Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar
Pertautan Konseptual
Ayat 3, yang berbicara tentang "kapal-kapal yang melaju dengan mudah," menggambarkan fenomena alam yang sangat erat kaitannya dengan pemahaman sains modern, khususnya dalam bidang fisika, yang membahas prinsip-prinsip gerakan dan gaya. Kapal yang bergerak dengan mudah menggambarkan kemudahan dan keteraturan hukum alam yang dapat dipelajari melalui ilmu pengetahuan, seperti hukum Newton tentang gerak dan gaya. Dalam konteks pendidikan, ayat ini mengajak kita untuk mengamati dan memahami fenomena alam sebagai bagian dari ilmu yang dapat meningkatkan pengetahuan manusia tentang dunia ini.
Ayat 4, yang berbicara tentang "malaikat-malaikat yang membagi-bagi segala urusan," memperkenalkan konsep bahwa segala sesuatu di alam semesta ini, meskipun tampak teratur dan berjalan dengan hukum-hukum alam yang dapat dipelajari, tetap berada dalam kendali dan pengaturan yang lebih tinggi. Malaikat sebagai simbol pengaturan Tuhan menunjukkan bahwa segala urusan, baik yang tampak di dunia fisik maupun yang tidak terlihat, tetap teratur dan terbagi dengan tepat, sesuai dengan kehendak Tuhan.
Pertautan antara kedua ayat ini bisa dilihat sebagai ajakan untuk memahami bahwa ilmu pengetahuan, seperti dalam fenomena kapal yang bergerak di laut, tidak hanya berhenti pada pemahaman fisiknya saja. Sebaliknya, ada dimensi spiritual yang mengingatkan bahwa segala sesuatu, meskipun dapat dijelaskan oleh sains, tetap berada dalam kuasa Tuhan. Dalam konteks pendidikan modern, ini mengajarkan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas, di mana ilmu digunakan untuk memahami hukum alam, namun kesadaran akan kekuasaan Tuhan tetap harus dijaga.
Tinjauan Kebahasaan
فَالْمُقَسِّمٰتِ اَمْرًاۙ ٤
Terjemahnya: "dan demi (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi segala urusan" (4).
Pada ayat ini, terdapat dua elemen yaitu "فَالْمُقَسِّمٰتِ" dan "اَمْرًا." Kata "فَالْمُقَسِّمٰتِ" adalah bentuk plural dari kata "مُقَسِّمَة" yang berarti pembagi atau yang membagi. Ini menunjukkan tindakan kolektif dari malaikat dalam membagi urusan tertentu. Kata "اَمْرًا" adalah kata benda yang berarti urusan atau keputusan. Strukturnya menggunakan kalimat yang menjelaskan keadaan secara umum, tanpa menyebutkan secara rinci jenis urusan yang dibagi. Penggunaan "فَ" menunjukkan penegasan atau sumpah terhadap apa yang dibagi oleh malaikat, memperkuat pengaruhnya terhadap urusan alam semesta.
Penggunaan bentuk sumpah dengan "فَ" yang menandakan penekanan pada tindakan malaikat yang membagi urusan. Pemilihan kata "مُقَسِّمٰتِ" dalam bentuk jamak memberikan kesan bahwa bukan hanya satu malaikat, tetapi banyak yang terlibat dalam pembagian urusan tersebut, menunjukkan besarnya peran malaikat dalam menjalankan perintah Allah. Sifat pembagian ini terkesan rapi, teratur, dan penuh kekuasaan. Tindakannya tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan hukum yang ditetapkan oleh Allah. Kejelasan makna melalui penggunaan kata-kata ini memperkuat kesan balaghah yang mendalam tentang kedudukan malaikat sebagai pelaksana kehendak Allah.
Kata "مُقَسِّمٰتِ" merujuk pada entitas yang memiliki kekuasaan untuk menentukan pembagian atau distribusi, yang dalam konteks ini adalah malaikat yang melaksanakan perintah Allah. "اَمْرًا" menandakan urusan yang bersifat lebih luas, mencakup segala hal yang terkait dengan takdir dan keputusan Ilahi. Secara keseluruhan, ayat ini memperlihatkan bagaimana alam semesta dijalankan dengan ketertiban dan perencanaan yang matang, dimana setiap urusan dibagi dengan adil oleh malaikat sesuai dengan ketentuan Allah.
