BLANTERORBITv102

    PENERIMAAN ISLAM DAN INTERNALISASI IMAN (KAJIAN Q.S. AL-HUJRAT AYAT 14)

    Rabu, 19 Februari 2025

    Oleh:Muhammad Yusuf

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

     Prolog

    Pengakuan eksistensi merupakan langkah penting dalam menghormati kelompok lain. Ayat ini mengungkapkan bahwa orang-orang Arab Badui yang mengaku beriman tidaklah lebih mulia atau lebih tinggi derajatnya hanya karena pengakuan tersebut, melainkan keimanan yang benar dan amal saleh yang dilakukan. Allah menegaskan bahwa keimanan bukan sekadar ucapan, tetapi harus dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam. Ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga kesucian hati dan menjalankan perintah Allah dengan tulus, serta menjauhkan diri dari sikap sombong dan riya.

    Surah Al-Hujurat ayat 14 merupakan salah satu ayat yang memperlihatkan perbedaan antara Islam secara lahiriah dengan iman yang sesungguhnya. Pada ayat ini, orang-orang Arab Badui mengaku telah beriman, namun Allah menegaskan bahwa mereka baru sekadar mengucapkan Islam tanpa ada keyakinan yang mendalam dalam hati mereka. Hal ini menjadi penting untuk dipahami dalam konteks pendidikan, karena mencakup konsep kesadaran, pengamalan, dan kedalaman keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Melalui tafsir para mufasir, kita dapat menemukan pandangan yang mendalam tentang makna iman dan islam dalam konteks pembelajaran modern.

    Analisis Kebahasaan

    قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

    Terjemahan: "Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

    Surah Al-Hujurat ayat 14 berstruktur dialogis, di mana orang-orang Arab Badui menyatakan klaim beriman, namun Allah melalui Rasul-Nya mengoreksi klaim tersebut. Ayat ini menggunakan pola kalimat perintah dan klarifikasi yang menegaskan perbedaan antara "iman" dan "Islam." Struktur kalimatnya berfokus pada penegasan bahwa iman adalah sesuatu yang lebih mendalam dari sekadar pengakuan luar. Ini mencerminkan pengajaran tentang pentingnya ketulusan dalam beriman dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

    Secara semantik, ayat ini membedakan antara "Islam" (penyerahan diri secara lahir) dan "iman" (keimanan yang tulus di hati). Kata "Islam" merujuk pada pengakuan luar atas ajaran agama, sementara "iman" menunjukkan keyakinan yang lebih mendalam dan diterima sepenuhnya dalam hati. Ayat ini juga menekankan bahwa kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah tanda utama kesempurnaan iman, dan Allah memberikan pengampunan dan kasih sayang kepada hamba-Nya

    Secara semiotik, ayat ini menggambarkan simbol dari "iman" yang lebih dalam dibandingkan dengan simbol "Islam" yang lebih tampak secara lahir. "Islam" menjadi simbol eksternal, sedangkan "iman" adalah simbol kedalaman batin yang tidak hanya terlihat dari kata-kata, tetapi juga dari perilaku dan ketulusan dalam mengikuti ajaran agama. Allah sebagai simbol kebenaran dan kasih sayang menunjukkan pengampunan kepada mereka yang ikhlas dalam memperbaiki diri dan mengikuti perintah-Nya.

    Penjelasan Mufassir  

    Menurut At-Tabari dalam tafsirnya, orang-orang Arab Badui yang mengatakan bahwa mereka telah beriman sebenarnya baru saja menerima Islam secara lahiriah. Mereka menyatakan diri beriman karena masuk Islam tanpa benar-benar meresapi dan meyakini ajaran-ajarannya secara internal. At-Tabari menjelaskan bahwa pernyataan mereka menunjukkan bahwa iman yang sesungguhnya harus tercermin dalam keyakinan hati dan bukti dalam amal perbuatan. Kata-kata mereka menunjukkan bahwa pengertian iman bagi mereka baru sebatas penyerahan diri secara formal, sementara iman yang sesungguhnya melibatkan aspek hati, pikiran, dan tindakan.

    Al-Maragi menambahkan penjelasan bahwa ayat ini mengingatkan kita bahwa Islam dan iman bukanlah hal yang sama. Islam bisa diterima secara lahiriah, tetapi iman adalah kondisi yang memerlukan penghayatan mendalam dalam hati. Ia menjelaskan bahwa iman akan terbukti lewat ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana tercermin dalam ayat ini yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengurangi pahala bagi mereka yang benar-benar taat. Bagi Al-Maragi, pendidikan dan pemahaman agama yang mendalam perlu disampaikan, agar umat tidak sekadar menjalankan agama secara formal, tetapi juga menyelaraskan hati dan perbuatan mereka.

    Uraian  

    Ayat ini berbicara tentang pentingnya membedakan antara Islam yang diterima secara lahiriah dengan iman yang benar-benar tertanam dalam hati. Ketika orang-orang Arab Badui mengklaim telah beriman, Allah menegaskan bahwa mereka belum sepenuhnya beriman, tetapi baru saja mengucapkan bahwa mereka telah berislam. Hal ini menunjukkan bahwa Islam bisa diterima secara formal, namun untuk mencapai kedalaman iman, ada proses yang lebih panjang yang melibatkan kesadaran dan penghayatan batin.

    Dalam pendidikan modern, ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya pemahaman yang mendalam, baik dalam agama maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak hanya menekankan pada pengetahuan yang terpisah dari pengalaman pribadi, tetapi juga penting untuk membangun karakter dan pemahaman internal. Para pendidik perlu memastikan bahwa ajaran agama tidak hanya dipahami secara teoritis, tetapi juga diterapkan dalam tindakan nyata. Seperti halnya dalam ayat ini, iman yang sesungguhnya hanya akan terbentuk jika seseorang benar-benar menghayati dan mempraktikkan ajaran agama dengan kesadaran penuh, bukan sekadar mengikuti ritual atau kewajiban formal.

    Sebagai contoh dalam konteks pendidikan, seorang pelajar yang mengerti suatu pelajaran tidak cukup hanya menghafal teori, tetapi harus dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Demikian pula, dalam konteks beragama, seseorang yang hanya mengikuti ajaran agama tanpa memiliki pemahaman yang mendalam akan jauh dari makna iman yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pendidikan modern harus mendorong peserta didik untuk tidak hanya menerima pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan kesadaran, keyakinan, dan amal perbuatan yang sejalan dengan pemahaman tersebut.

    Epilog

    Kesimpulannya, Surah Al-Hujurat ayat 14 mengajarkan kita bahwa perbedaan antara Islam dan iman harus dipahami dengan baik. Iman yang sesungguhnya adalah hasil dari pemahaman yang mendalam dan kesadaran dalam hati, yang tercermin dalam amal perbuatan. Dalam pendidikan modern, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak hanya mengajarkan pengetahuan secara lahiriah, tetapi juga mendorong pemahaman yang mendalam agar nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.