BLANTERORBITv102

    MENJADI BERMANFAAT (Q.S. QAF: 10)

    Sabtu, 22 Februari 2025

    Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Ag., M.Pd.I.

    Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin Makassar

    Prolog

    Dalam beberapa dekade terakhir, teori-teori pendidikan telah berkembang pesat, bertransformasi dari pendekatan yang kaku menuju metode yang lebih inklusif dan berbasis teknologi. Seiring dengan itu, kebutuhan akan pemahaman yang lebih dalam tentang proses belajar mengajar semakin mendesak. Tak hanya berfokus pada penguasaan materi, namun juga pada pembentukan karakter dan pengembangan keterampilan abad 21. Dalam konteks ini, relevansi petunjuk ayat 10 dari Surah Al-Qamar, yang berbunyi "وَالنَّخْلَ بٰسِقٰتٍ لَّهَا طَلْعٌ نَّضِيْدٌ" ("Begitu pula pohon-pohon kurma yang tinggi yang mayangnya bersusun-susun"), muncul dengan makna mendalam. Ayat ini menggambarkan pohon kurma yang kokoh dan produktif, sebuah simbol dari ketekunan dan hasil yang terorganisir rapi. Begitu pula pendidikan, yang harus memberi hasil yang terstruktur dengan baik, berkelanjutan, dan berkelimpahan bagi generasi masa depan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa pendidikan yang baik bukan hanya menghasilkan individu yang cerdas, namun juga memberikan dampak positif secara menyeluruh bagi masyarakat.

    Tinjauan Bahasa

    وَالنَّخْلَ بٰسِقٰتٍ لَّهَا طَلْعٌ نَّضِيْدٌۙ ۝١٠

    Terjemahnya: "Begitu pula pohon-pohon kurma yang tinggi yang mayangnya bersusun-susun" (10)

    Ayat ini terdiri dari kalimat nominal dengan predikat berbentuk kata kerja "بَاسِقَةٍ" (tinggi) yang memberi penjelasan tentang pohon kurma. Dalam ayat ini, terdapat dua unsur utama: pohon kurma (النَّخْلَ) yang dijelaskan dengan sifat tinggi dan mayang yang bersusun-susun (طَلْعٌ نَّضِيدٌ). Kalimat ini menggambarkan keadaan pohon kurma yang tegak menjulang, memberi kesan keagungan dan kemakmuran. Penggunaan kata "بَاسِقَةٍ" untuk menggambarkan tinggi pohon menciptakan visual yang kuat tentang kekokohan pohon kurma. Sementara itu, kata "نَّضِيدٌ" menggambarkan kesempurnaan bentuk mayang, yang dapat diartikan sebagai gambaran kesempurnaan ciptaan Allah.

    Ayat ini menggunakan dua gaya bahasa yang mencolok: tasybih dan i‘jāz. Kata "بَاسِقَةٍ" memberikan gambaran ketinggian yang memukau, menampilkan pohon kurma yang kuat dan tinggi, seolah menggambarkan kemegahan ciptaan Allah. Di sisi lain, kata "نَّضِيدٌ" menambahkan nuansa kesempurnaan dan keindahan, seolah menggambarkan harmoni dan keteraturan alam semesta. Penggunaan kata "طَلْعٌ" (mayang) juga memberikan nuansa yang lebih hidup dengan menunjukkan bahwa mayang tersebut memiliki sifat yang indah dan teratur. Kalimat ini tidak hanya deskriptif tetapi juga menggugah rasa kagum terhadap keteraturan ciptaan Allah yang indah.

    Redaksi ayat ini menggambarkan sifat alam yang harmonis dan penuh makna. "النَّخْلَ" (pohon kurma) bukan hanya pohon biasa, tetapi simbol kehidupan dan sumber rezeki, terutama di daerah Arab. "بَاسِقَةٍ" memberi kesan keunggulan, menunjukkan bahwa pohon tersebut tinggi, kokoh, dan mengagumkan. "طَلْعٌ نَّضِيدٌ" menggambarkan kesempurnaan dan ketertiban dalam alam, menggambarkan mayang kurma yang tersusun dengan rapih dan indah. Mayang yang tersusun ini bisa diartikan sebagai simbol kemakmuran dan keberkahan. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini menggambarkan keteraturan dan keseimbangan alam ciptaan Allah, yang mencerminkan kebesaran dan kekuasaan-Nya.

    Ayat ini menggunakan tanda-tanda untuk menggambarkan keteraturan dan keindahan alam ciptaan Tuhan. "النَّخْلَ" (pohon kurma) menjadi tanda yang mewakili kemakmuran, sedangkan "بَاسِقَةٍ" (tinggi) menandakan kekuatan dan keteguhan. "طَلْعٌ نَّضِيدٌ" menjadi simbol kesempurnaan dan ketertiban, di mana susunan mayang yang rapih menggambarkan keteraturan dan keindahan alami. Tanda-tanda ini dapat dibaca sebagai metafora dari kehidupan manusia yang harus memiliki kekuatan dan keteraturan. Sebagai suatu sistem tanda, ayat ini memanfaatkan simbol-simbol alam untuk menyampaikan pesan bahwa alam yang teratur dan indah adalah refleksi dari kebesaran penciptanya, Allah.

