Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar
Pertautan Konseptual
Dalam konteks pendidikan dan sains modern, pertautan konseptual (tanasub) antara ayat 13 dan ayat 12 dalam Surah At-Tur dapat dilihat sebagai pengingat akan keseimbangan antara pencapaian duniawi dan akhlak yang benar. Ayat 12 berbicara tentang orang-orang yang mendustakan dan berpaling dari kebenaran, yang sering kali dibarengi dengan perilaku buruk, egois, atau salah dalam menggunakan pengetahuan dan keilmuannya. Sains dan teknologi adalah instrumen yang sangat berpengaruh dalam kehidupan modern, namun, jika digunakan tanpa mengindahkan nilai-nilai moral dan akhlak yang benar, maka pengetahuan tersebut dapat menjadi sumber kehancuran bagi umat manusia.
Ayat 13, yang menyebutkan tentang azab pada hari pembalasan di api neraka, mengingatkan bahwa segala tindakan dan keputusan manusia—termasuk yang terkait dengan ilmu pengetahuan—akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Ini dapat dipahami sebagai peringatan bahwa ilmu yang tidak didasari oleh kesadaran moral dan tanggung jawab sosial akan membawa konsekuensi negatif, baik di dunia maupun di akhirat. Misalnya, dalam konteks teknologi dan sains modern, jika pengetahuan digunakan untuk eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan dampak lingkungan atau untuk menciptakan alat destruktif, maka itu bisa menjadi bentuk pengingkaran terhadap tujuan penciptaan yang baik.
Sebagai contoh, para ilmuwan dan pendidik, yang dalam kapasitas mereka memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sains, harus senantiasa mengedepankan nilai-nilai moral dan keadilan dalam pengajaran dan penerapan ilmu. Dalam konteks ini, pertautan antara ayat 12 dan 13 mengingatkan kita bahwa pengetahuan yang tidak dijaga dengan akhlak akan berujung pada kehancuran, baik dalam perspektif dunia maupun akhirat. Sehingga, pendidikan yang benar harus mengarah pada pengembangan intelektual yang seimbang dengan pembentukan karakter yang beradab.
Analisis Kebahasaan
يَوْمَ هُمْ عَلَى النَّارِ يُفْتَنُوْنَ ١٣
Terjemahnya: "(Hari Pembalasan terjadi) pada hari (ketika) mereka diazab dalam api" (13).
Kata kunci “yawm” (hari) dan keterangan tambahan “‘alay an-nari” (di atas api). Dalam hal ini, kalimat tersebut memperjelas waktu dan tempat dari azab yang akan terjadi, yaitu pada hari kiamat, di mana orang-orang yang durhaka akan diazab dengan api neraka. Penyebutan “api” ini menggambarkan dengan tegas siksaan yang sangat pedih dan mengerikan. Struktur ini memberikan kesan yang kuat akan kedahsyatan azab tersebut, di mana "yawm" berfungsi sebagai penanda waktu yang sangat menentukan, sedangkan "al-nar" memberi nuansa keperihan.
Penggunaan “‘alay an-nari” menunjukkan kontras yang tajam antara dunia yang fana dan kehidupan akhirat yang abadi. Frase ini juga menyampaikan kesan bahwa api neraka adalah tempat yang sangat menakutkan dan tak terelakkan bagi mereka yang durhaka. Pembentukan struktur kalimat ini memberi efek emosional yang mendalam, memperkuat pesan tentang keseriusan akibat dari amal buruk, dan menggugah rasa takut pembaca terhadap azab Allah.
Kata “yawm” yang berarti hari memberi kesan waktu yang pasti dan tak bisa dihindari, merujuk pada hari kiamat yang merupakan titik akhir bagi setiap amal perbuatan. Sedangkan "al-nar" (api) bukan hanya sekadar simbol siksaan, tetapi menunjukkan keadaan yang sangat menyakitkan dan tak tertahankan. Pemilihan kata "yuf'tanun" yang berarti diuji atau diazab dalam api, juga memberikan kesan bahwa ini adalah ujian yang sangat berat, menunjukkan penderitaan yang intens dan proses yang tiada henti. Ini menegaskan bahwa azab adalah akibat langsung dari perbuatan buruk di dunia.
