BLANTERORBITv102

    KAJIAN Q.S. AZ-ZARIYAT: 6

    Rabu, 26 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Pertautan Konseptual

    Ayat 6 dari Surah Az-Zariyat yang berbunyi "وَإِنَّ الدِّيْنَ لَوَاقِعٌۗ" (dan sesungguhnya pembalasan pasti terjadi), berhubungan erat dengan ayat sebelumnya (ayat 5), yang menggambarkan situasi alam semesta yang mengalami kekacauan. Ayat 5 menggambarkan fenomena bencana alam sebagai tanda-tanda kehancuran yang terjadi pada akhir zaman. Ayat ini bisa dipahami sebagai gambaran dari fenomena yang lebih luas, di mana segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, termasuk hukum-hukum alam dan moralitas, akan mencapai titik keseimbangan dan pertanggungjawaban.

    Dalam konteks pendidikan dan sains modern, ayat ini mengandung pesan tentang keteraturan hukum alam dan prinsip sebab-akibat yang berlaku di dunia ini. Sains modern, dengan penekanan pada prinsip-prinsip fisika, biologi, dan kimia, telah mengungkapkan bagaimana segala sesuatu di alam semesta ini teratur dengan sangat tepat melalui hukum-hukum yang saling terkait. Segala fenomena yang terjadi—baik itu dalam ranah material maupun dalam kehidupan sosial—berdampak pada akibat tertentu yang tidak bisa dihindari. Ini mencerminkan hukum sebab-akibat yang ada dalam kehidupan manusia dan alam semesta.p

    Dalam pendidikan, konsep ini mengajarkan pentingnya tanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan yang kita ambil. Setiap tindakan, baik di tingkat individu maupun kolektif, akan membawa akibat, baik di dunia ini maupun di kehidupan setelahnya. Seperti halnya dalam sains, di mana setiap eksperimen atau teori memiliki konsekuensi yang dapat diuji, dalam kehidupan moral dan spiritual, setiap perbuatan akan menghadirkan balasan yang sesuai. Dengan demikian, ayat ini mengingatkan kita bahwa pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang dunia ini tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga aspek moral dan spiritual yang saling terkait dengan setiap pilihan yang kita buat.

    Analisis Kebahasaan

    وَّاِنَّ الدِّيْنَ لَوَاقِعٌۗ ۝٦

    Terjemahnya: "dan sesungguhnya pembalasan pasti terjadi"(6)

    Dalam Q.S. Az-Zariyat: 6, terdapat kalimat yang menggunakan bentuk penegasan melalui kata "وَإِنَّ" (wa innna) yang mengandung makna penegasan yang kuat. Kata "الدِّينَ" (ad-dīn) yang berarti pembalasan juga memiliki makna yang luas, mencakup pembalasan Allah pada hari kiamat atau balasan atas setiap amal perbuatan. Penempatan kata "لَوَاقِعٌ" (lawāqi‘un) dengan fi’il mudhari’ yang diberi harf lam menjelaskan waktu yang pasti, sehingga menegaskan bahwa pembalasan itu tidak hanya akan terjadi, tetapi pasti. Secara struktural, penggunaan kalimat ini memberikan kesan kepastian dan kehadiran pembalasan yang akan terjadi tanpa keraguan.

    Penggunaan "وَإِنَّ" sebagai partikel penegas menambah kekuatan makna. Selain itu, kata "لَوَاقِعٌ" (pasti terjadi) memiliki makna yang mendalam, mengandung unsur ketegasan yang membuatnya berbeda dari kata-kata yang bersifat kemungkinan. Penggunaan kata "الدِّينَ" yang lebih merujuk pada pembalasan kepada orang yang berbuat jahat atau melanggar hukum ilahi memberi kesan bahwa pembalasan ini tidak bisa dielakkan, dan merupakan hakikat dari hukum alam dan keadilan Ilahi. Dengan demikian, balagah dalam ayat ini menonjolkan kekuatan narasi yang penuh dengan ketegasan.

    Kata "الدِّينَ" (ad-dīn) dalam ayat ini menunjukkan makna pembalasan atau akibat dari perbuatan yang dilakukan. Dalam konteks ini, ad-dīn merujuk pada hukum Tuhan yang berlaku untuk setiap perbuatan manusia, baik yang baik maupun buruk. Kata "لَوَاقِعٌ" memberikan nuansa bahwa pembalasan tersebut adalah suatu yang pasti, tidak bisa ditunda atau dihindari. Penegasan pada kalimat ini juga menimbulkan efek psikologis, yakni memunculkan kesadaran akan akibat dari tindakan yang dilakukan. Dengan demikian, ayat ini mengingatkan bahwa kehidupan setelah mati atau kehidupan akhirat adalah suatu keniscayaan.

