BLANTERORBITv102

    PUASA ULAT DAN ULAR

    Kamis, 15 April 2021

    Penulis: Muhamad Yusuf 

    Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar

    Samata-Gowa, 13-04-2021

    Prolog

    Alhamdulillah, pada hari ini, hari jumat 4 Ramadhan 1442 H/15 April 2021 M. kita telah menyelesaikan puasa Ramadhan yang ketiga. Semoga puasa, salat sunnat tarwih, qiyamul lail, bacaan Al-Qur'an, dan amalan-amalan lain selama tiga hari terakhir ini diterima disisi Allah Swt.

    Sebelumnya, kita sudah belajar dari ayat kauniyah (fenomena) tentang puasa induk ayam saat mengeram. Tulisan ini kembali mengajak para pembaca untuk membaca ayat kauniyah yang lain, yaitu puasa ular dam puasa ulat.

    Seperti dimaklumkan oleh Al-Qur'an, tujuan akhir dari puasa adalah untuk menghasilkan insan yang bertaqwa. Yang kita pahami selama ini bahwa bertaqwa adalah berupaya untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. 

    Kandungan yang semakna dengan pengertian di atas adalah، bagaimana di setiap aktivitas kita selalu merasa dalam pengawasan Allah Swt., sehingga puasa menjadi salah satu sarana penting untuk menuju ke arah taqwa. 

    Dengan demikian di dalam pelaksanaan puasa ini ada sebuah proses merubah kualitas hidup, spiritualitas, kepribadian, perilaku, emosionalitas, dan aspek kehidupan lainnya, sehingga pada akhir Ramadhan akan lahir insan-insan yang memiliki sifat “Taqwa” sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an (Q.S. Al-Baqarah: 183) maupun hadis-hadis Rasulullah terkait dengan puasa Ramadhan. 

    Puasa Melampaui Lapar dan Dahaga

    Dalam beberapa hadis juga disebutkan bahwa ada sejumlah golongan manusia yang di dalam proses pelaksanaan puasa, hanya memperoleh lapar dan dahaga saja. Hal ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan tidak memberikan efek perubahan kearah yang lebih baik dalam berbagai hal sebagaimana disebutkan di atas.

    Terkait dengan ulasan di atas, perumpamaan berikut ini bisa menjadi renungan sederhana dalam pelaksanaan puasa kita, sehingga berbagai koreksi atau perbaikan dapat dilakukan diawal-awal Ramadhan kali ini, yaitu “Puasa Ular” dan “Puasa Ulat”.

    Berubah atau Sama Saja?

    Sebelum puasa namanya ular juga ular. Setelah puasa namanya juga ular. Sebelum puasa makanan ular adalah katak. Setelah puasa makanan ular juga katak. Sebelum puasa perilaku ular adalah melata. Setelah puasa ular juga tetap melata. 

    Ini berbeda dengan ulat. Sebelum puasa namanya ulat. Setelah puasa namanya menjadi kupu-kupu. Sebelum puasa makanan ulat adalah daun. Setelah puasa, makanan ulat sari putik bunga. Sebelum puasa, cara jalan ulat menggeliat. Setelah puasa ulat dapat terbang.

    A. Puasa Ular

    Agar ular mampu  kelangsungan hidupnya, salah satu yang harus dilakukan adalah harus mengganti kulitnya secara berkala. Tidak serta merta ular bisa menanggalkan kulit lama. Ia harus "berpuasa" tanpa makan dalam kurun waktu tertentu. Setelah 'puasanya selesai, kulit luar terlepas dan muncullah kulit baru.

    I'tibar

    Pelajaran dari puasa ular adalah: (1)Wajah ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama.(2) Nama ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama yakni ular. (3) Makanan ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama.(4). Cara bergerak sebelum dan sesudah puasa tetap sama, dan (5). Tabiat dan sikap sebelum dan sesudah puasa tetap sama atau bahkan mungkin akan lebih ganas dari sebelumnya.

    Inilah yang disabdakan oleh Nabi Saw. yang jujur lagi membawa berita yang benar, 

    رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

    “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al-Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).

