Pendahuluan
Ini merupakan intisari dari materi ceramah takziyah ketika diundang bertakziyah di Villa Mutiara Lestari atas berpulangnya ke rahmatullah almarhumah Ibu Linda Patty dalam usia 53 tahun, 10 bulan, tepat pada 1 Syawal/13 Mei beberapa hari lalu. Istilah 'takziyah' sebenarnya saya lebih nyaman menggunakan istilah 'zikrul.maut' (mengingat kematian).
Kata 'mati' untuk manusia dalam bahasa Indonesia sering disebut meninggal dunia. Dalam Al-Quran, kematian sering disebut ajal, al-wafah, al-maut. Kematian (al-mawt) sering diperhadapkan dengan al-hayat (kehidupan).
Namun Al-Quran menerangkan bahwa kehidupan bukan akhir dari kehidupan secara keseluruhan. Kematian merupakan pintu gerbang dari kehidupan dunia menuju kehidupan berikutnya (akhirat). Itu sebabnya, kematian disebut pula wafat, yang berarti sempurna. Yaitu, sempurnanya perjalanan kehidupan manusia di dunia dan tercapainya batas deadline (ajal).
Kematian disebut pula al-ruju' (kembali). Ini karena Al-Quran mengajarkan bahwa perjalanan kehidupan manusia adalah perjalanan kembali kepada asalnya. Unsur fisik dari tanah dikembalikan ke tanah, unsur ruhani dikembalikan kepada asalnya pula. Apakah kelak ruhani dan jasmani akan dikembalikan bersatu? Ini soal yang lain dan merupakan perdebatan teologis yang panjang. Saya tidak muat di sini.
Makna Kematian
Dalam Alquran, ada beberapa istilah yang dipergunakan Allah Swt. untuk mengartikan kematian. Pertama, kata al-maut (kematian) itu sendiri. Kata ini dalam bentuk kata benda diulang sebanyak 35 kali.
Al-maut menunjuk pada terlepasnya (berpisah) ruh dari jasad manusia. Kepergian ruh membuat badan tak berdaya dan kemudian hancur-lebur menjadi tanah.
Allah Swt. berfirman, Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu, dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.” (QS Thaha [20]: 55).
Kedua, kata alwa-fah (wafat). Kata ini dalam bentuk fi`il diulang sebanyak 19 kali. Al-Wafah memiliki beberapa makna, antara lain sempurna atau membayar secara tunai. Jadi, orang mati dinamakan wafat karena ia sesungguhnya sudah sempurna dalam menjalani hidup di dunia ini. Oleh sebab itu, kita tak perlu berkata, sekiranya tak ada bencana alam si fulan tidak akan mati.
Ketiga, kata al-ajal. Kata ini dalam Alquran diulang sebanyak 21 kali. Kata ajal sering disamakan secara salah kaprah dengan umur. Sesungguhnya, ajal berbeda dengan umur. Umur adalah usia yang kita lalui, sedangkan ajal adalah batas akhir dari usia (perjalanan hidup manusia) di dunia. Usia bertambah setiap hari; ajal tidak. (QS al-A’raf [7]: 34).
Keempat, kata al-ruju’ (raji’). Kata ini dalam bentuk subjek diulang sebanyak empat kali, dan mengandung makna kembali atau pulang. Kematian berarti perjalanan pulang atau kembali kepada asal, yaitu Allah Swt. Karena itu, kalau ada berita kematian, kita baiknya membaca istirja’, Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un (QS al-Baqarah [2]: 156).
Hakikat Kematian
Manusia akan menempuh dua bentuk kehidupan, yakni kehidupan di dunia dan di akhirat. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang sangat singkat atau pendek karena memang arti dunia adalah singkat dan pendek. Ketika kita mendengar ada seorang tua yang berkata bahwa rasanya baru kemarin saja dia hidup, ternyata sekarang umurnya sudah memasuki 60 tahun. Jika kita lihat hal seperti itu, tampaknya dunia bukan saja singkat dan pendek, tetapi rasanya juga sangat singkat dan pendek dan itulah yang kita sebut dengan dunia.
Kehidupan kedua yang akan dimasuki oleh manusia adalah kehidupan akhirat. Arti akhirat ialah panjang dan memang kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sangat panjang. Dalam menjelaskan hal ini, kita menemukan adanya perbedaan dalam Alquran, yakni ada yang menyebut bahwa satu hari hidup di dunia sama dengan 1.000 tahun akhirat, ada pula 10.000 tahun hidup di akhirat. Ada juga mengatakan bahwa satu hari hidup di dunia sama dengan 50.000 tahun hidup di akhirat. Ini merujuk pada nash. Apakah berarti Alquran tidak konsisten mengenai hal ini?
Jawabannya adalah bukan Alquran tidak konsisten mengenai hal itu, tetapi perbedaan tersebut menegaskan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang masanya sangat panjang, tetapi tidak bermakna abadi dan tanpa kesudahan.
