BLANTERORBITv102

    PEMERINTAHAN UTSMAN BIN AFFAN

    Senin, 01 Maret 2021


    Oleh Muhammad Yusuf Dosen

    UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar

    Paccinnongang-Gowa, 02--03-2021

    Pendahuluan

    Proses politik merupakan diskursus yang tidak pernah selesai dibahas. Aktivitas politik merupakan aktivitas yang dinamis. Kehidupan sosial tidak ada terpisahkan proses politik. Rasulullah Saw. seorang tokoh pemimpin politik yang paling tebal halaman sejarahnya.

    Kepribadian dan ketokohannya tidak terpisahkan. Kerasukan dan kepemimpinan politik beliau menyatu sebagai teladan. Sebagai kepala rumah tangga dan sebagai imam, kepemimpinan dalam ilmu pengetahuan dan sebagai penyampai Wahyu juga inheren dalam diri beliau.

    Tak hanya dirinya, tapi jejak kepemimpinan beliau juga turun kepada para sahabat, khususnya Khulafaur Rasyidin yang empat (Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib/. Kepemimpinan mereka merupakan hasil pengkaderan dan pendidikan politik yang mereka terima dari Rasulullah Saw. 

    Kepemimpinan mereka sebagai Khulafaur Rasyidin itu cermin kepemimpinan dan pendidikan dari Rasulullah Saw. termasuk Utsman bin Affan. Meski demikian, tentu mempunyai keistimewaan dan kelemahan. Bagi generasi penerus, sejarah kejayaan dan kemunduran hingga kejatuhan tetap penting untuk diketahui sebagai i'tibar (inspirasi).

    Utsman bin Affan

    Khalifah Usman memerintah selama 13 tahun yakni dari 644-655 M atau 23-35 H. Masa kekhalifahan Utsman bin Affan ini termasuk masa yang relatif lama.

    Dikutip dari Khulafaur Rasyidin (2019), Usman merupakan sahabat karib Abu Bakar. Lewat Abu Bakar, ia bertemu Muhammad dan masuk Islam.

    Usman bin Affan punya julukan Zunnuarain Walhijratain. Artinya memiliki dua cahaya dan dua kali hijrah.

    Ia menikahi dua putri Nabi, Rukayah dan Umi Kulsum. Usman juga dua kali hijrah yakni ke Hasby dan Madinah.

    Ia disegani karena berasal dari keturunan bangsa saudagar yang kaya raya.

    Naiknya Usman menjadi khalifah

    Usman menggantikan Umar bin Khattab menjadi khalifah yang ketiga. Namun, sebelum Umar wafat, Umar telah mengangkat enam orang formatur yang bertugas menentukan khalifah selanjutnya.

    Mereka adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqas. Keenamnya bermusyawarah untuk menentukan pengganti. Usman bin Affan dipilih karena paling senior.Ia pun dibaiat sebagai khalifah di Masjid Nabawi pada 23 H atau 644 M di usia 70 tahun. Usia yang tidak muda lagi tentunya.

    Masa pemerintahan Usman bin Affan

    Di masa pemerintahan Usman, ekspansi terus dilakukan. Atas usul Muawiyah, Usman juga membentuk armada angkatan laut.Wilayah yang dikuasai yakni 1) Afrika: Barqah, Tripoli Barat, bagian selatan negeri Nubah. 2) Asia: Armenia, Tabaristan, Amu Daria, negeri-negeri Balkha, Harah, Kabul, dan Haznah di Turkistan. 3) Eropa: Cyprus. Ia membagi kekuasaan Islam menjadi 10 provinsi dengan masing-masing amir atau gubernur.

    Kebijakan dan Capaian

    Di bawah Usman, umat Islam mengalami era paling makmur dan sejahtera. Hal ini ditandai dengan rakyatnya yang mampu naik haji berkali-kali. Bahkan budak dijual berdasarkan berat timbangannya.

    Dari aspek kemanan dan penegakan hukum, pada era kekhalifahannya, ia membangun polisi keamanan dan pengadilan. Sebelumnya, pengadilan digelar di masjid. Agar lebih tertib dan fokus maka mesti digelar di tempat yang lebih kondusif.

