Prolog
Datang ke dunia disebut lahir. Meninggalkan dunia disebut mati, wafat, atau meninggal dunia. Kalimat pengakuan atas ketidak-punyaan kita diajarkan oleh Al-Quran dengan "inna lillahi wainna ilaihi rajiun". Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya kami kembali.
Kalimat ini bukan kalimat yang dikonstruksi oleh manusia, tetapi kalimat dari Allah Swt. Kita bukan Pemilik, bahkan kita adalah milik mutlak Allah. Sejak kedatangan manusia ke bumi tak memiliki apa-apa. Manusia hanya diberi hak pakai dan hak guna. Semua yang ada padanya adalah pemberian. Ia tidak membawa nama khusus. Setelah lahir maka ia diberi nama dan dirayakan sebagai hari pemberian nama (tasmiyah) yang dirangkaikan dengan pemotongan rambut (aqiqah).
Manusia Tak Punya Apa-Apa.
Bila direnungkan lebih mendalam, awal keberadaan kita di dunia tak punya apa-apa. Kemudian punya nama pemberian kedua orang tua . Pakaian pun diberikan dan dikenakan untuk menutupi tubuhnya, Ilmu dan pengalaman ditransfer dari orang lain. Tak punya apa-apa, kecuali hanya membawa potensi (fitrah) pemberian Tuhan. Semuanya hanya pemberian.
Lalu, tumbuh beranjak remaja, dan dewasa, serta mandiri. Potensi kita itu mengalami dinamika dan berkembang. Obsesi dan naluri "kepemilikan" juga mendorong untuk berkerja untuk memiliki banyak hal. Ingin memiliki pasangan hidup, keturunan, harta, tahta, jabatan, pengaruh, nama besar, karya, dll.
Namun, masa tua tak dapat dihalau. Perlahan tapi pasti, kepemilikan dan capaian akan memisahkan diri dari pemiliknya (kita) kembali kepada Pemilik yang sesungguhnya (Allah). Pasangan (suami-istri) akan berpisah, entah bersamaan atau tidak, anak mulai memisahkan diri dari orangtuanya untuk membentuk keluarga baru. Harta yang telah dimiliki saatnya dibagikan kepada anak-anak. Kekuasaan dan jabatan beralih ke generasi berikutnya. Karya tinggal direkam oleh sejarah. Syukurlah, jika karyanya bermanfaat. Menitipkan kreasi yang manfaat buat generasi penerus. Beramal/berkarya menurut kompetensinya masing-masing.
Puncaknya, ketika harta menjadi milik ahli waris. Semua harus ditinggalkan, dunia memang hanyalah laksana fatamorgana, penuh kesementaraan. Di sinilah kita bergerak menuju kepada keabadian. Siapa yang akan menemani tatkala waktunya kembali kepada-Nya?
Tiga yang Menemani: Dua Pulang, Satu Tersisa
Dalam riwayat (hadis) diuraikan, ada tiga yang menemani kita sampai ke kubur, dua yang akan pulang, satu akan tetap menemani kita di alam kubur setelah proses pemakaman jenazah selesai.
Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960).
‘Ali bin Muhammad Abul Hasan Nuruddin Al-Mala Al-Harawi Al-Qari (meninggal dunia tahun: 1014 H) menyatakan bahwa seseorang ketika mati ada tiga yang mengikutinya hingga ke kubur. Pertama adalah keluarganya, yaitu anak dan kerabatnya, begitu pula sahabat dan kenalannya. Kedua adalah hartanya, seperti budak laki-laki atau perempuannya, juga hewan tunggangannya (sekarang kendaraannya). Ketiga adalah amalannya, yaitu amal baik atau buruk yang pernah ia lakukan. Keluarga dan harta tadi akan kembali. Yang tersisa hanyalah amalnya yang menemani ia di kubur. (Mirqah Al-Mafatih Syarh Misykah Al-Mashabih, 8: 3235. Dinukil dari Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 199542)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
قَوْلُهُ ( يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ) هَذَا يَقَعُ فِي الْأَغْلَبِ ، وَرُبَّ مَيِّتٍ لَا يَتْبَعُهُ إِلَّا عَمَلُهُ فَقَطْ
“Mayit akan diikuti oleh keluarga, harta dan amalnya. Itu adalah umumnya. Bisa jadi ada mayit yang hanya diikuti oleh amalnya saja, tanpa membawa harta dan keluarga ketika diantar ke kuburan.” (Fath Al-Bari, 11: 365)
Disebutkan dalam hadis Al-Bara’ bin ‘Azib yang panjang tentang pertanyaan di alam kubur. Ada ketika itu datang seseorang yang berwajah tampan dan berpakaian bagus, baunya pun wangi. Ia adalah wujud dari amalan shalih seorang hamba. Sedangkan orang kafir didatangi oleh orang yang berwajah jelek. Itu adalah wujud dari amalan jeleknya. (HR. Ahmad, 4: 287. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih, perawinya adalah perawi yang shahih
Sekarang, masih ingatkah, Kita datang ke dunia tak punya apa-apa dan meninggalkannya pun tak membawa apa-apa? Masih ingatkah janji yang azali? Kita hanya datang membawa ajaran لا اله إلا الله disambut dengan لا إله إلا الله menjalani hidup dengan لا إله إلا الله. Kalimat tauhid inilah hendaknya yang mendasari setiap amal kita. Semoga kita pun meninggalkan kesementaraan (dunia) ini semoga tersimpul pula dengan kalimat terakhir "لا إله إلا الله".
Penutup
Kali ini saya ingin menutup sementara dengan iringan doa saya dan kita semua:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِى شَهَادَةً فِى سَبِيلِكَ ، وَاجْعَلْ مَوْتِى فِى بَلَدِ رَسُولِكَ – صلى الله عليه وسلم
“Ya Allah berikanlah aku anugrah mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari 1890)
اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan Islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman dan akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah.”
Aamiin...
Wallahu A'lam bish shawab
0 komentar