Prolog
Pada salah satu tulisan sebelumnya, saya menulis tajuk "mengapa Anda harus menulis?'. Salah satu jawabannya, karena usia Anda terbatas. Dalam keterbatasan usia itu, Anda tak ingin berhenti mewariskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada generasi setelah Anda. Sebutlah imam Syafii misalnya, yang telah wafat dalam hitungan abad lamanya. Namun, beliau tidak mati secara intelektual. Karya-karya monumentalnya telah menembus batas masa dan batas geografis. Melintasi abad dan batas benua. Kedahsyatan ujung qalam memang mengalahkan senjata canggih.
Pengalaman Baru dalam Riset & Publikasi
Argumen tersebut semakin meyakinkan saya ketika tidak menyangka bahwa berdasarkan pemantauan terhadap profil saya di google scholar dan scopus, saya dimasukkan menjadi "PENGURUS PUSAT LEMBAGA KESEHATAN MAJELIS ULAMA INDONESIA" Tentang: PENGURUS PUSAT PENGKAJIAN, PENELITIAN, PUBLIKASI ILMIAH (ISLAMIC MEDICINE THIBBUN NABAWI) LEMBAGA KESEHATAN MUI Nomor : SK-004/C/LK-MUI/VI/2021" dengan posisi sebagai Wakil Sekretaris.
Saya diberi informasi bahwa untuk terlibat dalam kepengurusan lembaga di MUI Pusat ini, yang diutamakan adalah mereka yang aktif dalam aktivitas riset ilmiah dan publikasi dalam jurnal nasional dan internasional atau Web of Science serta penerbitan internasional lainnya.
Wajar saja, sebab mereka bukan hanya berdomisili dalam negeri. Beberapa diantara mereka adalah ahli yang berpengalaman cukup lama di luar negeri dengan ratusan publikasi ilmiah dalam skala internasional. Mereka telah berkontribusi dan berdedikasi secara global. Mereka juga telah banyak berinteraksi dengan para ilmuwan peraih piala nobel dalam bidang riset dan publikasi serta hak paten internasional. Ini tentu kesempatan baik bagi saya untuk belajar cepat dan cepat belajar dari mereka.
Ketika mengamati presentasi yang disampaikan oleh beberapa pakar berkelas dunia dari berbagai kepakaran maka saya bertambah sadar bahwa meneliti dan mempublikasi karya ilmiah adalah amal yang tidak hanya saleh (baik), tapi juga muslih (menghadirkan kemaslahatan). Saleh adalah baik bagi pelakunya, sedangkan muslih adalah baik bagi pelakunya dan menghadirkan kemaslahatan bagi yang lainnya.
Bulan lalu, ketika tiga paper saya diterima setelah melewati proses seleksi super ketat dan dipublish pada jurnal internasional yang terindeks oleh Scopus & WoS, selanjutnya dibentuk tim peneliti lintas negara. Dalam pembentukan tim tersebut, saya ditunjuk oleh para kolega (partnership) menjadi Ketua peneliti eko-teologi lintas benua, lintas disipliner, dan lintas keyakinan.Kami berbeda kewarganegaraan, latar belakang keilmuan, dan latar belakang agama. Dua diantaranya adalah Guru Besar dalam tafsir, yang tidak lain mereka merupakan dosen saya ketika mengambil program doktoral. Ini menambah humble (ciut) nyali saya. Tapi, bagaimanapun, ini saya mesti jalani.
Semua tejadi melampaui ekspektasi saya. Ya, tentu ini kepercayaan yang tidak mudah, sebab para ilmuwan dalam tim ini mereka adalah ahli. Saya tentu harus belajar cepat dan cepat belajar untuk beradaptasi secara kultural dan keilmuan.
Saya tidak boleh bersikap "inferiority complex" (minder), ini momentum strategis untuk mempromosikan epistemologi integrasi keilmuan yang menjadi mazhab keilmuan di PTKIN di seluruh Indonesia termasuk di UIN Alauddin Makassar. Saya kembali mengintensifkan komunikasi dengan beberapa pensyarah (dosen) terutama para Professor di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Sebab sejak 2008 saya telah mengunjungi dan mengamati integrasi keilmuan di sana, yakni integrasi Islam dengan sains dan teknologi.
