Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar
Samata-Gowa, 10-04-2021
Prolog
Goresan demi goresan yang saya lakukan seringkali menggunakan kata "Anda, Engkau, Kamu". Sesungguhnya diksi tersebut lebih banyak menunjuk kepada diri saya sebagai penulis. Ketika saya menulis, umumnya saya sedang berdialog dengan diri saya sendiri. Saat saya menyapa mahasiswa dan para pembaca, saya membayangkan mereka sebagai mitra bicara saat itu. Tegasnya, diksi "Anda, Engkau, Kamu" tersebut ditujukan untuk diri saya khususnya atau membayangkan mahasiswa dan pembaca sedang membersamaiku.
Kami mengecek pembaca web ini sepanjang 2021 mencapai sekian ribu orang dari berbagai negara. Terimakasih untuk semuanya. Tentu saja saya berharap bisa bermanfaat dan mohon maaf bila ada salah dan khilaf. Bagi Anda yang muslim, saya ucapkan, selamat menyambut bulan Ramadhan. Semoga Anda sehat lahir batin! Aamiin... Tentu ucapan selamat ini disertai permohonan maaf atas semua khilaf dan salah.
Manusia Tempat Khilaf & Lupa
Seringkali kita mendengar kalimat, Al-Insaan mahalul Khatha’ wan Nisyaan – Manusia tempatnya salah dan lupa. Ini adalah pepatah Arab, dan bukan hadis, apalagi ayat. Namun, ada hadis yg mirip dengan itu, yaitu:
َ كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya" (HR. At-Tirmidzi no. 2499).
Sebagai ahli menilai kualitas hadis ini hasan. Namun, bukan itu fokus saya. Saya akan memanfaatkan hadis ini sebagai landasan kesadaran bahwa manusia itu sering khilaf dan lupa.
Menjadi makhluk pelupa itu kadang menjadi nikmat tersendiri. Lupa yang baik adalah lupa terhadap kebaikan yang pernah kita lakukan dan lupa men-share kekurangan orang lain. Asal jangan lupa janji dan utang Anda. Menghindar saat jatuh tempo atau waktunya menepati janji. Kalau menghindari itu bukan lupa, tapi pura-pura lupa mungkin. Dan, saya yakin para pembaca tidak termasuk.
Jangan dimanfaatkan hadis itu sebagai alasan pembenaran untuk "merawat kekhilafan dan lupa". Justru, hadis itu hendaknya ditempatkan sebagai dalil untuk memperbaiki diri dengan taubat. Sebaik-baik pelaku dosa, kholaf, dan lupa adalah mereka yang melekat komitmen memperbaiki diri (bertaubat).
Anda pernah bersalah dan lalai atas suatu kejadian besar, sehingga menyesali diri dan mengurung diri, membatasi diri dan banyak membuang waktu dengan penyesalan?” Minder? Justru, Allah menyuruh bangkit dan belajar dari kekeliruan untuk mengambil langkah yang tepat.
Islam mengajarkan agar segera bangkit. Seumpama lilin, jangan hanya menyalahkan lilin yang sudah terlanjur padam atau hanya mencela kegelapan saja, akan tetapi berusahalah untuk memperbaikinya. Ketika melakukan kesalahan maka segera perbaiki dan iringi atau disusul dengan melakukan kebaikan-kebaikan.
Dalam memperbaiki diri, adab yang harus dijaga dalam mengharap ampunan Allah adalah prasangka baik kepada-Nya. Selain itu, jangan merasa atau menganggap diri suci dari dosa. Harus disadari, setiap keturunan Adam a.s. pernah berdosa. Dan, kita tidak mengetahui cara lain untuk menghapus dosa selain bertaubat kepada-Nya. Karena memohon ampunan dan rahmat Allah itulah yang diajarkan kepada kita tatkal salah dan khilaf.
Keturunan Adam itu Pendosa
Siapakah diantara kita yang tidak pernah melakukan dosa? Jika Anda menjawab "saya" maka pada saat yang sama Anda sedang melakukan dosa. Pada saat yang sama pula, Anda tak mau bertaubat kepada Allah. Kakek dan nenek manusia pun melakukan dosa di dalam surga. Nabi Saw. pun mencontohkan beliau bertaubat bahkan hingga ratusan kali setiap hari. Allah pun menyuruh kita semua untuk bertaubat. Firman Allah Swt.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)” (QS. Az Zumar: 53-54).
Setiap manusia pasti pernah bersalah. Jangan terlalu berlarut menyesali kesalahan, karena ajaran Islam adalah segera bangkit, bertaubat dan memperbaiki diri. Ketika melakukan kesalahan atau sedikit saja kesalahan maka akan terus memikirkannya, seolah-olah dia yang sempurna langsung cacat dengan kesalahan yang sedikit. Perlu disadari bahwa setiap manusia pasti pernah berbuat salah dan tidak ada yang tidak pernah berbuat kesalahan. Nabi Muhammad Saw. bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”.
Rasulullah Saw. bersabda,
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan berinteraksilah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik”
Demikianlah karena perbuatan baik akan menghapus perbuatan yang buruk. Allah Swt. berfirman:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” (QS. Hud: 114).
Ayat dan hadis tersebut mengisyaratkan bahwa manusia itu pendosa. Lalu Allah menunjukkan jalan terbaik dalam menindaklanjuti dosa dan keburukan kita, yaitu dengan bertaubat.
