

    Secara lebih luas, al-Alusi memandang ayat ini sebagai sebuah isyarat mengenai keteraturan dan keharmonisan alam semesta yang menjadi bukti kebesaran dan kekuasaan Allah. Langit yang memiliki struktur yang kokoh ini menunjukkan bahwa alam semesta tidak terjadi secara kebetulan, melainkan merupakan ciptaan yang penuh dengan perencanaan dan ketetapan yang sangat sempurna. Oleh karena itu, umat manusia diingatkan untuk merenungkan alam semesta sebagai tanda kekuasaan Tuhan.

    Sementara Az-Zamakhsyari dalam tafsir al-Kashaf memberikan penafsiran yang serupa tetapi lebih fokus pada aspek bahasa dan metafora dalam ayat ini. Kata "al-Hubuk" menurutnya bisa diartikan sebagai sesuatu yang terikat atau tersusun dengan rapi. Ia mengaitkan hal ini dengan langit yang memiliki struktur yang teratur, serta orbit benda-benda langit yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut Az-Zamakhsyari, ini merupakan bukti dari keajaiban penciptaan Tuhan yang menata segala sesuatu dengan begitu teratur, tanpa kekacauan sedikit pun.

    Lebih lanjut, Az-Zamakhsyari mengaitkan ayat ini dengan fenomena alam semesta yang sangat teratur, dari pergerakan planet-planet hingga galaksi yang berputar pada jalurnya masing-masing. Baginya, ini menjadi bukti nyata dari kebesaran dan kesempurnaan ciptaan Allah yang tidak dapat dijangkau dengan akal manusia biasa. Ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan alam semesta sebagai bentuk kesadaran akan Tuhan yang Maha Kuasa.

    Isyarat Sains Modern

    Dalam sains modern, penafsiran mengenai langit yang "memiliki jalan-jalan yang kukuh" relevan dengan pemahaman kita tentang struktur alam semesta yang sangat teratur dan sistematis. Fisika modern, khususnya dalam astronomi dan kosmologi, menunjukkan bahwa alam semesta memiliki pola yang sangat jelas, seperti orbit planet, gerakan bintang, dan sistem galaksi yang saling berinteraksi dalam hukum gravitasi yang sudah teruji. Fenomena ini sejalan dengan pemahaman kita bahwa segala sesuatu di alam semesta bergerak dalam pola yang tidak acak. Misalnya, hukum Newton dan teori relativitas Einstein menjelaskan bagaimana objek langit berinteraksi dengan hukum-hukum alam yang tak terbantahkan, yang menyerupai "jalan-jalan yang kukuh" yang disebut dalam ayat tersebut. Ini menjadi bukti betapa alam semesta ini teratur dan penuh dengan kebijaksanaan penciptaannya, sesuai dengan isyarat yang diberikan dalam ayat ini.

    Pesan Edukatif 

    Ayat ini memberikan pesan edukatif yang mendalam, terutama terkait dengan pentingnya pemahaman ilmiah dan spiritual. Dalam konteks pendidikan saat ini, ayat ini mengajak umat manusia, terutama generasi muda, untuk mengembangkan pemikiran yang kritis dan terbuka dalam mengeksplorasi alam semesta melalui ilmu pengetahuan, seperti astronomi, fisika, dan matematika. Di sisi lain, penting juga untuk memperkuat nilai-nilai spiritual dan keimanan dalam memahami keajaiban alam semesta ini. Pendidikan terkini harus mendorong integrasi antara ilmu pengetahuan dan agama, yang dapat membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bijaksana secara moral dan spiritual.

    Selain itu, ayat ini juga mengandung pesan tentang keteraturan dan kesempurnaan dalam ciptaan Tuhan yang perlu dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia diajak untuk menjaga dan memelihara keseimbangan alam, yang merupakan bagian dari amanah Tuhan. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, mengajarkan pentingnya menghargai dan memahami keteraturan alam semesta dapat membentuk sikap bertanggung jawab terhadap lingkungan dan bumi yang kita huni.

    Pendidikan modern juga harus memprioritaskan pengembangan pemikiran kritis yang seimbang antara sains dan spiritualitas. Mengajarkan siswa untuk melihat alam semesta bukan hanya sebagai objek ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai wahana untuk merenungkan kebesaran Tuhan, akan menghasilkan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki rasa hormat terhadap ciptaan-Nya dan kesadaran tinggi akan peran mereka dalam menjaga keseimbangan alam.