BLANTERORBITv102

    MISTERI ISRA' & MI'RAJ

    Jumat, 12 Maret 2021

    Penulis: Muhammad Yusuf

    Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar

    Samata-Gowa, 11-03-2021

    Pendahuluan

    Hari ini kamis tanggal 11 Maret 2021 bertepatan 27 Rajan 1442 H. Salah satu hari libur Nasional berdasarkan kalender yang digunakan pemerintah. Libur hari dalam rangka peringatan hari besar Islam (PHBI). Penetapan tanggal 27 Rajab merujuk kepda.pendapat ulama yang berpendapat demikian  antara lain Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj   terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Meskipun demikian, masih ada pendapat yang berbeda dengan itu.

    Karena hari ini bertepatan tanggal 27 Rajab maka saya menuliskan satu catatan tentang Isra' dan Mi'raj. Biasanya Isra' dan Mi'raj diperingati di masjid dengan serangkaian cara. Yang menarik selain kisah dan hikmah peringatan Isra' dan Mi'raj adalah menu makanan yang disiapkan oleh ibu-ibu. Makan bersama usai selesai rangkaian acara. Namun, kegiatan ini di tahun ini saya peringati dengan menulis.

    Latar belakang Isra dan Mi'raj

    Tahun itu disebut sebagai Tahun Kesedihan bagi Rasulullah, karena Isteri tercinta dan Paman terkasihnya meninggal dunia. Rasulullah tak memiliki lagi pendamping yang begitu setia dan taat menemaninya dalam berdakwah, serta tak lagi memiliki seorang pelindung yang mampu menjaminnya di antara kaum Quraisy. Dalam keadaan duka yang mendalam, Allah Swt. mengutus malaikat Jibril AS datang menemui Rasulullah. Jibril diutus Allah untuk membelah dada Rasulullah dan membersihkan hati beliau, sebelum beliau menjalani perjalanan spiritual yang bernama Isra’ dan Mi’raj ini.

    Cara Pandang: Abu Bakar vs Abu Jahal

    Cara pandang Abi Bakar sangat kontras dengan Abu Jahal. Abu Bakar menerima dengan pendekatan spritual. Pendekatan spritual dan  imani mampu menembus hakikat dan ma'rifat. Sedangkan Abu Jahal menolak dengan pendekatan rasional. Pendekatan rasionalnya lepas dari tuntunan wahyu. Padahal sesungguhnya peristiwa Isra dan Mi'raj adalah peristiwa yang supra-rasional, yang melampaui kalkulasi rasionalitas manusia. Di sinilah kegagalan logika Abu Jahal untuk menjangkau kebenarann peristiwa Isra dan Mi'raj.

    Perjalanan spiritual beliau ini tak dapat diterima oleh kaum Quraisy pimpinan Abu Jahal. Mereka semua mengatakan Rasulullah sudah gila saat beliau menceritakan tentang peristiwa tersebut. Kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Abu Bakar, sang Sahabat sejati, yang selalu membenarkan dan mempercayai Rasulullah, apapun yang beliau kerjakan dan katakan. Padahal, dari peristiwa Isra’ Mi’raj inilah, Rasulullah membawa sebuah pesan dari Allah, yaitu perintah Shalat yang awalnya 50 kali dalam sehari, kemudian karena begitu Maha Pemurah dan Pengasih-Nya Allah, maka menjadi 5 kali dalam sehari. Dan jika sampai detik ini masih ada di antara kita yang tak mau menjalankan sholat fardhu 5 kali dalam sehari ini, sungguh merugi-lah, dan betapa memalukan sekali hal tersebut.

    Isra' dan Mi'raj

    Peristiwa agung tersebut dibagi ke dalam dua sesi, yaitu sesi isra' dan sesi mi'raj. Rute perjalanan horizontal dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem Palestina. Sedangkan rute perjalanan Mi'raj (vertikal) yaitu perjalanan dengan rute dari Masjidil Aqsa di Yerusalem Palestina ke Sidratul Muntaha.Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.