Berbaik Sangka atas Ampunan Allah
Dalam keseharian, Rasulullah Saw. senantiasa mendidik dan mengarahkan para sahabatnya agar selalu berbaik sangka terhadap Allah. Dari Jabir r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah tiga hari sebelum wafatnya beliau bersabda:
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ ( رواه مسلم، رقم
"Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah." (HR Muslim, no. 2877)
Berbaik sangka kepada Allah adalah kenikmatan yang agung dan menjadi jaminan kebahagiaan hidup seseorang di dunia dan akhirat. Hadis Qudsi lengkap tentang sangkaan kepada Allah dari Abu Hurairah, Nabi Saw. bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه البخاري، رقم 7405 ومسلم ، رقم 2675).
"Sesungguhnya Allah berfirman, 'Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya.Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari." (HR Al-Bukhari no. 7405 dan Muslim, no. 2675).
Beberapa bentuk baik sangka kita kepada Allah adalah bahwa doa kita akan diterima oleh Allah. Setidaknya, ada tiga cara Allah menerima doa kita, yaitu langsung dinyatakan dalam kehidupan di dunia, dihindarkan dari keburukan hidup dan dibalas di hari akhir nanti. Jika orang sudah tidak yakin, maka ia tidak akan mendapatkan apapun kecuali kehampaan dan keputusasaan.
Adapun bentuk baik sangka kita kepada-Nya adalah bahwa "Allah itu tidak adil, dengan sakit Allah ingin menyiksaku, ujian ini adalah adzab Allah kepadaku, hanya aku yang diuji dan disakiti seperti ini" dan sebagainya. Semoga kita selalu berbaik sangka kepada Allah dan dihindarkan dari berburuk sangka kepada Allah.
Tak Peduli Berapapun Besarnya Dosa
Begitu banyak maksiat dan dosa yang kita lakukan sampai-sampai surga itu terasa tak pantas untuk kita pijak. Namun janganlah berputus asa. Tak peduli dosa Anda setinggi langit dan seluas bumi, Allah akan tetap mengampuni. Asalkan kamu tetap melakukan dua hal ini: memohon ampun kepada Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
عن أنس رضي الله عنه یقول: (( قال الله تعالى: یا ابن آدم، إنك ما دعوتني قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم ورجوتني غفرت لك، على ما آان منك، ولا أبالي. یا ابن آدم، لو بلغت ذنوبك عنان السماء، ثم استغفرتني غفرت لك، یا ابن آدم، إنك لو أتيتني بقراب الأرض خطایا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا لأتيتك بقرابها مغفرة )) رواه الترمذي وقال: حدیث حسن صحيح
Dari Anas bin Malik r.a. dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Allah Swt. berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, hadis ini hasan shahih).
Hadis di atas menunjukkan betapa besarnya rahmat Allah Swt. bagi hamba-Nya yang mau bertaubat, memohon dan mengharapkan ampunan-Nya. Karena dengan taubat itu, Allah Swt. mengampuninya, sehingga terhapuslah dosa-dosa. Setelah bertaubat, tentunya jangan sampai kamu masuk ke dalam lubang yang sama
Penutup
Allah mempunyai sifat jalal dan jamal serta sifat kamal (sempurna). Sifat Allah tidak bisa dimaknai secara parsial. Kesempurnaan sifat-Nya jauh lebih sempurna daripada yang kerap berada dalam pikiran dan persangkaan hamba-Nya. Seringkali di Majelis Ilmu diajarkan 99 nama dan sifat-Nya atau disebut pula al-Asma' al-Husna (nama-nama terbaik). Di TK pun anak-anak diajarkan demikian.
Nama dan sifat-Nya jauh lebih banyak daripada 99 itu. Salah satu sumber yang menyebutkan adalah Kitab Ruhul Ma'ani karya Al-Imam Syihabuddin al-Alusi. Ini kitab tafsir yang sering saya rujuk untuk penafsiran isyari (sufistik). Dalam kitab itu disebutkan tentang nam dan sifat Allah yang sempurna. Jika ingin mengenalnya, silahkan merujuk ke kitab tersebut.
Allah Maha Pengampun. Betapa pun besarnya dosa Anda, setinggi langit, seluas bumi jika engkau bertaubat maka Allah Maha Penerima taubat. Segera temui Allah yang Maha Pengampun. Sebaliknya, jangan sampai ada diantara kita yang merasa suci dari dosa. Merasa tak berdosa itu sendiri bisa jadi merupakan dosa. Hal itu dilarang oleh Allah Swt. (QS. An-Najm: 32). Seseorang akan mudah bertaubat apabila merasa dan menyadari betapa dirinya tidak suci dari dosa.
Wallahu A'lam
Assalamualaikum
BalasHapusAfwan sebelumnya, mungkin ada kesalahan di bagian ini
"Adapun bentuk baik sangka kita kepada-Nya adalah bahwa "Allah itu tidak adil, dengan sakit Allah ingin menyiksaku, ujian ini adalah adzab Allah kepadaku, hanya aku yang diuji dan disakiti seperti ini" dan sebagainya. Semoga kita selalu berbaik sangka kepada Allah dan dihindarkan dari berburuk sangka kepada Allah."
Terimakasih atas perhatiannya...
Tetap semangat 👍