BLANTERORBITv102

    PRIORITAS DOA: MEMOHON KEMUDAHAN ATAUKAH MEMOHON KEMAMPUAN MENGATASI KESULITAN ?

    Jumat, 02 April 2021

    Penulis: Muhammad Yusuf 

    Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar

    Samata-Gowa, 03-04-2021

    Pendahuluan

    Para pembaca yang baik hati! Tulisan ini mungkin terasa agak mengusik keyakinan Anda tentang doa. Namun, bukan itu maksud saya, tapi ingin agar kita jadikan doa itu sebagai sarana dan tuntunan syariat agama untuk mendongkrak dan melejitkan kemampuan Anda tanpa mengurangi sedikit pun ketergantungan Anda kepada Allah.

    Dalam menghadapi kesulitan atau problem kehidupan, tentu Anda sebagai orang yang taat beragama sering berdoa agar diberi pertolongan oleh Allah. Nah, apakah Anda berdoa memohon kemudahan atas ujian itu? Ataukah Anda memohon diberi kekuatan melebihi tingkat kesulitan tersebut untuk mengatasinya? 

    Bagi orang beriman, doa merupakan ritual yang sangat penting artinya. Melalui doa inilah seseorang menghubungkan dirinya dengan Tuhannya, untuk menyampaikan aneka permohonan. Lewat doa ini pula seseorang bisa mendapatkan ketenteraman dan ketenangan hati, saat ia sedang menghadapi segala bentuk pikiran dan perasaan negatif. Misalnya kegelisahan, keresahan, kebimbangan, kesedihan, maupun kegalauan. 

    Dalam doa tersebut seseorang  kerapkali meminta kepada Tuhan untuk diberi kemudahan dalam melaksanakan berbagai urusan. Sementara pada kesempatan lainnya, doa dipanjatkan untuk mendapatkan kekuatan dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian hidup. Di antara dua model permintaan tersebut, sesungguhnya memiliki dalil masing-masing. Akan tetapi, keduanya menghasilkan efek psikologis yang berbeda. Seperti apa kemungkinan efek psikologis yang ditimbulkan? Simak tulisan berikut!

    Berdoa Memohon Kemudahan?

    Saya pernah membaca postingan format doa seperti berikut:

    "Ya Allah berikanlah kepada hamba kemudahan dalam menjalani semua ini.. Hindarkan hamba dari hal-hal yang memberatkan, ya rabb. Karena hamba adalah makhluk yang lemah tak berdaya. Semoga esok hamba bisa menyelesaikan semua masalah ini dengan baik. Amin" 

    Pernahkah Anda berdoa dan meminta kepada Allah hal seperti di atas? Kalau iya, berarti Anda boleh merenungkannya kembali. Apakah salah berdoa untuk memohon suatu kemudahan setelah Anda ditempa kesulitan yang bertubi-tubi? Tidak. Tidaklah salah jika kita memohon seperti itu. Doa seperti itu baik. Semua doa adalah baik selama tidak bertujuan untuk kejahatan. 

    Akan tetapi kalau ada yang lebih baik, kenapa kita tidak mengamalkannya? Yang pasti, doa merupakan media penghambaan kita kepada Allah, Tuhan semesta alam. Di saat kita berdoa, ada rasa kepasrahan yang dapat menimbulkan sugesti untuk mencapai GOAL yang kita harapkan. Nah, disinilah sisi lain - kalau enggan berkata kelemahan - dari doa [minta kemudahan] itu. Mari kita renungkan bersama... Jika kita minta [kemudahan]:

    Kepasrahan akan muncul. Sugesti juga akan timbul. Tapi mindset kita akan mengharap dan menunggu adanya kemudahan, kemudahan, dan kemudahan. Jika kemudahan tak kunjung datang, sugesti berangsur-angsur hilang.

    Kepasrahan muncul. Demikian juga sugesti yang hadir membarenginya. Bagusnya, jika kita sedang down, berada di titik bawah yang ekstrem, kita tetap bisa memainkan mindset yang super canggih bahwa kita adalah orang yang kuat. Seberat apapun beban yang ditimpakan kepada kita, kita akan berpikir kalau kita pasti bisa mengatasinya karena kita bersabar. Dan, orang bersabar bersama dengan Allah selalu. Kita pun yakin, Allah hanya memberi tingkat kesulitan sesuai limit kemampuan hamba-Nya.

    Benar, ada beberapa doa agar segala urusan dimudahkan oleh Tuhan. Salah satunya,  رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي  وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي  "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (Qs. Thaha : 25-28).

    Ini adalah doa Nabi Musa a.s. tatkala menghadapi kekuatan Fur'aun. Pada lafal doa tersebut, Nabi Musa memohon diberi kemudahan urusannya untuk menghadapi kekuatan Fir'aun. Nabi Musa a.s. memohon kemudahan, namun yang beliau minta adalah kefasihan bahasa menghadapi Fur'aun sebab lidah beliau kurang fasih.