Dari segi semiotika, term "yawm" mengandung makna waktu yang tak dapat dielakkan, dan ini menandakan bahwa hari pembalasan adalah suatu kepastian. "Al-nar" (api) sebagai tanda menunjukkan sesuatu yang sangat berbahaya dan penuh penderitaan, simbol dari siksa yang sangat luar biasa. Sedangkan "yuf'tanun" mengandung tanda peringatan akan ujian yang tak bisa dihindari. Penggunaan istilah ini berfungsi sebagai sebuah kode yang menggambarkan kedalaman siksaan. Simbol api dalam Al-Qur’an sering digunakan untuk menggambarkan hukuman akhirat yang menakutkan, mempertegas pesan agar manusia takut kepada perbuatan dosa yang dapat mengarah pada kehancuran.
Penjelasan Ulama
Menurut Mutawalli Sya'rawi, ayat ini menggambarkan hari kiamat sebagai hari ketika orang-orang yang durhaka akan dibalas dengan azab yang sangat pedih. Kata "Yawm" (hari) merujuk pada hari yang penuh dengan pembalasan, yang tidak hanya dalam bentuk azab fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Sya'rawi menekankan bahwa azab yang dimaksud dalam ayat ini adalah bentuk penghukuman bagi mereka yang telah menutup hati dan ingkar terhadap peringatan Allah. Ia menggambarkan penderitaan ini sebagai suatu proses penyucian yang berat, di mana orang-orang yang berada dalam api tersebut tidak hanya merasakan panasnya api, tetapi juga akan merasakan kehinaan akibat perbuatan mereka. Azab ini diibaratkan seperti ujian yang tak terelakkan, yang akan menimpa mereka yang menentang wahyu Ilahi.
Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini merujuk pada azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir pada hari kiamat. Beliau menyatakan bahwa penggunaan kata "yuf'tanūn" mengindikasikan bahwa mereka akan terus-menerus diuji dan disiksa dalam api neraka. Menurut Shihab, kata tersebut juga mencerminkan bentuk ujian yang tak ada hentinya, menunjukkan bahwa azab ini bersifat berkelanjutan tanpa ada kemungkinan untuk menghindar. Azab ini bukan hanya azab fisik dari api neraka, tetapi juga merupakan ujian terhadap keteguhan dan keimanan mereka. Dalam tafsirnya, Shihab juga menekankan bahwa penderitaan tersebut akan menjadi buah dari penolakan mereka terhadap kebenaran yang telah dibawa oleh para rasul.
Isyarat Sains Modern
Az-Zariyat ayat 13, yang berbicara tentang azab dalam api, dapat dilihat dalam konteks pemahaman ilmiah modern mengenai konsekuensi dari panas ekstrem, seperti yang terjadi pada keadaan yang sangat ekstrem di bumi atau bahkan dalam teori tentang kondisi yang ada di planet-planet dengan suhu sangat tinggi. Misalnya, api neraka yang disebutkan dalam ayat ini dapat dikaitkan dengan fenomena fisik seperti suhu tinggi dan radiasi yang merusak, yang bisa menyebabkan kerusakan pada materi atau bahkan mengubah struktur molekul. Fenomena ini relevan dengan pemahaman kita mengenai konsekuensi dari paparan terhadap energi panas yang tidak terkontrol. Sebagaimana dalam sains, api yang sangat panas menyebabkan penderitaan luar biasa, demikian pula dalam tafsiran spiritual, neraka adalah tempat siksaan yang tidak terbayangkan.
Pesan Pendidikan
Pesan yang dapat diambil dari Q.S. Az-Zariyat ayat 13 adalah pentingnya kesadaran akan akibat dari perbuatan kita, terutama dalam konteks moral dan spiritual. Azab yang dijelaskan dalam ayat ini mengingatkan kita tentang hari pembalasan yang akan datang, di mana setiap perbuatan buruk akan mendapat ganjaran yang setimpal. Dalam konteks pendidikan terkini, ayat ini mengajarkan kita untuk mendidik generasi muda agar memahami pentingnya tanggung jawab moral dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis atau keterampilan, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kesadaran spiritual yang tinggi.
Pesan moral yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwa setiap tindakan, baik atau buruk, akan berpengaruh pada kehidupan kita di dunia ini dan di akhirat. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai moral dan spiritual, mengajarkan pentingnya kejujuran, integritas, dan pengendalian diri. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap Allah dan sesama juga merupakan bagian dari pendidikan yang tidak kalah pentingnya. Pendidikan harus menjadikan para pelajar sadar akan konsekuensi dari perbuatan mereka, baik di dunia maupun di akhirat, agar mereka dapat hidup dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam masyarakat.
0 komentar