Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar
Manggarupi-Gowa, 26-04-2021
PENDAHULUAN
Setiap manusia bergerak mencari dan berharap mendapatkan sakinah (ketenangan jiwa). Banyak yang berburu harta, tahta, dan wanita demi mendapatkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan. Akan tetapi, ternyata apa yang mereka buru seolah bayang-bayang yang tidak berwujud. Akhirnya, mereka kecewa. Lalu, di mana sakinah itu berada?
Pada tulisan ini, kita akan menemukan dua diantaranya yang menjadikan sumber ketenangan jiwa (sakinah), yaitu Al-Qur'an dan iman. Sesungguhnya sumber sakinah itu dari Allah. Dia menurunkan sakinah ke dalam jiwa orang senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur'an dan merawat imannya.
MAKNA SAKINAH
Menurut al-Jurjani, sakinah adalah adanya ketenteraman dalam hati pada saat datangnya sesuatu yang tidak diduga, dibarengi satu nur (cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan dan ketenteraman pada yang menyaksikannya, dan merupakan keyakinan berdasarkan penglihatan (ain al-yaqin). Ada pula yang menyamakan sakinah dengan kata rahmah dan thuma'ninah, artinya tenang dan tidak gundah dalam melaksanakan ibadah.
Ketenangan jiwa dapat memupuk rasa kasih sayang antara suami dan istri. Agar pernikahan tenang, suami hendaknya mampu meredam kecemasan istri, juga sebaliknya. Istri yang menyejukkan hati suami akan mampu menumbuhkan ketenangan. Ketenangan jiwa dapat menumbuhkan rasa tegar ketika ujian pernikahan datang melanda. Kabar baiknya, pernikahan yang berhasil menggapai sakinah akan dapat menumbuhkan anak-anak yang mampu memberikan nuansa kebahagiaan dalam rumah tangga.
Menggapai sakinah memang tidak mudah. Suami dan istri harus belajar untuk saling mengalah, setia, dan memahami. Butuh kesabaran yang selalu ditambahkan. Mengenai hal ini, ada baiknya kita meneladani nasihat Abu Darda' dalam menggapai sakinah. Suatu ketika, Abu Darda' pernah menasihati istrinya, "Apabila kamu melihatku marah, segeralah maafkan aku. Dan jika aku melihatmu marah, aku pun segera memaafkan Anda. Jika tidak demikian, kita tidak akan bersama."
Menggapai sakinah merupakan tujuan pertama dan utama dalam pernikahan. Dengan rasa sakinah, kita dapat bersama-sama beribadah, mesra dalam memerlukan ketaatan kepada- Nya. Pada muaranya, semangat beribadah akan tumbuh sehingga pasangan jiwa dapat menjadi penyempurna iman dan Islam.
AL-QUR'AN SUMBER SAKINAH
Pasangan suami-istri itu sepakat menikah dan membentuk keluarga tujuannya adalah mewujudkan keluarga sakinah. Para tamu dan undangan yang hadir dalam pesta pernikahan pun mendoakan agar pasangan penganten itu kelak meraih sakinah. Di undangan pun tertera doa itu dan QS ar-Rum: 21 sebagai dalil yang menyertainya.
Hal itu menunjukkan bahwa sakinah merupakan tujuan pokok dari ikatan pernikahan. Secara bahasa, sakinah memiliki arti kedamaian, tenang, tenteram, dan aman. Allah Swt. berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antar kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS ar-Rum: 21).
Bagaimana memperoleh sakinah itu?Nabi Muhammad Saw. menyebutkan sejumlah keutamaan membaca Al-Qur'an. Salah satunya, membaca Alquran dan saling mengajarkannya yang akan mendapat cucuran rahmat.
Dalam sebuah hadis disebutkan:
عَن اَبيِ هُرَيَرةَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُ أنَ رَسُولَ اللٌهِ صَلَيِ اللٌهٌ عَلَيهِ وَسَلَم قَالَ مَا اجٌتَمَعَ قَومُ فيِ بَيتٍ مِن بُيُوتِ اللٌهِ يَتلُونَ كتَابَ اللٌهِ وَيَتَدَا رَسُونَه فِيمَا بَيْنَهُم إلا نَزَلتْ عليْهمُ السَكِينَةُ وَغَشِيتهُمُ الرَّحمةُ وَحَفَتهمُ الملآئكةُ وَذَكَرَهُمُ اللٌهُ فِيمَن عِندَهُ. (رواه مسلم وابو داوود)
Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di antara mereka, melainkan diturunkan ke atas mereka sakinah, rahmat menyirami mereka, para malaikat mengerumuni mereka, dan Allah Swt. menyebut-nyebut mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisinya.” (HR Muslim dan Abu Dawud).