    Nabi Musa menjawab: "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku. Mudahkanlah urusanku. Lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka memahamiku. Jadikanlah seorang dari keluargaku sebagai pembantuku. Dialah Harun saudaraku". (QS 20:26-29)

    Gejala-gejala yang disebutkan seperti berat mulut, berat lidah dan kekakuan lidah diyakini merupakan indikasi gagap bicara yang dialami Nabi Musa pada masa itu. Begitu terganggunya Nabi Musa oleh gagap yang dideritanya, sampai-sampai harus menunjuk Harun, adiknya sebagai juru bicara (pembantu).

    Ternyata Nabi Musa a.s. memohon diberi kemampuan dan kelapangan dada, kemudahan dalam urusan menghadapi Fir'aun dengan kemampuan logika dan retorika. Bukan memohon diturunkan kemampuan Fir'aun. Akhirnya, Allah memberi kemampuan kepada Nabi Musa a.s. dengan mukjizat.

    Berdoa Memohon Kemampuan?

    Apapun doa yang kita sampaikan kepada Tuhan, pada prinsipnya baik. Bisa berupa kemudahan urusan atau kemampuan mengatasi kesulitan Namun, dari sisi logika atau akal sehat, doa yang minta untuk diberi kemudahan dan doa yang minta diberi kekuatan memiliki dampak psikologis yang berbeda pada diri kita. Mari kita renungkan bersama!

    1. Tingkatkan kesabaran

    Jika Anda merasa lemah, sedangkan yang Anda hadapi termasuk beban dan kesulitan yang berat maka ingat tulisan sebelumnya! Bahwa kesulitan menghendaki kesabaran. Sedangkan kesabaran adalah sarana memperoleh banyak kebaikan. 

    "Ya Tuhan kami, tuangkan lah kesabaran atas diri kami, dan kokohkan lah pendirian kami dan tolong lah kami terhadap orang-orang kafir." (Qs. Al-Baqarah: 250).

    Kesabaran menghadapi beratnya kesulitan agar membuat orang berdoa lebih tangguh secara mental menghadapi ujian itu. Kesabaran itu lebih dekat pertolongan Allah. Meningkatkan kesabaran merupakan karakter orang beriman. Hal ini diketahui dari Qs. Ali 'Imran ayat 200.

    "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah (tingkatkanlah) kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung"

    2. Tingkatkan Kemampuan

    Mohon peningkatan kemampuan kepada Allah dan berikhtiar meningkatkan skill dan kompetensi diri melebihi tingkat kesulitan yang Anda hadapi. Hal ini akan menstimulir kemampuan mengatasi kesulitan serta menaikkan derajat di atas rata-rata.

    Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami apa yang tak sanggup kami menanggungnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. Al-Baqarah; 286).

    Oleh karena itu, kita tidak mengapa berdoa begini: "ya Allah, jika ujian ini berat maka berikan kemampuan melebih beratnya ujian itu agar aku bisa menyikapi dengan tepat dan dapat mengatasinya". Atau "ya Allah, jangan Engkau memberi beban tanggung jawab kepada kami sebelum Engkau terlebih dahulu memberi kemampuan untuk pantas memikul beban tanggung jawab itu".

    Format doa seperti ini diyakini akan memberi pengaruh psikologis bagi yang berdoa untuk lebih tangguh menghadapi ujian. Mengerahkan seluruh potensi yang ia miliki. Dengan begitu, maqam (level)nya akan naik lebih tinggi. 

    Analisis

    Kesulitan itu merupakan selisih antara tingkat kemampuan dengan tingkat kerumitan suatu pekerjaan. Jika tingkat kemampuan seseorang lebih rendah daripada tingkat kerumitan suatu urusan maka itu disebut sulit. Sebaliknya, jik tingkat kemampuan seseorang lebih tinggi daripada tingkat kerumitan suatu urusan maka itu disebut mudah.  

    Jika seorang hamba memohon kemudahan melulu maka itu sah-sah saja. Namun cara pandang seperti ini akan menuntun dia bahwa doa yang berisi permintaan untuk diberi kemudahan mengandung makna bahwa masalah atau kesulitan itulah yang menjadi prioritas untuk diminimalkan oleh Tuhan. Sehingga, kemampuannya yang ada saat ini bisa mengatasinya. Ada yang memandang bahwa ini sama saja, meski tidak disadari, membiarkan kemampuan atau kesanggupan kita tidak bertambah, alias begitu-begitu saja dari waktu ke waktu.

    Akan tetapi, tak perlu heran jika orang yang doanya selalu meminta kemudahan, hanya akan diberi oleh-Nya tugas-tugas kecil yang tidak akan mengantarkannya menjadi pribadi yang tumbuh dan besar. Standar kemampuan yang tetap dimohonkan agar tidak ada tingkat kesulitan hidup lebih dari itu. Singkatnya, ujian yang ringan-ringan saja. Kalau bisa bebas tes saja. Padahal hidup ini adalah ujian. 

