BLANTERORBITv102

    MAKSUD QS. AN-NISA : 78

    Minggu, 08 Agustus 2021

     

     

    Penulis: Muhammad Yusuf

    Pra-Penjelasan

    Saat manusia masih bayi, ia terlahir dalam keadaan lemah tak berdaya. Kemudian perlahan, seiring pertambahan usia, pertumbuhannya disertai dengan pertumbuhan dan kematangan pada tulang dan sendi.  Setelah mencapai puncak kematangannya, mulailah turun secara teratur. Hingga pada saatnya keadaan lemah itu bertambah dan kembali seperti awalnya yang tak berdaya. Itulah sunnatullah.

    Semakin bertambah usia semakin ditarik nikmat kekuatan tulang & sendi kita....karena Allah sedang mengingatkan bahwa tak lama lagi Nyawanya akan di ambil.

      *(Qs.An Nisa : 78)*

    اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

    Terjemahnya:

    Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu bera.da di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”

    Ketika pertama kali dilahirkan, tulang dan sendi bayi dalam keadaan lemah. Itu sebabnya, mereka tak mampu berdiri dalam melakukan gerakan. Kalau tidak dibantu dan dirawat maka ia tak bisa berdaya apa-apa. Seiring pertumbuhan fisik dan pertambahan usia maka ia tumbuh menjadi lebih kuat dan berdaya. Keadaan itu pun akan mengalami puncaknya. Selanjutnya turun dan kembali menjadi lemah hingga tak berdaya. Ini pun merupakan sunnatullah. 

    Pada awalnya, para ahli embriologi berpendapat bahwa tulang dan otot terbentuk secara bersamaan. Seiring berkembangnya teknologi baru, berupa mikroskop yang canggih, pendapat awal para ahli embriologi pun terpatahkan.

    Peristiwa pembentukan tulang dan otot itu digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:

    "Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang" (Moore, Developing Human, 6. edition,1998).

    Subhanallah, hasil penelitian itu telah membuktikan kebenaran Alquran. Betapa tidak. 14 abad yang lalu, jauh sebelum teknologi kedokteran ditemukan, kitab suci Alquran telah menjelaskan tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu.

    Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

    Mari simak surah Al-Mu'minun ayat 14:

    "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS 23:14).

    Manusia dari unsur-unsur fisik ditiupkan ruh maka manusia bukanlah makhluk spritual. Manusia memang memiliki dimensi fisikal dan sampai di sinilah batas pengetahuan Alexis Carel, Charles Darwin, dll. Mereka gagal mendefenisikan manusia secara utuh.

    Al-Quran menerangkan dimensi spritual manusia dengan sangat jelas dan indah pada QS. Shad: 71-80):

    (71). إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ

    (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".

    (72). فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

    Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".

    (73). فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ

    Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya.

    (74). إِلَّا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

    kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.

    (75). قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖأَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ

    Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?".

    (76). قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ۖخَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

    Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".

    (77). قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

    Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,

    (78). وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ

    sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".

    (79). قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

    Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan".

    (80). قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ

    Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,

    Unsur Penciptaan Manusia

    Allah SWT memiliki tujuan jelas dan pasti menciptakan manusia. Ada tiga misi bersifat given yang mesti diemban manusia. Misi utama Allah Swt. menciptakan manusia, seperti ditulis dalam Alquran surah adz-Dzariyat [51]: 56, yakni untuk ibadah, sebagai khalifah (QS al-Baqarah [2]: 30), dan memakmurkan atau menjaga bumi (QS Hud [11]: 61).

    Secara harfiah, kata "khalifah" berarti Allah SWT telah mendelegasikan atau mewakilkan kepengurusan bumi yang diserahkan kepada makhluk-Nya bernama manusia, bukan malaikat dan jin, dua golongan makhluk yang diciptakan Allah sebelum mereka.  

    Agar dapat menjalankan amanat itu, Allah Swt. lalu memberikan beberapa unsur lain sebagai pelengkap, seperti salah satunya, hawa nafsu untuk menguasai materiil, moril, dan seksual. Kelengkapan itu tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Ada tiga hal di dalam Alquran yang merupakan bahan dasar penciptaan manusia, yaitu sebagai berikut:  

    Air

    Air menjadi komponen esensial dalam penciptaan manusia, begitu juga makhluk lain yang ada di dunia. Hal ini seperti dipertegas dalam Alquran  surah al-Anbiya [21]: 30. Sementara, untuk penciptaan manusia, Allah mempersempit unsur air, seperti dijelaskan dalam Alquran surah 'Abasa [80]: 19, yaitu Allah menciptakan manusia dari air mani . 

    Dalam kaitannya dengan asal muasal makhluk hidup, ayat di atas menegaskan bahwa semua makhluk hidup di bumi ini diciptakan dari air sebagai unsur utama dari setiap sel makhluk hidup. Untuk itu, 50-90 persen berat makhluk hidup disumbang oleh air. 

    Tanah

    Dalam penciptaan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia, beberapa ayat Alquran menyatakan pentingnya unsur lain selain air, yaitu tanah liat, seperti diterangkan surah al-Muminun [23]:12. Ayat ini mengindikasikan bahwa tanah mengandung unsur-unsur yang diperlukan bagi proses kehidupan. 

    Sifat tanah banyak mengandung atom, metal, maupun metaloid yang sangat diperlukan sebagai katalis dalam proses reaksi kimia maupun biokimia untuk membentuk molekul-molekul organik (jasad) yang lebih kompleks.

    Ruh

    Dalam penciptaan manusia, ruh atau jiwa adalah yang paling terakhir dipasang ke dalam jasad manusia. Pemasangan terakhir ruh yang merupakan unsur non-material, selain air dan tanah ini, dijelaskan dalam Alquran surah as-Sajadah ayat 7-9. 

    Ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan manusia dimulai ketika ruh ditiupkan ke dalam jasad yang sedang dalam penyempurnaannya di rahim. Ketika ruh tersebut masuk, saat itu manusia dikatakan sudah menjalani kehidupannya.

    Peniupan ruh ke dalam jasad merupakan awal kehidupan manusia. Sebelumnya hanya dimensi-dimensi fisik. Ketika ruh ditiupkan maka manusia menjadi makhluk spritual "dengan perjanjian antara Tuhan dan hamba-Nya". 

    Perpisahan antara dimensi fisik dan dimensi ruh merupakan fase kehidupan baru (khalqun jadid), namun itulah makna kematian. Dimensi rohani meninggalkan jasmani.  Senang atau tidak, sunnatullah tentang kehidupan tak terpisahkan dari fakta.