Menurut Maulana Zakariya Al Khandahlawi dalam kitabnya yang berjudul Fadhilah Amal, hadis ini menerangkan keutamaan khusus madrasah-madrasah dan pondok pesantren yang memiliki berbagai kemuliaan. Setiap kemuliaan itu memiliki derajat sangat tinggi sehingga jika seseorang menghabiskan umurnya untuk mendapatkan suatu kemuliaan saja, itu pun masih murah dan sangat banyak nikmat yang diperolehnya. Khususnya keutamaan terakhir, yaitu akan disebut-sebut di majelis Allah. Disebutnya nama kita di majelis Kekasih kita merupakan nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan apa pun.
Mengenai turunnya sakinah telah banyak disebutkan dalam berbagai riwayat. Ulama hadits telah banyak menjelaskan penafsirannya, tetapi tidak ada pertentangan di antara perbedaan mereka, bahkan jika disatukan, akan memiliki maksud yang sama.
Ali r.a. menafsirkan sakinah adalah sejenis udara khusus yang mempunyai wajah manusia. Suji rah.a. berpendapat bahwa sakinah adalah nama sejenis mangkuk di surga yang terbuat dari emas yang digunakan untuk mencuci hati para Nabi.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sakinah adalah suatu rahmat khusus. Thabrani r.a. mendukung pendapat yang mengatakan bahwa sakinah adalah ketenangan hati. Sebagian lagi menafsirkan sakinah sebagai kedamaian. Pendapat lain menyebutkan sakinah sebagai kewibawaan. Yang lainnya lagi menafsirkan sakinah adalah malaikat. Selain itu, masih banyak penafsiran lainnya.
Hafizh Ibnu Hajar rah.a. menulis dalam Fathul-Bari bahwa arti sakinah mencakup semua yang telah disebutkan di atas. Imam Nawawi rah.a menafsirkan bahwa sakinah adalah gabungan antara ketenangan, rahmat, dan lain-lainnya, yang diturunkan bersama malaikat.
Allah Swt. berfirman: “Maka Allah menurunkan sakinah-Nya ke atasnya.” (QS at-Taubah [9]:40).
Dalam ayat yang lain disebutkan:“Dialah yang menurunkan sakinah ke dalam hati orang-orang yang beriman.” (QS al-Fath [48]:4)“… Di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabbmu…” (QA al-Baqarah [2]:248)
Menurut Maulana Zakariyya, ternyata banyak sekali ayat Alquran dan hadits yang menyebutkan kabar gembira itu. Diriwayatkan dalam kitab Ihya bahwa Ibnu Tsauban r.a. pernah berjanji kepada saudaranya bahwa ia akan berbuka shaum bersama, tetapi ternyata ia baru tiba keesokan paginya.
Ketika saudaranya menanyakan penyebab keterlambatannya, Ibnu Tsauban menjawab, “Seandainya bukan karena janjiku kepadamu, tentu aku tidak akan membuka rahasia keterlambatan aku ini. Kejadiannya adalah sebagai berikut. Tanpa disengaja aku telah terlambat hingga waktu Isya. Setelah shalat Isya aku merasa bahwa aku harus shalat witir karena aku tidak tenang jika kematian datang pada malam itu dan hal itu akan menjadi sisa tanggung jawabku. Ketika aku sedang membaca do’a qunut, terlihat olehku sebuah taman surga hijau yang dipenuhi berbagai jenis bunga. Demikian asyiknya aku memandang taman itu sehingga tanpa terasa tibalah waktu subuh.”
Menurut Maulana Zakariya, kisah seperti di atas juga telah banyak terjadi pada alim ulama kita dahulu. Namun, hal itu akan diperoleh jika telah terputus hubungan dengan segala sesuatu kecuali dengan Allah semata serta dengan ber-tawajuh secara sempurna kepada-Nya.
Mengenai ‘malaikat yang datang mengelilingi’, banyak riwayat yang menjelaskan hal itu. Demikian juga mengenai kisah Usaid bin Hudhair RA telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab hadits, yaitu ketika ia sedang membaca Alquran, ia merasa ada segumpal awan mendekatinya.