Dari kedua pengalaman baru ini (organisasi dalam skala nasional & internasional), saya belajar dan sadar bahwa saya belum "tamat belajar". Mungkin ini makna "belajar dari buaian hingga masuk ke liang lahad". Ada diantara mereka yang telah menerbitkan lebih dari 200 artikel pada jurnal internasional dalam bidang kepakarannya. Lalu, saya? Di jurnal internasional belum seberapa. Secara keseluruhan, di google scholar pun baru sekitar 80-an. Bersyukur masih bisa merasa kecil di tengah tengah orang-orang besar.
Apa itu Karya Ilmiah?
Karya Tulis Ilmiah atau biasa disingkat Karya Ilmiah (Scientific Paper) adalah tulisan atau laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian suatu masalah oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Karya ilmiah juga sering disebut “tulisan akademis” (academic writing) karena biasa ditulis oleh kalangan kampus perguruan tinggi, dosen dan mahasiswa. Karya ilmiah berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berupa penjelasan (explanation), prediksi (prediction), dan pengawasan (control).
Karakteristik karya ilmiah yang membedakannya dengan tulisan non-ilmiah antara lain:
1) Mengacu pada teori sebagai landasan berpikir (kerangka pemikiran) dalam pembahasan masalah.
2) Lugas, tidak emosional, bermakna tunggal, tidak menimbulkan interprestasi lain.
3) Logis, yaitu karya ilmiah disusun berdasarkan urutan yang konsisten,
4) Efektif, ringkas dan padat.
5) Efisien, hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
6) Objektif berdasarkan fakta, yaitu setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya, sebenarnya, dan konkret.
7) Sistematis, baik penulisan dan pembahasan sesuai dengan prosedur dan sistem yang berlaku.
Apa itu Publikasi Ilmiah?
Publikasi adalah tahapan terakhir dalam menulis karya tulis ilmiah, sehingga dapat disimpulkan bahwa publikasi merupakan publikasi karya tulis ilmiah merupakan penyiaran (memberitahukan) sebuah hasil penelitian kepada khalayak ramai (publik). Menyusun karya tulis ilmiah dan mempublikasikannya bukan hanya tanggung jawab guru, peneliti, dan pengembang lain, melainkan tanggung jawab banyak orang. Oleh sebab itulah publikasi karya ilmiah menjadi agenda penting bagi para akademisi, bukan hanya sebagai prasyarat semata.
Tetapi, hal tersebut juga dilakukan untuk masa depan bangsa Indonesia. Namun, sebelum mempublikasikan karyanya, seorang penulis dituntut untuk mampu menyuarakan pengetahuannya, memecahkan masalah dengan membaca keadaan sekitar, menstimulir permasalahan dari berbagai sudut pandang atau sekadar mengungkapkan ekspresi emosionalnya dalam memandang suatu permasalahan ke dalam sebuah karya tulis ilmiah.
Memang, tidak mudah bukan dalam membuat serta mempublikasikan suatu karya tulis ilmiah., diperlukan pengetahuan serta riset yang memadai sebelum kita dapat mempublikasikan suatu karya tulis ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Jika tidak mudah, lalu apa pentingnya bersusah payah mempublikasikan karya tulis ilmiah?
Dengan mempublikasikan karya ilmiah, kita dapat berkontribusi untuk dapat menyelesaikan sebuah permasalahan yang belum memiliki solusinya. Dengan banyak melakukan publikasi, tentunya semua orang akan mengenal karya kita dan kita memiliki jaringan networking cukup luas, sehingga dapat menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan kita. Itulah pentingnya mempublikasikan karya ilmiah untuk kebermanfaatan khalayak banyak serta menyelamatkan “harta karun” ini sebagai acuan (referensi) yang berguna bagi generasi yang akan datang.
Penutup
Semoga saya dan Anda serta kita semua lebih giat mengkaji, meneliti, dan mempublikasi hasil riset dan kajian kita. Semoga Allah memanjangkan usia kita dan menjadikan hidup kita lebih bermakna. Aamiin.
Wallahu A'lam
0 komentar