BLANTERORBITv102

    KAJIAN Q.S. AZ-ZARIYAT: 2

    Selasa, 25 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Pertautan Konaeptual

    Tanasub (pertautan konseptual) antara ayat pertama dan ayat kedua dalam Surah Adh-Dhariyat dapat dilihat dalam konteks pemahaman fenomena alam yang diungkapkan dalam ayat-ayat tersebut, yang berkaitan dengan proses alam yang berhubungan dengan angin dan awan. Ayat pertama berbicara tentang "angin yang menerbangkan debu" (وَالذّٰرِيٰتِ ذَرْوًا), yang menggambarkan fenomena angin yang memiliki kekuatan untuk membawa partikel-partikel debu, yang menjadi bagian dari proses siklus alam yang lebih besar. Dalam konteks sains modern, hal ini mengarah pada pemahaman tentang peran angin dalam proses transportasi bahan-bahan seperti debu, polutan, dan bahkan bibit tumbuhan yang terbawa angin ke berbagai tempat.

    Selanjutnya, ayat kedua menyebutkan "awan yang mengandung muatan" (فَالْحٰمِلٰتِ وِقْرًا), yang merujuk pada awan yang membawa muatan air dalam bentuk uap yang bisa turun sebagai hujan. Dalam ilmu meteorologi, proses ini dijelaskan melalui konsep kondensasi dan siklus hidrologi, di mana uap air yang terangkat oleh angin membentuk awan dan akhirnya menghasilkan hujan. Fenomena ini adalah kelanjutan dari proses yang dimulai dengan peran angin dalam mengangkat dan mendistribusikan partikel udara yang mengandung uap air.

    Pertautan kedua ayat ini menggambarkan hubungan sebab-akibat yang berkelanjutan antara angin yang membawa debu dan uap air, yang akhirnya menghasilkan hujan. Dalam konteks pendidikan dan sains modern, kedua ayat ini dapat dilihat sebagai gambaran awal dari pemahaman ilmiah tentang siklus air, peran angin dalam pergerakan atmosfer, dan bagaimana komponen alam ini saling berkaitan untuk menciptakan keseimbangan alam yang diperlukan untuk kehidupan di bumi. Konsep ini juga mengajarkan kepada kita tentang pentingnya saling ketergantungan dalam sistem alam, yang dapat dipelajari lebih dalam dalam studi geografi dan meteorologi.

    Analisis Bahasa

    فَالْحٰمِلٰتِ وِقْرًاۙ ۝٢

    Terjemahnya: "Demi (awan) yang mengandung muatan (hujan)" (2)

    Pada ayat Q.S. Az-Zariyat: 2, terdapat kalimat yang terdiri dari dua kata kerja, yaitu "فَالْحٰمِلٰتِ" (demi yang mengandung) dan "وِقْرًا" (muatan), yang disusun dengan pola kalimat nominal. Kata "فَالْحٰمِلٰتِ" merupakan bentuk jamak dari "حَامِلَة" yang artinya yang membawa atau mengandung, menggambarkan sifat awan yang membawa muatan. Sementara itu, kata "وِقْرًا" menjelaskan objek yang dibawa, yaitu "muatan", merujuk pada hujan. Struktur ini memberikan kesan kuat dan berat pada muatan yang dibawa awan, menciptakan gambaran visual yang jelas tentang peran awan dalam mendatangkan hujan.

    Keindahan bahasa dalam ayat ini terletak pada penggunaan gaya bahasa yang memikat. Penggunaan kata "فَالْحٰمِلٰتِ" (yang mengandung) mengandung makna yang kuat dan dramatis, memberi kesan bahwa awan tidak sekadar membawa hujan, tetapi seolah-olah memikul beban yang berat. Kata "وِقْرًا" (muatan) juga memberi nuansa mendalam tentang besarnya beban yang dibawa. Dalam balaghah, penggambaran ini tidak hanya menyampaikan makna secara langsung, tetapi juga memberikan kesan visual dan emosional tentang kekuatan dan peran penting awan dalam proses alam. Efek ini memperkuat pesan bahwa alam adalah ciptaan Tuhan yang penuh kekuatan dan makna.

    Teks ayat ini mengandung makna tentang proses alam yang diatur oleh Tuhan. "فَالْحٰمِلٰتِ" merujuk pada awan yang membawa muatan, yang di sini dimaknai sebagai hujan. Muatan yang dimaksud tidak hanya mencakup air hujan, tetapi juga bisa dipahami sebagai rahmat dan berkah dari Tuhan. Kata "وِقْرًا" mengandung makna bahwa hujan tersebut merupakan sesuatu yang penting dan berat, baik dalam makna harfiah maupun kiasan. Ini juga bisa menunjukkan bahwa setiap hujan adalah anugerah yang tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses yang membutuhkan kekuatan dan ketepatan waktu, menunjukkan keharmonisan alam sebagai ciptaan Tuhan.

