Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar
Samata-Gowa, 06-04-2021
Pendahuluan
Tidak sedikit orang yang sering curhat kepada orang-orang kepercayaan saat mereka sedang mengalami kesulitan hidup. Bahkan, terkadang lupa bahwa ada hal-hal yang semestinya dirahasiakan juga ikut terbongkar.
Sering mengadukan kesulitan-kesulitan hidup kepada sesama manusia bisa sama artinya dengan tidak rela dengan apa yang sedang dikehendaki Allah Swt. pada diri seorang hamba. Mengeluh dan meratapi nasib yang diderita sama artinya dengan merasa tidak puas akan pemberian Allah Swt.
Lalu pertanyaannya, apakah memang tidak boleh melakukan curhat kepada sesama manusia, seperti seorang kawan kepada kawan lainnya, atau seorang istri kepada suami atau sebaliknya? Tentu saja, hal ini perlu klarifikasi untuk memilah mana keluhan yang terlarang dan mana curhat kepada manusia yang bisa ditoleransi.
Mengadu kepada Allah
Ilustrasi di atas sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Imam Al-Junaid sebagaimana termaktub dalam kitab Riyadhu Akhlaqis Shalihin, karangan Syekh Ahmad bin Muhammad Abdillah sebagai berikut:
مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُو ضَيْقَ الْمَعَاشِ فَكَاَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ وَمَنْ أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخَطًا عَلىَ اللهِ
“Barangsiapa suka mengadukan kesulitannya kepada sesama manusia, maka seolah-olah ia mengadukan Tuhannya (kepada manusia tersebut). Dan barangsiapa merasa sedih dengan kondisi duniawi-nya, maka dia menjadi orang yang membenci Allah.”
Asy-Syaikh Ahmad Muhammad Ibnu Atha'illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam Pasal 48:
لاَ تـَرْفَعَنَّ اِلىَ غيرِهِ حاَجَةً هُوَ مُورِدُهاَ عَليْكَ فكَيْفَ يَرْفَعُ غيرَهُ ماكانَ هُوَ لهُ واضِعاً مَنْ لاَيَسْتَطِيعُ ان يَرْفَعَ حاَجةً عن نَفْسِهِ فَكيْفَ يَسْتَطِيعُ اَنْ يَكونَ لهاَ عَن غيرِهِ راَفِعاً
"Jangan mengadu dan meminta sesuatu kebutuhan selain kepada Allah, sebab Dia sendiri yang memberi dan menurunkan kebutuhan itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain Allah akan dapat menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Allah. Barangsiapa yang tidak dapat menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka bagaimanakah ia akan dapat menyingkirkan bencana yang ada pada orang lain."
Penjelasan Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan. "Adanya sesuatu bencana [musibah] itu menyebabkan engkau berhajat [butuh] kepada bantuan [pertolongan], maka dalam tiap kebutuhan [hajat] jangan mengharap selain kepada Allah. Sebab segala sesuatu selain Allah itu juga berhajat seperti engkau. Sebab barangsiapa yang menyandarkan [menggantungkan nasib] pada sesuatu selain Allah, berarti ia tertipu oleh sesuatu bayangan fatamorgana, sebab tidak ada yang tetap selain Allah, yang selalu tetap karunia dan nikmat serta rahmat-nya kepadamu".
Syaikh Atha' al-Khurasani berkata: "Saya bertemu dengan Wahab bin Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah'.
Maka berkata Wahb, “Allah telah mewahyukan kepada Nabi Dawud 'a.s.: Wahai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku, tidak pada selainnya, dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, kemudian orang itu akan ditipu oleh penduduk langit yang tujuh dan bumi yang tujuh, melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu.
"Sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, melainkan Aku putuskan rahmat yang dari langit, dan Aku menjadikan bumi longsor di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam lembah dan jurang yang mana ia binasa."
Syaikh Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata: "Ketika saya di majlis Yazid bin Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk di sampingku, 'Siapakah namamu?' Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya, 'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'.
Lalu saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku. Lalu saya tanya, 'Dan siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?' Jawabnya. 'Yazid bin Harun. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka ia tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan kebutuhanmu'.
Dia bertanya, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Jawabku, 'Saya telah membaca dalam sebuah kitab: Bahwasanya Allah telah berfirman: Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan, dan akan Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari hubungan-Ku.
Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran itu di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada selain Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku.
Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk mengeluhkan kesulitannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku tidak bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-Ku dengan angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka mengapa engkau bersandar kepada selain-Ku.
Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tetapi tidak puas dengan perlindungan-Ku, dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para hamba-Ku, tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku.
Tidakkah engkau mengetahui bahwa barangsiapa yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan, tidak ada dapat menyingkirkan selain Aku, maka mengapa Aku melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari pada-Ku, mengapa ia tertipu oleh selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa yang tidak ia minta, kemudian Aku yang mencabut dari padanya lalu ia tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada selain-Ku. Apakah Aku yang memberi sebelum di minta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada peminta?
Apakah Aku bakhil (kikir), sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku. Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskan dari pada-Ku. Dan apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi kepada masing-masing orang pikiran apa yang terpikir pada semuanya, lalu Aku beri semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun sekecil debu? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku yang mengawasinya?
Alangkah sial (celaka) orang yang putus dari rahmat-Ku, alangkah kecewa orang yang maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku'. Maka orang itu berkata: 'Ulangi penjelasanmu itu, lalu ia menulisnya'.
Kemudian ia berkata: “Demi Allah, setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan yang lain'.”
Mengadu Berarti Bermunajat
Bermunajat hanya kepada Allah saat senang ataupun saat susah. Saat aenang Anda ungkapkan rasa syukur kepada-Nsa. Di saat susah gunakan kondisi hening. Barangkali tidak ada orang mendengar atau melihat ketika seorang hamba bermunajat kepada Allah dengan isak tangis dan air mata yang berderai.
Nabi Musa a.s., sebagaimana disebutkan dalam Kitab Al-Mu’jam Al-Ausath lith-Thabraniy, berdasarkan hadis marfu’ (3505) yang diriwayatkan dari Abdullah ibnu Mas’ud, sering bermunajat kepada Allah dan mengucapkan doa-doa sebagai berikut:
اَلَّلهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَاِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
"Ya Allah segala puji bagi-Mu. Kepada Engkaulah aku mengadu dan hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan. Tiada daya dan upaya, serta tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."
Apapun keadaannya, suka dan duka, Allah tetap terpuji. Dia senang mendengar ucap syukur saat Anda bahagia. Dia juga senang mendengar rintihan dan pengaduan Anda saat Anda dalam keadaan berduka, lunglai, dan tak berdaya.
Catatan Penutup
Saat bergembira, tak perlu Anda bereuforia berlebihan. Sebab, bisa jadi ada orang yang bertambah sedih mendengarnya. Begitu juga saat meratap, bersedih, atau dalam kesulitan, Anda tak perlu berlebihan curhat kepada orang lain. Jika Anda berbahagia, silahkan menikmati saja dan berbagi kepada sesama manusia jika Anda mampu.
Orang bijak berpesan, jika bersedih atau dalam kesulitan pun, Anda tak perlu terlalu mengekspresikan kepada orang lain. Dan, berhati-hatilah membuat janji saat bergembira, atau membuat keputusan saat marah dan galau. Seringkali sikap seperti itu membuat pelakunya menyesal. Bersandar, mengadu, dan berharaplah hanya kepada Allah, serta berikhtiarlah sesuai petunjuk-Nya. Semoga rahmat Allah menyertai langkah Anda selalu. Aamiin.
Wallahu A'lam
0 komentar