BLANTERORBITv102

    KAJIAN Q.S. AZ-ZARIYAT: 1

    Selasa, 25 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Ayat 1

    وَالذّٰرِيٰتِ ذَرْوًاۙ ۝١

    Terjemahnya: "Demi (angin) yang menerbangkan debu" (1),

    Analisis Struktur

    Pada ayat pertama dari Q.S. Az-Zariyat, "وَالذّٰرِيٰتِ ذَرْوًا" ("Demi (angin) yang menerbangkan debu"), terdapat dua kata kunci yang mendominasi, yakni "ذّٰرِيٰتِ" (al-dhāriyāt) dan "ذَرْوًا" (dhirwān). "ذّٰرِيٰتِ" berfungsi sebagai subjek yang bermakna angin atau sesuatu yang menyebarkan, sedangkan "ذَرْوًا" merupakan kata benda yang berfungsi menjelaskan perbuatan angin, yakni menerbangkan debu atau partikel-partikel kecil. Struktur kalimat ini menggambarkan hubungan antara subjek dan predikat secara jelas dan menggugah, membangun visualisasi tentang kekuatan angin yang dapat mempengaruhi lingkungan. Secara keseluruhan, struktur ini menggunakan kata-kata yang tepat untuk menunjukkan kekuatan alam yang luar biasa.

    Dari segi retorika, ayat ini menggunakan gaya bahasa yang menyentuh indera pembaca. Pemilihan kata "ذّٰرِيٰتِ" yang bermakna angin yang tersebar dan "ذَرْوًا" yang berarti debu yang diterbangkan, menggambarkan kekuatan angin yang luar biasa. Balaghah dalam ayat ini menciptakan citra yang kuat, menonjolkan gerakan angin yang tidak dapat dilihat, namun dampaknya sangat nyata—yaitu menerbangkan debu. Selain itu, penggunaan konotasi "terbang" dalam konteks angin juga membawa makna simbolis, menggambarkan gerakan yang cepat dan tak terbendung. Ini mempertegas ide tentang kekuasaan dan kontrol Allah atas alam semesta, serta kecepatan dan ketepatan tindakan-Nya.

    Ayat ini memperkenalkan konsep tentang kekuatan angin yang dapat menerbangkan debu. Kata "ذّٰرِيٰتِ" (angin yang menerbangkan) secara harfiah menunjukkan benda alam yang bergerak, tetapi juga memiliki konotasi yang lebih dalam tentang kekuatan yang tidak terlihat namun dapat menimbulkan dampak besar. "ذَرْوًا" (debu yang terbang) menyiratkan sesuatu yang kecil dan ringan, yang seolah-olah dipengaruhi oleh kekuatan alam. Secara lebih luas, ayat ini menggambarkan kuasa Allah yang menciptakan fenomena alam yang mempengaruhi seluruh kehidupan dengan cara yang tak terduga. Penggunaan metafora debu yang terbang memberikan gambaran tentang kelembutan dan kesederhanaan sesuatu yang bisa menjadi sangat signifikan dalam konteks takdir Ilahi.

    Pada ayat ini, terdapat tanda-tanda yang mewakili kekuatan alam yang lebih besar. "ذّٰرِيٰتِ" (angin) dan "ذَرْوًا" (debu) berfungsi sebagai tanda-tanda yang merujuk pada fenomena alam yang saling terkait—angin yang membawa dan menerbangkan debu. Angin menjadi simbol kekuatan yang tidak tampak, sedangkan debu mewakili objek yang terdampak oleh kekuatan tersebut. Dalam konteks ini, keduanya juga dapat ditafsirkan sebagai tanda yang menghubungkan antara alam semesta dengan kekuasaan Tuhan, yang mengendalikan segala sesuatu dengan presisi. Penggunaan kata "terbang" menambah dimensi signifikansi semiotik, karena angin yang bergerak cepat mengarah pada dinamika hidup dan takdir yang tak terhindarkan.