Dunia untuk Menentukan Posisi di Akhirat
Berkaitan dengan dua bentuk kehidupan di atas, pertanyaan yang muncul adalah mengapa Allah menghidupkan manusia di dunia terlebih dahulu? Tampaknya Allah memberikan kepada manusia sebuah pilihan untuk menentukan posisinya di akhirat kelak. Manusia yang menginginkan surga, maka ia harus memilih jalan surga, sedangkan manusia yang memilih neraka maka dipersilakan untuk mengambil jalan neraka. Posisi manusia di akhirat kelak adalah pilihan manusia itu sendiri ketika hidup di dunia.
Lalu, apa sebenarnya kematian? Mati adalah kesempurnaan. Jika manusia ingin sempurna, maka harus melewati pintu gerbang yang bernama kematian dan setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Jadi mati ataupun wafat adalah jalan menuju kepada kesempurnaan. Entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya.
Mati sebuah Keniscayaan
Setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu kehidupan, sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.
Manusia tidak akan pernah mengerti hakikat kehidupan jika ia tidak mau mengingat arti dan hakikat kematian. Allah berfirman,“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati” (QS Ali-Imran 185). Berdasarkan firman Allah ini telah jelas bahwa manusia pasti akan menghadapi kematian kapan pun, di mana pun dan dalam keadaan apapun. Orang yang pintar adalah orang yang bisa mengingat mati dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengingat kematian manusia akan lebih bijak dan berhati-hati dalam meningkatkan keimanan dan ketawaan pada Allah Swt. Rasululah Saw. bersabda,"Banyak-banyaklah mengingat mati sebab mengingat mati itu menhapuskan dosa dan mengkikis ambisi seseorang terhadap dunia serta cukuplah mati sebagai pemberi peringatan.” (HR Bukhori Muslim).
Faedah Zikrul Maut
Di antara faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mengingat mati adalah melembutkan hatinya untuk bersegera memohon ampun atas dosa-dosanya dan bertobat kepada Allah. Dengan mengingat kematian dengan sendirinya akan menimbulkan ketidaksenangan terhadap dunia dan akan mendorong manusia untuk melakukan persiapan di kehidupan akhirat, sedangkan kelalaian terhadap maut akan mendorong manusia untuk tenggelam dalam kehidupan di dunia.
Rasulullah Saw. bersabda,"Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman.” (HR Muslim)
Oleh karena itu, sambutlah kematian dengan sukacita karena ia mengakhiri penderitaan. Namun, jangan senang dahulu, karena ia hanya mengakhiri penderitaan yang ada di dunia, tetapi apa yang telah Anda perbuat di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Dunia ini ibarat sebuah penjara bagi orang yang beriman, dan surga bagi orang yang mendambakan dunia.
Kematian Fenomena Paling Jelas
Fenomena maut adalah salah satu fenomena yang paling jelas dan pasti bagi makhluk hidup. Semuanya ingin mempertahankan hidupnya. Semut kecil yang diremehkan manusia pun melawan jika hidupnya terancam.
Ada dua tipe manusia dalam menyambut kematian. Ada yang pesimistis dan ada yang optimistis. Manusia yang pesimistis menganggap kematian itu adalah suatu yang berat dan menyeramkan, sehingga orang tersebut lebih memilih tidak memikirkannya dan berusaha menghindarinya agar bisa merasakan kebahagian setiap saat yang dilaluinnya.
Ketakutan akan kematian adalah sebuah persepsi yang salah. Sebagaimana persepsi sewaktu kita lahir dan keluar dari rahim ibu, kita juga menangis sedih. Ternyata setelah kita melalui kehidupan di dunia ini, kita juga enggan dan takut berpisah. Memang begitulah janji Tuhan, karena setelah kematian itu ada kehidupan yang jauh lebih indah dan mengasyikkan.
Bagi manusia yang optimistis, ia menganggap kematian itu bukan akhir dari segalanya. Mereka menganggap meninggalkan dunia hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati ditulis rest in peace (RIP).
Kematian Kesempatan Beristirahat
Kematian orang-orang saleh adalah istirahat baginya. Sedangkan kematian orang-orang jahat adalah istirahatnya masyarakat. Kehidupan orang baik diharapkan oleh masyarakat. Sedangkan kematian orang-orang jahat adalah harapan masyarakat.
Kematian adalah suatu momentum peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan, kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati. Kedamaian dunia bersifat tentatif. Sedangkan kedamaian abadi adanya di akhirat.
Penutup
Kematian manusia bukan akhir perjalanan. Kematian hanyalah pintu gerbang menuju episode kehidupan kehidupan berikutnya. Beberapa term yang digunakan Al-Quran itu semua bertujuan untuk menerangkan makna kematian. Kematian akan dipahami secara utuh apabila dikumpulkan semua term itu secara tematik.
Kematian bagi orang saleh adalah momentum istirahat baginya dan kesempatan menikmati episode kehidupan setelah kematian. Sehingga, bagi mereka kematian merupakan optimisme. Sebaliknya, kematian bagi orang jahat adalah bumerang dan pesimisme. Banyak diantaranya yang meminta untuk dikembalikan ke kehidupan dunia. Namun, itu tak mungkin. Semoga kita termasuk golongan yang optimis menghadapi episode kematian dan dalam keadaan happy ending (husnul khatimah).
Wallahu A'lam
Takziah di masyarakat itu sudah umum dibanding istilah lain..sukses pak Doktor.
BalasHapus