Kata "فَالْمُقَسِّمٰتِ" mengandung tanda bahwa malaikat bertindak sebagai agen yang mengeksekusi pembagian takdir dan urusan alam semesta. Tanda "اَمْرًا" merujuk pada segala urusan yang dikuasai oleh Allah, dan malaikat sebagai entitas yang membagikan keputusan-keputusan tersebut, menciptakan makna bahwa dunia ini diatur secara sistematis dan terstruktur. Pembagian urusan ini bisa dilihat sebagai simbol dari keteraturan dan pengaturan Ilahi dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Sehingga, malaikat dalam konteks ini menjadi tanda dari keteraturan dan keadilan Tuhan.
Keterangan Ulama
Kalimat "فَالْمُقَسِّمٰتِ اَمْرًا" (dan demi malaikat-malaikat yang membagi-bagi segala urusan) merujuk kepada malaikat yang diberi tugas untuk menjalankan perintah Allah dengan membagi berbagai urusan dunia, termasuk urusan rezeki, hidup, mati, dan takdir setiap individu. Ibnu Abbas menganggap ayat ini sebagai gambaran tentang tugas malaikat yang mendetail dalam mengatur segala hal yang terjadi di alam semesta, sesuai dengan perintah Allah. Malaikat ini tidak bekerja atas kehendaknya sendiri, melainkan sebagai alat Allah untuk menjalankan takdir-Nya. Demikian Ibnu Abbas menjelaskan maksud ayat ini.
Ibnu Abbas juga menekankan bahwa pembagian urusan yang dimaksud dalam ayat ini terkait dengan ketepatan waktu dan tempat, yang meliputi takdir individu maupun peristiwa besar yang terjadi di alam semesta. Para malaikat ini berperan dalam mencatat, mengatur, dan menjalankan perintah yang sudah ditentukan oleh Allah.
Kalimat "فَالْمُقَسِّمٰتِ اَمْرًا" mengandung makna bahwa malaikat yang dimaksud adalah mereka yang diberikan tugas untuk membagi urusan kehidupan manusia, alam semesta, dan segala hal yang terkait dengan hukum-hukum alam. Al-Qurtubi menjelaskan bahwa malaikat tersebut memiliki tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa besar dan kecil, baik yang tampak oleh manusia maupun yang tersembunyi.
Al-Qurtubi juga menyatakan bahwa ayat ini menunjukkan ketundukan para malaikat kepada perintah Allah, tanpa adanya pilihan atau kebebasan. Mereka hanya menjalankan apa yang telah ditentukan. Dengan demikian, al-Qurtubi menekankan bahwa ayat ini menggambarkan kesempurnaan dan ketelitian penciptaan Allah yang terorganisir dengan sangat rapi, melalui malaikat yang berperan sebagai agen pengatur segala urusan.
Relevansi dengan Sains Modern dan Pendidikan
Dalam sains modern, ayat ini dapat dipahami sebagai sebuah gambaran yang mendalam tentang keteraturan dan pengelolaan alam semesta. Konsep pembagian urusan ini mirip dengan pemahaman kita terhadap hukum alam, di mana setiap elemen di alam semesta beroperasi berdasarkan aturan tertentu yang saling terhubung dan mengatur satu sama lain. Dalam fisika, misalnya, kita memahami adanya hukum-hukum yang mengatur pergerakan planet, interaksi partikel subatom, dan berbagai fenomena lainnya yang tidak terlihat oleh mata manusia. Malaikat, dalam hal ini, bisa dipandang sebagai simbol dari hukum-hukum alam yang tak tampak tetapi tetap ada, mengatur dan membagi urusan alam semesta sesuai dengan ketetapan Tuhan.
Selain itu, dalam pendidikan terkini, ayat ini bisa dijadikan inspirasi untuk mengajarkan pentingnya pengorganisasian dan pembagian tugas yang terstruktur dalam proses belajar. Seperti halnya malaikat yang membagi urusan kehidupan dengan ketepatan, pendidikan modern mengajarkan pentingnya perencanaan yang matang dan pembagian tugas yang efisien dalam mencapai tujuan pendidikan. Konsep ini dapat diterjemahkan dalam dunia pendidikan dengan mengatur pembelajaran berbasis kompetensi, di mana setiap individu diberikan peran yang jelas sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya. Pembagian tugas yang efisien ini memungkinkan setiap individu untuk berkontribusi secara maksimal dalam proses pembelajaran yang saling melengkapi, sehingga tercapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
Dengan demikian, baik dalam konteks alam semesta maupun pendidikan, pembagian urusan sebagaimana yang digambarkan dalam ayat ini menunjukkan pentingnya keteraturan, perencanaan yang matang, dan kerjasama dalam mencapai tujuan yang lebih besar.
0 komentar