    Pandangan Mufassir

    Tahir Ibnu Asyur, dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan pohon kurma yang tinggi dan memiliki mayang (buah) yang bersusun-susun sebagai simbol kekuatan dan keberlanjutan dalam kehidupan. Ibnu Asyur menafsirkan ayat ini sebagai penggambaran yang menggambarkan kemegahan dan kebaikan dari hasil yang diperoleh dari pohon kurma. Beliau juga menghubungkan ayat ini dengan prinsip penciptaan yang teratur dan sempurna. Mayang yang bersusun menunjukkan keteraturan dan ketelitian dalam penciptaan Allah, yang membawa manfaat berkelanjutan bagi umat manusia.

    Dalam kaitannya dengan paradigma pendidikan terkini, interpretasi ini dapat diterjemahkan sebagai simbol pentingnya pendidikan yang terstruktur dengan baik dan berkelanjutan. Dalam konteks pendidikan, kita memerlukan pendekatan yang tidak hanya menghasilkan hasil yang besar, tetapi juga dapat menghasilkan dampak jangka panjang yang bermanfaat bagi masyarakat. Seperti halnya pohon kurma yang memiliki banyak manfaat, pendidikan harus dapat memberikan hasil yang nyata dan dapat dirasakan oleh generasi penerus.

    Pendidikan yang bersifat terstruktur dan berkelanjutan mengajarkan kita untuk membangun fondasi yang kuat, baik dalam pengetahuan maupun dalam karakter, yang akan membawa keberhasilan yang berkesinambungan. Oleh karena itu, relevansi ayat ini dengan pendidikan terkini adalah pentingnya mengembangkan pendidikan yang tidak hanya melihat hasil sesaat, tetapi juga menjaga keberlanjutan nilai dan manfaat dalam kehidupan masyarakat.

    Al-Maraghi, dalam tafsirnya, menafsirkan bahwa ayat ini menggambarkan pohon kurma yang tinggi dengan mayang yang bersusun-susun sebagai salah satu contoh keajaiban alam ciptaan Allah. Pohon kurma adalah tanaman yang sangat bermanfaat, dengan mayang yang memberikan hasil berlimpah dan beraneka ragam. Ayat ini memperlihatkan kesempurnaan ciptaan Tuhan dalam memberikan hasil yang berlimpah dan berguna bagi umat manusia, yang merupakan salah satu tanda kebesaran-Nya.

    Menurut al-Maraghi, simbolisme pohon kurma dan mayangnya yang tersusun rapi juga mengingatkan manusia tentang pentingnya keteraturan dan keselarasan dalam kehidupan. Dengan ketertiban tersebut, setiap bagian dari ciptaan Allah dapat bekerja dengan efisien untuk memberikan manfaat maksimal. Ayat ini dapat dipahami sebagai pengingat untuk menciptakan harmoni dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan.

    Relevansi tafsir al-Maraghi terhadap tren pendidikan saat ini dapat dilihat dalam pentingnya sistem pendidikan yang terorganisir dengan baik dan berkesinambungan. Dalam paradigma pendidikan terkini, ada fokus pada sistem pendidikan yang mendukung pengembangan holistik dan berkualitas, di mana setiap elemen dari pendidikan berfungsi dengan baik untuk membentuk manusia yang seimbang, teratur, dan bermanfaat bagi masyarakat. Seperti halnya mayang kurma yang tersusun dengan rapi, pendidikan modern harus memiliki sistem yang saling terhubung dan mendukung, menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berintegritas.

    Jadi, Ibnu Asyur dan Al-Maraghi, keduanya menunjukkan bahwa ayat ini mengandung nilai-nilai penting terkait keteraturan, keberlanjutan, dan manfaat yang berkelanjutan, yang relevan dengan paradigma pendidikan terkini yang mengutamakan pendidikan yang terstruktur dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam jangka panjang.

    Epilog

    Dalam menanggapi perkembangan teori pendidikan saat ini, kita dapat mengambil hikmah dari ayat 10 tersebut. Seperti pohon kurma yang tinggi dan buahnya bersusun rapi, pendidikan yang sukses harus menghasilkan hasil yang terstruktur dan bernilai tinggi. Pendidikan bukan sekadar proses mentransfer ilmu, melainkan juga membentuk karakter yang kokoh dan memberikan manfaat luas. Oleh karena itu, relevansi ajaran Al-Quran dalam konteks pendidikan modern mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga kualitas pendidikan, agar dapat memberi manfaat bagi individu dan masyarakat. Dengan demikian, pendidikan yang berkualitas adalah yang mampu membawa kemajuan bagi peradaban.