    1. Isra’

    Isra' adalah sebuah perjalanan dimana Rasulullah dinaikkan oleh Jibril a.s. pada sebuah kendaraan bernama Buraq, yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, dan sekali langkahnya adalah sejauh pandangan mata. Saat perjalanan Isra’ ini adalah saat dimana Rasulullah diberangkatkan dari Masjidil Haram untuk menuju ke Masjidil Aqsha.

    Rasulullah menaiki Buraq ditemani Jibril AS di sisi kanan, dan malaikat Mikail di sisi kiri. Dalam perjalanan ini, Rasulullah berhenti di beberapa tempat, seperti di Madinah, dimana nantinya beliau akan berhijrah ke sana, kemudian di Bukit Thur Saina, tempat nabi Musa AS berbicara dengan Allah, lalu juga di Bait Lahm (Betlehem), tempat dimana nabi Isa AS dilahirkan.

    Dalam perjalanan juga, Rasulullah menemui banyak pemandangan yang membuat beliau Saw. terheran-heran dan menanyakan setiap apa yang dipandangnya tersebut kepada Jibril AS. Beberapa pemandangan itu adalah sebuah balasan yang akan diterima oleh umat manusia tentang apa yang telah mereka lakukan atau perbuat selama hidup di dunia. Rasulullah juga mencium wangi Masyithah yang sangat menusuk hidung, karena wanita itu dan anak-anaknya rela masuk ke dalam timah panas Fir’aun tersebab dia tak mau mengikuti perintah Fir’aun untuk menyekutukan Allah. Berbagai pemandangan tersebut, ada pemandangan indah yang merupakan sebaik-baik balasan bagi umat manusia yang mengerjakan amal kebaikan karena Allah Swt. dan ada pemandangan buruk yang merupakan seburuk-buruk balasan bagi umat manusia yang mengingkari perintah Allah Swt.

    Kemudian perjalanan Isra’ berakhir saat Rasulullah tiba dan mendarat di Baitu al-Maqdis (Baitul Maqdis), atau Masjidil Aqsha. Dari sini lah, beliau Saw. akan menjalani sebuah perjalanan menuju langit ketujuh, yang disebut Mi’raj.

    2. Mi’raj

    Adalah sebuah perjalanan spiritual Maha Dahsyat yang dikaruniakan Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. dari Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha menuju langit ketujuh, sampai bertemu dengan Allah Swt. Kondisi Rasulullah saat itu adalah dengan badan dan jiwa atau ruh yang masih utuh, sehingga beliau dalam keadaan hidup, tidak sedang bermimpi maupun telah meninggal dunia.

    Dalam perjalanan ini, Rasulullah Saw. ditemani oleh Jibril AS sampai ke langit ketujuh saja, karena Jibril AS yang diriwayatkan memiliki 600 sayap itu tak mampu lagi menemani Rasulullah untuk naik lebih tinggi, menuju Sidratul Muntaha untuk bertemu Allah Swt. saat beliau berada di sebuah tempat di surga bernama Muntawa. Dan di situlah Rasulullah Saw. kemudian mendapatkan perintah shalat fardhu, yang awalnya berjumlah 50 kali sehari semalam, kemudian atas izin Allah Swt. berubah menjadi 5 kali sehari semalam untuk meringankan umat Islam, sampai detik ini.

    Rasulullah naik sebuah tangga bernama Mi’raj menuju langit pertama, dimana beliau Saw. bertemu nabi Adam AS, dan mendapatkan restu dari Bapak umat manusia tersebut. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa dalam setiap tindakan atau langkah yang hendak kita ambil, haruslah kita meminta restu terlebih dahulu kepada orang tua kita.

    Di langit kedua, Rasulullah disambut oleh nabi Isa AS dan nabi Yahya AS. Kedua nabi tersebut memberikan doa restu kepada Rasulullah, dan Rasulullah kemudian melanjutkan perjalanan menuju langit ketiga, dimana beliau bertemu dengan nabi Yusuf AS yang sangat rupawan parasnya. Di langit ketiga ini, Rasulullah juga mendapatkan doa dari nabi Yusuf dan beliau Saw. kemudian naik lagi ke langit keempat.

