BLANTERORBITv102

    MUHASABAH TAHUN BARU HIJRIYAH MASA PANDEMI

    Selasa, 10 Agustus 2021

     


    Penulis: Muhammad Yusuf

    Komentar Awal

    Muhasabah merupakan cara refleksi diri untuk mengevaluasi apa yang sudah dilakukan selama ini. Karena itulah muhasabah perlu dilakukan untuk dijadikan kebutuhan dalam diri manusia. Di dalam ajaran agama Islam sendiri, muhasabah sangat dianjurkan untuk setiap insan karena dapat memberikan banyak manfaat dalam kehidupan di dunia ataupun di akhirat.

    Makna Muhasbah

    Istilah 'muhasabah' sejatinya berasal dari kata hasiba, yahsabu, hisab, maka secara etimologis makna kata tersebut adalah melakukan perhitungan. Sementara dalam terminologi syari, makna muhasabah sendiri adalah sebuah upaya dalam melakukan evaluasi terhadap diri sendiri dalam melihat kebaikan dan keburukan serta aspek keseluruhannya.

    Evaluasi atau introspeksi diri tersebut terhadap hubungan hamba dengan Allah (habluminallah), hubungan manusia dengan manusia (habluminannas) serta hubungan manusia dengan dirinya sendiri (habluminannafsi). Entah hal tersebut bersifat secara keagamaan ataupun aspek sosial lainnya, manusia dianjurkan untuk bermuhasabah sebagai jalan untuk menjadi hamba Allah SWT yang mulia di sisi-Nya.

    Hakikat Muhasabah

    Sementara itu, Allah SWT juga menurunkan firmannya di dalam Al Qur’an mengenai hakikat muhasabah yang tersurat dalam QS Al Hasyr ayat 18 yang berbunyi,

    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyr (59):18).

    Sementara Rasulullah Saw. juga bersabda mengenai muhasabah diri,

    “Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah Saw, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT” (HR. Imam Turmudzi)

    Muhasabah memiliki arti introspeksi diri sendiri dengan menghitung atau mengevaluasi diri dengan amal-amal perbuatan yang pernah dilakukan di masa lalu. Kita pun paham bahwa manusia yang baik adalah manusia yang senantiasa terdorong untuk memperbaiki diri untuk mempersiapkan dirinya dalam menyongsong kehidupan dunia yang lebih baik serta kehidupan akhirat yang kekal selamanya.

    Muhasabah Bagi Muslim

    Sebagai seorang muslim, kita pun tau bahwa manusia yang beruntung ialah yang selamat di yaumul akhir. Karena itulah manusia sangat dianjurkan untuk bermuhasabah sebagai pengingat diri di setiap waktu dan detik seorang hamba agar tidak menyianyiakan waktu yang telah Allah SWT berikan dalam hidupnya.

    Di sisa hidupnya, manusia lebih baik memanfaatkan waktu sebaik-baiknya demi berbuat baik meraih ridho Allah SWT. Serta dalam kehidupan masyarakat, mereka yang senantiasa muhasabah diri akan senantiasa memperbaiki akhlak demi hidup sebagai manusia yang baik dan beradab. Manusia yang berakhlak baiklah yang akan dicintai Allah SWT.

    Karena Kita Masih Hidup

    Muhasabah karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat, atas kesalahan dan kekhilafan  kita. Muhasabah krn Allah masih beri kesempatan kita tingkatkan kualitas amal shaleh. Muhasabah krn Allah masih menjaga dan menyelamatkan diri dan keluarga kita dari berbagai musibah. 

    Namun seandainya toh kita sedang terkena musibah/sakit, muhasabah juga krn semua itu adalah cara penghapus dosa, dan jadi lahan pahala kalau kita tetap sabar menerimanya sebagai takdir dariNya. 

    Ada saatnya, rintihan doa kita perlu di dengar Allah karena selama ini kita jauh dan malas mendekatiNya, saat kita dicoba maka pilihan orang beriman adalah berdoa, dgn begitu ia akan merasa dekat dgn Allah, karena itu bersyukur kalau sdg sehat dan lebih bersyukur kalau kita sdg sakit, sebab kesempatan anda Bersama Allah lebih banyak. Inilah keistimewaan orang mukmin, saat dia diberi nikmat dia bersyukur = baik, saat ditimpa musibah dia bersabar= baik. Dalam suka dan dukanya selalu ada fikiran yang positif (positive thinking). Itulah hakikat muhasabah.

    Allah Swt. berfirman dalam surat Fatir ayat 37 yang berbunyi.

    أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

    Terjemahnya: 

    Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepada kamu pemberi peringatan?

    Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia diberikan umur panjang seharusnya digunakan untuk berpikir mengenai hal yang sudah diperbuat di masa lalu. Dengan kata lain, setiap orang haruslah merenungi perbuatannya terhadap makhluk lainnya.

    Memperingati Pergantian Tahun

    Meski tak bisa bebas bersilaturahmi dengan keluarga besar dan sahabat karena pandemi corona Covid-19, ucapan selamat Tahun Baru Islam 2021 melalui media sosial bisa tetap disampaikan via WhatsApp, Instagram, Facebook, maupun Twitter. 

    Peringatan tahun baru hijriah yang ditandai dengan pergantian tahun sebagai proses alamiah yang merupakan bagian dari kuasa dan sunnatullah Allah. Pergantian tahun merupakan nikmat-Nya yang patut disyukuri. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah mengingatkan anak Adam agar memandang waktu sebagai makhluk dan tanda kuasa-Nya.

    Kita perlu menjaga adab dalam memandang waktu, termasuk pergantian tahun sebagaimana dituangkan dalam salah satu hadis riwayat Imam al-Bukhari yaitu: 

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ 

     Atinya : 

    Hadis dari “Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah berfirman, Bani Adam mengutuk waktu. Padahal, Akulah waktu. Di tangan-Ku malam dan siang”. (HR al-Bukhari : 4826).

    Hadis ini melarang umat Islam menggerutu karena waktu berlalu tanpa terasa.  sebagaimana juga hadis riwayat Muslim berikut ini,

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا 

    الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

    Artinya:

    Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Allah Azza wa Jalla berfirman: Anak Adam telah menyakiti-Ku dia suka mencela masa. Padahal Aku pencipta masa. Akulah yang menggilir siang dan malam."(HR (Muslim:- 4166) 

    Hakikat Waktu

    Sesungguhnya, momen Tahun Baru Islam ini mengingatkan umat Muslim bahwa masa hidup di dunia semakin berkurang. Imam Hasan Al-Basri menjelaskan hakikat waktu yang berbunyi.

    ”Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, maka berlalu pulalah sebagian hidupmu.”

    Dengan hal tersebut, seharusnya pergantian tahun dimanfaatkan untuk ber-muhasabah. Allah SWT juga berfirman mengenai hakikat waktu manusia di bumi sebagai berikut. 

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

    Terjemahnya: 

    Wahai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkan untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan.” (QS 59 al-Hasyar : 18).

    Ayat tersebut mengingatkan kepada umat Islam untuk selalu melaksanakan ibadah dan menyiapkan amalan baik semasa hidupnya. Dalam suatu hadis, Rasulullah SAW juga menjelaskan hakikat waktu umat manusia seperti berikut ini.

    عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

    Artinya : 

    "Hadis dari Ibn Mas’ud, dari Nabi SAW bersabda: ”Tidaklah melangkah kaki seorang anak Adam di hari kiamat sebelum ditanyakan kepadanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya untuk apa dimanfaatkan.” (HR Tirmidzi :2340).