    Penafsiran Ulama

    Ibnu Abbas, salah satu tafsir terkenal di kalangan ulama, menafsirkan ayat pertama dalam Surah Qaf, وَالذَّارِيَاتِ ذَرْوًا ("Demi (angin) yang menerbangkan debu") dengan menggambarkan angin sebagai alat yang Allah ciptakan untuk membersihkan bumi dan menyebarkan berbagai unsur di atasnya. Menurut Ibnu Abbas, ayat ini mengandung makna metaforis bahwa angin tidak hanya berfungsi untuk menyebarkan debu, tetapi juga membawa manfaat lainnya seperti penyebaran zat-zat penting yang dibutuhkan oleh kehidupan di bumi. Angin juga berfungsi sebagai alat yang mengalirkan udara segar, menyebarkan udara yang mendukung tumbuhnya tanaman, dan membawa cuaca yang sesuai untuk kehidupan.

    Menurut Ibnu Abbas, angin dalam ayat ini dapat menjadi simbol gerakan atau pergerakan yang mengatur alam semesta. Angin ini menggambarkan kekuatan Allah yang memerintah alam semesta dengan cara yang teratur dan penuh hikmah. Dalam tafsirnya, Ibnu Abbas menggambarkan betapa angin ini dapat menjadi fenomena yang terlihat secara kasat mata tetapi juga merupakan salah satu manifestasi dari kekuasaan Allah yang tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia.

    Ibnu Katsir, dalam tafsirnya terhadap ayat ini, memberikan penjelasan yang sangat rinci mengenai makna dan konteks ayat tersebut. Ia menegaskan bahwa وَالذَّارِيَاتِ ذَرْوًا adalah sumpah yang Allah swt. gunakan untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa angin yang dimaksud dalam ayat ini adalah angin yang berfungsi untuk menggerakkan debu dan serpihan tanah di udara, menggambarkan betapa besar dan kuatnya angin dalam membawa dan mengubah keadaan alam.

    Ibnu Katsir juga menghubungkan angin yang disebutkan dalam ayat ini dengan berbagai peristiwa alam lainnya yang menunjukkan adanya kehidupan dan mati. Angin dapat membangkitkan kehidupan dengan membawa hujan dan membawa kematian dengan mengeringkan tanah atau meratakan daerah-daerah yang sebelumnya subur. Ibnu Katsir juga melihat ayat ini sebagai peringatan bagi manusia mengenai kemampuan Allah yang tidak terbatas, di mana segala yang ada di alam semesta dikendalikan-Nya.

    Pendidikan dan Sains

    Di dunia pendidikan sains terkini, fenomena alam seperti angin dan peranannya dalam proses alam, termasuk debu yang terangkat oleh angin, memiliki relevansi yang besar dalam studi tentang iklim dan lingkungan. Dalam konteks ini, pemahaman tentang angin sebagai elemen penting dalam sistem ekologi sangat penting. Angin berperan dalam distribusi partikel debu dan polutan di atmosfer yang memengaruhi kualitas udara serta kesehatan manusia.

    Para ilmuwan saat ini semakin menekankan pentingnya mempelajari gerakan atmosfer dan bagaimana interaksinya dengan faktor-faktor lain seperti suhu dan kelembapan dapat memengaruhi pola cuaca global. Penelitian tentang angin dan atmosfer juga berhubungan dengan studi tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan.

    Pendidikan sains juga kini mengajarkan pentingnya energi terbarukan, dengan angin sebagai salah satu sumber energi yang dapat dimanfaatkan. Teknologi turbin angin dan pemanfaatan angin untuk pembangkit listrik merupakan contoh aplikasinya. Oleh karena itu, pemahaman tentang angin tidak hanya relevan dalam konteks alam, tetapi juga dalam pengembangan teknologi yang berkelanjutan.

    Dalam konteks agama, penafsiran Ibnu Abbas dan Ibnu Katsir mengingatkan kita akan keterkaitan antara fenomena alam yang dapat dijelaskan secara ilmiah dengan kesadaran akan kekuasaan Tuhan yang mengaturnya. Sehingga, pendidikan sains modern tidak hanya mencakup pemahaman fisika dan biologi, tetapi juga dapat membangun rasa syukur dan pengakuan atas kebesaran ciptaan Tuhan.