    Di langit keempat, beliau Saw. bertemu dengan nabi Idris AS yang dikaruniai kecerdasan amat tinggi oleh Allah Swt. Kemudian di langit kelima, Rasulullah Saw. bertemu dengan nabi Harun AS, mendapat doa restu dan naik lagi ke langit keenam, dan bertemu serta mendapat doa restu dari nabi Musa AS. Nah, disinilah beliau Saw. terheran-heran karena nabi Musa menyambutnya dengan tangisan yang amat tersedu-sedu. Setelah ditanya Jibril AS, nabi Musa menjawab, bahwa dirinya tak mengira Allah akan mengutus nabi akhirul zaman setelahnya, dan memiliki pengikut yang lebih banyak pula. Beliau merasa sangat bahagia.

    Terakhir, setelah mendapat doa restu dari nabi Musa AS, beliau Saw. dan Jibril AS naik ke langit ketujuh, dan bertemu dengan nabi Ibrahim AS yang mendapat julukan Bapak para Nabi. Nabi Ibrahim sedang bersandar pada Baitul Makmur, yaitu masjid para Malaikat. Dan di langit ini, beliau Saw. mendapatkan nasehat dari nabi Ibrahim, bahwa hendaknya Rasulullah memerintahkan umatnya untuk memperbanyak menanam tanaman surga dengan bacaan Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzim.

    Dalam perjalanan di Sidratul Muntaha, Jibril AS melepaskan Rasulullah Saw. untuk naik lebih tinggi lagi tanpa ditemani olehnya, dan disinilah beliau Saw. dapat melihat rupa asli Jibril. Kemudian beliau naik lebih tinggi dan dapat melihat telaga Al-Kautsar yang sungguh tak dapat dilukiskan lagi betapa rupawan dan eloknya, telaga Surga ini.

    Terakhir, beliau Saw. bertemu dengan Allah Swt. dan bercakap-cakap langsung. Mendengar percakapan Allah dengan hamba tercintaNya ini, semua penghuni langit langsung bersyahadat, mengagungkan Asma Allah dan Rasulullah Saw.

    Itulah kisah perjalanan spiritual Maha Dahsyat yang Allah Swt. karunia-kan kepada hamba-Nya Rasulullah Saw. karena tingginya kedudukan beliau di sisi-Nya, sekaligus sebagai penghiburan atas kesedihan Rasulullah dalam perjuangan dakwah beliau.  

    Penutup

    Bukanlah informasi Isra' dan Mi'raj yang bermasalah. Namun, yang bermasalah adalah cara pandang dan pendekatan yang digunakan untuk memahaminya. Sebuah peristiwa yang supra-rasional seperti Isra' dan Mi'raj itu melampaui takaran logika manusia. Ruang yang lebih kecil tidak menampung sesuatu yang lebih besar daripada kapasitas ruang itu.

    Logika atau rasio yang digunakan Abu Jahal untuk menerima peristiwa Isra' dan Mi'raj tidak setara. Bukan peristiwanya yang bermasalah, tapi logikanya yang kekurangan daya muat. Ibarat Abu Jahal menyiapkan timbangan berkapasitas kecil untuk menimbang barang dalam takaran kontainer maka timbangannya tak mampu. 

    Sedangkan Abu Bakar ash-Shiddiq yang menggunakan pendekatan iman langsung menerima. Daya tampung iman itu lebih besar daripada peristiwa Isra' dan Mi'raj. Itu sebabnya, ketika Abu Bakar menerima informasi tentang Isra' dan Mi'raj seketika beliau langsung mempercayai tanpa ragu sedikit pun. Bahkan beliau mengatakan, lebih dari itu ia jika Rasulullah Saw. yang menyampaikan maka aku tetap percaya kebenarannya.

    Logika dan rasio mempunyai tempat dan wilayah kerjanya sendiri. Logika hanya mampu menjangkau kebenaran logis. Rasio akan menghasilkan kebenaran rasional. Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa peristiwa supra-rasional maka ini wilayah garapan iman. Iman akan mempersiapkan ruang yang lebih besar untuk menampungnya. Namun logika dan rasio yang dipandu oleh wahyu dan iman akan mampu menerangkan kebenaran Isra' dan Mi'raj.

    Wallahu a'lam