    Ayat ini menyampaikan pesan melalui tanda-tanda alam. "فَالْحٰمِلٰتِ" (yang mengandung) berfungsi sebagai tanda yang menghubungkan awan dengan fungsinya sebagai pembawa hujan, sebuah simbol dari rahmat Tuhan yang tersembunyi. "وِقْرًا" (muatan) adalah tanda dari beban yang sangat penting dan penuh makna, mengisyaratkan bahwa hujan memiliki kekuatan dan dampak yang besar dalam kehidupan. Secara semiotik, ayat ini menggambarkan alam sebagai teks yang dapat dibaca, di mana setiap elemen (awan dan hujan) memiliki makna yang lebih dalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan, serta keteraturan ciptaan-Nya yang penuh makna.

    Penafsiran Ulama

    Menurut al-Qurtubi, ayat ini berbicara mengenai awan yang membawa hujan. Ia menafsirkan bahwa kata "hāmilātin wiqrā" (الحاملات وزقرا) yang diterjemahkan sebagai "yang mengandung muatan" merujuk kepada awan yang menyimpan air dalam bentuk uap yang dapat turun sebagai hujan. Awan ini dianggap sebagai salah satu bentuk kekuasaan Allah yang mengatur alam semesta. Al-Qurtubi juga menekankan bahwa ayat ini merupakan gambaran yang sangat tepat mengenai fenomena alam yang saat itu belum sepenuhnya dipahami oleh manusia. Pada masa itu, pengetahuan tentang siklus hujan dan proses pergerakan awan masih terbatas, sehingga penjelasan ini menunjukkan bagaimana Al-Qur'an sudah menyentuh aspek-aspek ilmiah yang mendalam. Awan yang membawa muatan ini akan turun sebagai hujan yang bermanfaat untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

    Fakhrur Razi, dalam tafsirnya, menyampaikan pandangannya bahwa kata "hāmilātin wiqrā" menggambarkan awan yang memuat air dalam jumlah besar. Razi mengaitkan ayat ini dengan pengetahuan tentang fenomena meteorologi, dimana awan yang menyimpan air dapat membawa beban yang sangat berat, dan proses ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah dalam menciptakan alam semesta dengan aturan-aturan tertentu. Ia juga menekankan bahwa dalam ayat ini, terdapat petunjuk bahwa proses hujan adalah bagian dari pengaturan ilahi yang sangat rapi dan teratur. Fakhrur Razi menyoroti keterkaitan antara awan yang membawa air dan pentingnya hujan dalam kehidupan manusia serta alam semesta. Sehingga, meskipun ayat ini bersifat metaforis, dalam penafsirannya tetap mengandung unsur penjelasan ilmiah yang menunjukkan adanya keteraturan alam.

    Relevansinya dengan Pendidikan Sains

    Penafsiran terhadap ayat ini memiliki relevansi yang sangat tinggi dengan perkembangan pendidikan sains, khususnya dalam bidang meteorologi dan klimatologi. Dalam ilmu pengetahuan modern, kita memahami bahwa hujan terjadi akibat proses kondensasi uap air yang terdapat dalam awan. Awan terbentuk karena penguapan air dari permukaan laut, dan air tersebut terkumpul dalam awan yang bisa mengandung banyak muatan air. Ketika awan ini jenuh, hujan pun turun sebagai bentuk pelepasan muatan air tersebut.

    Pendidikan sains kini menekankan pada pemahaman siklus air dan fenomena alam lainnya yang terkait dengan ekosistem dan perubahan iklim. Pemahaman tentang siklus air sangat relevan dalam mendidik generasi muda agar lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Ayat al-Qur'an yang menyebutkan tentang awan yang mengandung muatan ini dapat dijadikan bahan refleksi dalam mengajarkan konsep-konsep ilmiah kepada siswa. Dengan demikian, penafsiran al-Qur'an terhadap fenomena alam dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai keterkaitan antara sains dan agama, di mana keduanya saling mendukung untuk memahami kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Sebagai contoh, pendidikan sains dapat menghubungkan fenomena hujan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam al-Qur'an, sehingga siswa tidak hanya belajar teori ilmiah, tetapi juga menghargai penciptaan alam sebagai bagian dari kebesaran Tuhan.