    Dari perspektif semiotika, ayat ini menggambarkan simbol-simbol yang memiliki makna mendalam. "الدِّينَ" menjadi tanda yang merepresentasikan hukum Tuhan atau pembalasan bagi perbuatan manusia, yang terkait erat dengan simbol moralitas dan keadilan. Kata "لَوَاقِعٌ" sebagai simbol dari kepastian menggambarkan bahwa pembalasan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Secara keseluruhan, ayat ini menggunakan simbol-simbol linguistik yang merujuk pada konsep keadilan Ilahi yang tidak dapat dibantah atau ditunda. Dengan demikian, tanda-tanda dalam ayat ini memberikan pesan moral yang kuat bahwa setiap amal akan mendapatkan balasan yang setimpal pada waktunya.

    Menurut Ulama Tafsir

    At-Tabari: At-Tabari dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini mengisyaratkan kepada keyakinan yang kuat bahwa pembalasan (balasan yang adil dari Allah) akan benar-benar terjadi. Beliau mengaitkan kata "Lawaqi'un" (pasti terjadi) dengan konsep ketetapan yang sudah pasti oleh Allah, yang tidak dapat dielakkan oleh siapa pun. Artinya, apapun yang terjadi, pembalasan bagi setiap amal perbuatan akan ditegakkan pada waktunya. At-Tabari menafsirkan bahwa kata ini mengandung pesan bahwa kehidupan dunia dan akhirat tidak terlepas dari pertanggungjawaban. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat-ayat lain, pembalasan itu akan dialami oleh orang-orang yang berbuat baik dan orang-orang yang berbuat buruk sesuai dengan amal perbuatan mereka.

    Fakhrur Raziy dalam tafsirnya memberikan penekanan pada hakikat pasti dan realitas pembalasan. Menurut beliau, "Lawaqi'un" tidak hanya menunjukkan bahwa pembalasan itu pasti, namun juga bahwa pembalasan tersebut akan terjadi dengan cara yang adil dan tak terhindarkan. Fakhrur Raziy menjelaskan bahwa ini merujuk pada pembalasan terhadap amal perbuatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Beliau juga menambahkan bahwa kata "Lawaqi'un" memberi pengertian tentang ketegasan hukum Allah yang tidak bisa ditunda atau ditolak. Pembalasan ini menyangkut pembalasan yang berlaku di dunia (seperti musibah atau keberkahan) dan di akhirat (seperti surga atau neraka). Fakhrur Raziy mengaitkan ayat ini dengan keyakinan bahwa kehidupan manusia tidak bebas dari pengawasan dan pertanggungjawaban dari Allah.

    Dalam Sains Modern dan Pendidikan 

    Ayat ini memiliki relevansi yang mendalam dalam konteks sains modern dan pendidikan terkini. Pembalasan yang pasti (Lawaqi'un) dapat dipahami dalam kerangka hukum sebab-akibat yang diterima dalam sains. Dalam konteks ini, hukum alam, seperti hukum gravitasi, hukum termodinamika, dan konsep kausalitas dalam ilmu fisika, mencerminkan pola ketetapan dalam alam semesta yang tak terelakkan, seperti halnya pembalasan Allah. Secara ilmiah, segala peristiwa atau fenomena alam terjadi sebagai akibat dari sebab tertentu, dan demikian pula dalam kehidupan manusia: setiap amal baik atau buruk akan menghasilkan akibat tertentu, baik di dunia maupun di akhirat.

    Dari sisi pendidikan, ayat ini memberikan pesan penting tentang pentingnya tanggung jawab terhadap perbuatan. Dalam pendidikan terkini, ada fokus pada pembentukan karakter dan kesadaran sosial, mengajarkan bahwa setiap tindakan akan membawa akibat. Pembalasan yang pasti dalam konteks ini tidak hanya berbicara tentang hukum ilahi, tetapi juga tentang konsekuensi yang terjadi akibat dari keputusan yang kita ambil dalam kehidupan, baik dalam hal sosial, lingkungan, maupun pribadi. Pendidikan yang mengajarkan tanggung jawab, etika, dan konsekuensi dari tindakan sangat relevan dengan pesan dalam ayat ini, mengingatkan kita bahwa apa yang kita lakukan di dunia ini akan memberi dampak di masa depan, baik di dunia maupun di akhirat.