    B. Puasa Ulat

    Ulat termasuk hewan paling rakus. Karena hampir sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan. Bagi petani, kehadiran ulat pada tanaman pertanian sangat tidak diharapkan. 

    Akan tetapi, begitu sudah bosan makan, ia melakukan perubahan dengan cara berpuasa. Puasa yang benar-benar dipersiapkan untuk mengubah kualitas hidupnya. Karenanya ia asingkan diri, badannya dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon/kepompong sehingga tak mungkin lagi melampiaskan hawa nafsu makannya.

    Setelah berminggu-minggu puasa, maka keluarlah dari kokon seekor makhluk baru yang sangat indah bernama "kupu-kupu”.

    I'tibar

    Pelajaran dari model puasa ulat adalah: (1/ Wajah ulat sesudah puasa berubah “indah mempesona”. (2). Nama ulat sesudah puasa berubah menjadi “kupu-kupu”. (3). Makanan ulat sesudah puasa berubah “mengisap madu”. (4) Cara bergerak ketika masih jadi ulat menjalar, setelah puasa berubah “terbang” di awang-awang. (5). Tabiat dan sifat berubah total. Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam pemakan daun.

    Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu “penyerbukan bunga”. Demikian pula orang beriman dan bertaqwa, hanya mengambil yang baik dan halal tanpa merusak lingkungan.

    Puasa Menuju Kelahiran Baru

    Orang yang keluar dari bulan Ramadhan mengalami kelahiran baru. Mereka yang keluar dari bulan Ramadhan itu suci dari dosa setelah Allah mengampuni dosa-dosanya maka ia menjadi suci seolah anak.yang baru keluar dari perut ibunya. Saat itu ia lahir sebagai muttaqin. Itulah perumpamaan puasa ulat yang berubah menjadi kepompong dan kupu-kupi indah yang mempu terbang.

    Orang beriman dan berpuasa melakukan sebuah metamorfosa seperti ulat menjadi kupu-kupu indah. Manusia beriman meningkat memiliki akhlak mulia dan perangai indah di bumi dan mampu terbang secara spritual hingga menembus lapisan sidratul muntaha.

    Namun, setelah itu kita tetap wajibenjaga kesucian dari dosa. Sahabat Hudzaifah mengatakan: Sesungguhnya, ketika seseorang melakukan perbuatan dosa maka akan menetes noda hitam pada hatinya. Maka, setiap kali ia melakukan perbuatan dosa, noda hitam itu akan menetes kembali di hatinya. 

    Sebaliknya, Imam Ali bin Abi Thalib menambahkan: Iman itu bagaikan tinta putih di hati seseorang. Setiap bertambah keimanannya maka akan bertambah tetesan tinta putih itu sehingga menyelimuti seluruh hatinya.

    Sedang perbuatan dosa laksana tetesan noda hitam di dalam hati. Setiap kali bertambah perbuatan dosa maka akan bertambah pula tetesan noda hitamnya sehingga warna hitam itu akan menyelimuti seluruh hatinya Tetesan hitam itulah yang disebut kezaliman pada diri sendiri. 

    Dalam konteks inilah, puasa dimaksudkan untuk mengubah dan membersihkan noda hitam itu dan mengembalikan manusia pada asalnya yang suci. Itulah yang dianalogikan dengan kelahiran baru.

    Puasa seharusnya mampu meningkatkan diri kita agar semakin bertaqwa dan mampu menjadi  “khairunnaas anfa'uhum linnaas” (sebaik-baik manusia, yang paling memberikan manfaat bagi manusia lainnya). 

    Penutup

    Itulah perumpamaan puasa ular dan puasa ulat. Puasa Anda berada di jenis mana, puasa ular kah atau puasa ulat kah? Saya tentu tidak tau. Namun, kita tentu lebih bisa menakar puasa kita masing-masing, berada di kualitas seperti apa? Tapi, tentu kita semua berharap puasa kita menghasilkan kebaruan yang lebih baik selepas Ramadhan nanti.

     Wallahu A'lam.