    Dari aspek pelaksanaan ibadah, di masa Usman, khutbah Idul Fitri dan Idul Adha didahulukan sebelum shalat. Begitu juga azan pertama pada shalat Jumat.

    Dari aspek ekonomi, ia memerintahkan tanah yang kosong untuk digarap sebagai sawah. Untuk peningkatan produktivitas pertanian, ia berjasa membangun bendungan untuk mencegah banjir dan mengairi sawah. Banyak juga jalan dan jembatan yang dibangun.

    Dari aspek sarana ibadah, Usman juga dikenang sebagai khalifah pertama yang memperbaiki dan memperluas Masjidil Haram di Mekkah di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ini dilakukan seiring banyaknya umat Islam yang melaksanakan ibadah haji sebagai rukun Islam kelima.

    Terobosan kebijakan dan prestasi Usman yang paling gemilang yakni membukukan Al-Quran. Pembukuan dilakukan karena Islam semakin luas. Ada perbedaan bacaan dan dialek dalam melafalkan Qur'an.

    Dibalik kebijakan pembukuan Al-Qur'an ada pihak yang masuk dan mengandung kemaslahatan bagi masa depan umat Isla. Orang yang pertama memperhatikan kasus perbedaan bacaan ini adalah Huzaifah bin Yaman. Huzaifah menyampaikannya kepada Usman.

    Menanggapi ini, Usman membentuk panitia pembukuan Al-Qur'an. Al-Qur'an kemudian digandakan dan dikirim ke Mekkah, Suriah, Basrah, Kufah, dan Madinah. Mushaf ini disebut Mushaf Utsmani yang dinisbatkan kepada nama Utsman.

    Akhir pemerintahan Usman bin Affan

    Pemerintahan Usman berlangsung selama dua periode, masing-masing enam tahun. Kejayaannya di periode pertama membuatnya dipilih lagi memimpin di periode kedua.

    Namun di periode kedua, terjadi perpecahan dan pemberontakan.Usman diprotes karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan diberikan kepada keluarganya dari Bani Umayyah.

    Ini menyebabkan Usman lemah di pemerintahan. Yaitu nepotisme IaIa tak dapat berbuat banyak terhadap keluarganya.

    Pada tahun 35 H atau 655 M, sekitar 1.500 orang datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Usman ini.

    Karena tak ditanggapi, protes berubah menjadi pemberontakan. Sebagian juga dihasut oleh Abdullah bin Saba', seorang Yahudi yang disebut pura-pura masuk Islam dan kerap menyebar fitnah.

    Akibatnya, rumah Usman dikepung dan ia didesak mundur sebagai khalifah. Seorang pemberontak bernama Al-Gafiqi berhasil masuk lewat atap dan membunuh Usman.Usman wafat dalam keadaan terbunuh di usia 82 tahun pada 20 Mei 656 M.

    Catatan Akhir

    Utsman mempunyai pengalaman panjang mulai dai masa Pemerintahan Rasulullah Saw hingga Umar bin Khattab. Akhirnya, ia pun diba'iat. Beberapa terobosan dan capaian selama masa kekhalifahan beliau. Namun, yang membuat kemerosotan hingga kehancuran. Pertama, nepotisme, yaiti banyaknya keluarga yang masuk kedalam sistem, Utsman pun tidak sanggup mengatasi. Faktor usia menjadi satu alasan kemunduran hingga jatuh.

    Berdasarkan dua faktor tersebut, maka nepotisme dalam pemerintahan merupakan satu kelemahan, sebab sulitnya mengendalikan dan mengaturnya. Selain itu, tentu menimbulkan rasa iri pihak lain dan akhirnya beroposisi untuk menjatuhkan. Faktor usia yang sepuh juga bisa menjadi faktor kelemahan. Idealnya, usia tua itu sudah saatnya dilanjutkan oleh kader lebih energik dengan mempertimbangkan kematangan. Wallahu a'lam bishsh-shawab


    Salam