Ketika hal itu ditanyakan kepada Nabi SAW, beliau bersabda, “Itu adalah para malaikat yang datang untuk mendengarkan bacaan Alquran. Begitu banyak malaikat yang datang sehingga terlihat seperti kumpulan awan.”
Suatu ketika, seorang sahabat merasakan ada awan yang mengiringinya maka Rasulullah Saw. bersabda, “Itu adalah sakinah,” yaitu rahmat yang diturunkan karena bacaan Alquran.
Dalam Shahih Muslim, hadis ini diriwayatkan dengan lebih jelas lagi. Kiamat terakhir dari hadits tersebut adalah:
“Siapa yang karena kemaksiatannya menjauhkan ia dari rahmat Allah maka kemuliaan keturunannya tidak dapat mendekatkan dirinya kepada rahmat Allah.”
Orang yang mulia nasabnya tetapi sering berbuat dosa dan maksiat tidak dapat disamakan di hadapan Allah dengan orang yang hina nasabnya tetapi bertakwa kepada Allah. Alquran menyebutkan:
‘….Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa…” (QS al-Hujarat [49]:13.
IMAN SUMBER KETENANGAN
Iman adalah salah satu sumber ketenangan jiwa (sakinah). Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur'an Surat Al-Fath ayat 4.
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana'.,
Tafsir Al-Qur'an Surat Al-Fath Ayat 4: Dia-lah Allah Yang menurunkan ketenangan pada hati orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya di hari Hudaibiyah, hati mereka pun menjadi tenang, keyakinan bersemayam kokoh didalamnya, agar pembenaran mereka kepada Allah dan sikap mereka mengikuti Rasul-Nya semakin bertambah di samping pembenaran dan sikap mengikuti mereka yang sudah ada. Hanya milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, yang dengan mereka Allah memenangkan hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah Maha Mengetahui kebaikan hamba-hamba-Nya, Maha Bijaksana dalam pengaturan dan penciptaanNya.
Dalam Tafsir Al-Muyassar/Kementerian Agama Saudi Arabia disebutkan, Allah lah yang menurunkan keteguhan dan ketenangan di dalam hati orang-orang yang beriman supaya keimanan mereka bertambah lebih dari keimanan mereka sebelumnya, dan hanya milik Allah sajalah tentara langit dan bumi, dengannya Allah menguatkan hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui maslahat para hamba-hamba-Nya dan Maha Bijaksana dalam memberikan pertolongan dan keteguhan.
Senada dengan itu, dalam Tafsir Al-Mukhtashar /Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) dijelaskan, Allah yang menurunkan ketentraman ke dalam hati para sahabat pada perang Hudaibiyah, agar keyakinan mereka semakin bertambah. Dan milik Allah pasukan di tujuh langit dan bumi yang berupa para malaikat, jin, gunung berapi, air yang menenggelamkan, dan lain sebagainya yang dapat dikerahkan untuk menolong agama-Nya. Allah Maha Mengetahui segala keadaan makhluk-Nya dan Maha Bijaksana dalam mengatur urusan mereka. Allah mengatur semua ini untuk memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga-surga selamanya yang di dalamnya terdapat sungai-sungai mengalir di bawah pepohonannya, dan untuk mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. Kedudukan mulia di sisi Allah ini merupakan kemenangan yang besar. Dan agar Allah dapat meng-azab orang-orang munafik dan musyrik yang selalu berprasangka buruk kepada Allah dengan menyakini bahwa Allah akan menghinakan orang-orang beriman dan membiarkan ganimah bagi orang-orang kafir, maka siksaan Allah hanya akan menimpa mereka. Allah murka terhadap mereka akibat kekafiran yang mereka lakukan, dan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya, serta menyiapkan neraka Jahannam bagi mereka, sungguh itu adalah seburuk-buruk tempat.
PENUTUP
Setelah kita menyadari bahwa tujuan kita adalah mencari dan mewujudkan sakinah (ketenangan jiwa) maka kita telah mengetahui bahwa membaca, menghayati, dan mengamalkan Al-Qur'an dan merawat iman sebagai sumber sakinah maka semestinya kita amalkan hal tersebut. Yaitu terus menerus berinteraksi dengan Al-Qur'an dan merawat iman kita.
Wallahu A'lam
0 komentar