    Tentu menjadi berbeda jika doa yang kita haturkan kepada Tuhan berisi permintaan untuk diberi kekuatan. Doa semacam ini mengandung kesan bahwa kekuatan atau ketangguhan itulah yang menjadi prioritas untuk kita tingkatkan dari waktu ke waktu. Sehingga, masalah atau kesulitan yang meningkat sekalipun, tidak akan menurunkan nyali dan optimisme kita untuk menghadapinya.

    Melalui doa semacam itu, terbuka kemungkinan bagi siapapun untuk menerima amanah atau tanggung jawab yang jauh lebih besar, yang memungkinkan kapasitas dirinya tumbuh dan berkembang menjadi semakin hebat. Maka lihatlah orang-orang di sekeliling Anda. Adakah di antara mereka yang tidak sanggup mengelola urusan yang kecil dan sederhana, pada akhirnya dipercaya Tuhan untuk mengelola urusan yang lebih besar dan lebih kompleks?  

    Atas dasar logika tersebut, menjadi lebih baik bila kita lebih sering meminta kekuatan daripada kemudahan. Khususnya bila kita menginginkan hidup kita terus tumbuh dan berkembang serta lebih maju. Atau jika kita ingin menjalani peran dan tugas kehidupan yang lebih besar dalam rangka menebar manfaat yang lebih luas.

    Saudaraku! Soal ujian Anak SD mungkin memang sangat mudah bagi siswa sekolah menengah. Apalagi bagi mahasiswa. Apakah kita mengharapkan soal anak SD hingga kita lulus menjadi sarjana. Tentu Anda malu sendiri, kan? Nah, kalau begitu, teruslah mengasah kompetensi dan kemampuan Anda agar Anda layak menerima ujian yang lebih tinggi yang mengantar pada maqam (level) yang lebih tinggi pula.

    Bila Anda berkesempatan menjadi lebih hebat dengan anugerah kekuatan yang Tuhan percayakan kepada Anda, mengapa Anda lebih memilih untuk selalu dimudahkan oleh-Nya dengan tugas-tugas kecil dan ringan? Padahal, bukankah orang-orang yang diberi kemampuan yang lebih bisa dengan mudah mengatasi pekerjaan yang lebih besar pula? Keuntungan yang didapat sekaligus, yaitu kemampuan diri bertambah dan maqam-nya meningkat disertai pahala yang lebih besar karena peran dan manfaat hidupnya lebih besar. Dengan kemampuan lebih yang diberikan Allah, pekerjaan yang dianggap sulit oleh orang lain menjadi mudah bagi orang dianugerahi kemampuan.Semoga! Keep spirit and change your life!

    Catatan Akhir

    Ada dua cara untuk mengatasi problematika kehidupan kita. Pertama, dengan menurunkan tingkat kesulitan daripada problem itu sendiri. Kedua, dengan jalan meningkatkan kualitas pribadi kita. 

    Pada prinsipnya keduanya tidak ada masalah, namun masing-masing mempunyai efek psikologis. Berdoa meminta kemudahan berarti kita telah berupaya untuk menurunkan standar kesulitan problematika atau ujian itu. Dan, seperti itu pula kualitas ikhtiar ketaatan kita.

    Jikalau kita diberikan kemudahan, berpotensi kita tidak akan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih tangguh. Karena jelas, kita dapat mengatasi problem tersebut sebab memang tingkat kesulitannya yang rendah. Padahal, standar masalah bertujuan mengukur standar kualitas iman dan ikhtiar seseorang.

    itu tentu tidak sama ketika seseorang memohon peningkatan standar kemampuan. Berdoa meminta kekuatan dan kemampuan tidak berarti kita bermaksud menurunkan standar kesulitan problematika. Tapi justru, kita telah memohon dan berupaya meningkatkan kualitas pribadi dalam diri kita. Dengan tingkat kesulitan yang tetap tinggi, jika kita bisa mengatasinya itu berarti kita telah melampaui standar pribadi kita yang sebelumnya. 

    Pada fase ini telah terjadi upgrading pada diri kita. Kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan tahan tempaan! Sekarang sudah tahu kan bedanya? Prefer yang mana? Kemudahan atau Kekuatan? Andalah yang berhak memilih. Meminta kekuatan bukan berarti tidak mengakui kelemahan diri kita, tapi justru kita meyakini bahwa Allah maha Pemberi kekuatan. Berapapun limit kemampuan yang Allah berikan maka pada titik itu pula batasnya Dia meminta pertanggungjawaban, sebab Dia membebani tanggung jawab melampaui batas maksimum kemampuan hamba-Nya.

    Wallahu A'lam bish-shawab