BLANTERORBITv102

    MENDAHULUKAN YANG PRIORITAS DALAM HIDUP

    Minggu, 14 Maret 2021

     

    Penulis : Muhammad Yusuf

    Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar

    Manggarupi-Gowa, 13-03-2021


    PROLOG

    Hari ini, Senin, 13-03-2021 saya sedang menyusun beberapa rencana perkuliahan semester (RPS) genap untuk beberapa matakuliah. Di hari yang bersamaan, saya juga menguji proposal penelitian mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar bersama Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, M.A., salah seorang dosen dan guru besar yang saya kagumi, dan beberapa orang dari tim penguji lainnya. Di tengah itu, saya tetap berupaya menuliskan gagasan ini untuk para mahasiswa dan pembaca yang terhormat.

    Dalam kehidupan sehari-hari dan banyaknya kesibukan yang Anda lakoni, rasanya 24 jam saja tidak cukup. Banyak hal yang Anda lakukan dan Anda bingung harus melakukan kegiatan yang mana lebih dahulu dari sekian banyak aktivitas Anda. Hal ini terjadi karena Anda belum paham bagaimana menyusun skala prioritas yang benar.

    Skala prioritas adalah skill wajib untuk memudahkan Anda dalam bertindak dan sesuai dengan kebutuhan. Kalau besok sidang skripsi, berarti malam harinya jangan streaming film sampai larut malam. Kalau sedang menabung untuk membeli rumah atau bayar uang kuliah, berarti Anda harus kurangi jajan atau pengeluaran yang tidak perlu. Hidup itu adalah pilihan, dan dapat disimpulkan bahwa pilihan tersebut adalah prioritas Anda.

    Menentukan skala prioritas harus dimulai dari pemahaman akan hal-hal dasar yang sederhana. Steve R. Covey dalam bukunya “First Things First” menguraikan konsep manajemen prioritas berdasarkan penting dan mendesaknya suatu kegiatan.  

    MEMBANTU MAHASISWA MENEMUKAN YANG PRIORITAS 

    Para mahasiswa dan segenap pembaca yang bijaksana! Ada beberapa mahasiswa yang pernah mengeluhkan betapa mereka kesulitan mengatur waktu. Mereka tidak sempat mengerjakan tugas-tugas makalah dan projek perkuliahan mereka pada semester ganjil.

    Dengan tetap berupaya santai, saya meminta mereka satu persatu menjelaskan kesibukannya masing-masing. Dengan alasan yang terkonsep dan spontan, mereka menjelaskan. Ada yang mengatakan, saya sibuk di organisasi ekstra, ada pula yang sibuk di organisasi intra, ada yang bekerja part time  untuk menutupi biaya hidupnya demi meringankan beban orang tuanya. Ada yang ngojek, ada sopir grap, ada yang menjaga orang tuanya yang sedang dirawat di rumah sakit. Bahkan ada yang sudah punya tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga (berkeluarga). 

    Saya tetap santai. Saya kembali meminta menambah alasan mereka. Mereka semua sepakat mengatakan cukup. Saya minta mereka tidak menyela pembicaraan saya. Dan, tibalah giliran saya untuk menanggapi alasan mereka. Saya katakan, semua alasan Anda baik dan saya salut. Apalagi jika alasan itu sejujurnya. Mulailah ada satu orang seolah malu sendiri dengan alasannya. Dia sendiri tidak yakin dengan alasannya.

    Saya tidak perlu baper dengan alasan mereka. Saya malah mengatakan, jangan tinggalkan kegiatan Anda yang baik itu. Anda tidak perlu mengatur waktu. Waktu sudah berjalan demikian teratur. Coba lihat, matahari selalu terbit dan terbenam tepat waktu. Tugas kalian adalah menata kegiatan Anda, menempatkan dengan mengutamakan yang perioritas dari yang lain. Anda mengatur kegiatan itu berdasarkan waktu dan tempatnya masing-masing. Kepada mereka, saya mengajak untuk menyimak sebuah cerita yang relevan dengan masalah yang sedang mereka keluhkan. Mereka mulai tampak rileks yang semula tegang.

    Sebuah anekdot yang saya kemukakan dan berharap bisa menginspirasi dan menyorot pelajaran hidup yang penting agar kita dapat hidup secara sederhana, bahagia, dan memuaskan. Berikut adalah salah satu cerita inspiratif yang dapat memprovokasi pikiran Anda. Cerita berikut ini berbicara tentang kekuatan semangat manusia dan nilai-nilai penting yang layak dikejar.

    ANALOGI BATU, KERIKIL, & PASIR

    Pada awal kelas filsafat di sebuah universitas, professor berdiri dengan beberapa item yang terlihat berbahaya di mejanya. Yaitu sebuah toples mayonaisse kosong, beberapa batu, beberapa kerikil, dan pasir. Mahasiswa memandang benda-benda tersebut dengan penasaran. Mereka bertanya-tanya, apa yang ingin professor itu lakukan dan mencoba untuk menebak demonstrasi apa yang akan terjadi.

    Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, professor mulai meletakkan batu-batu kecil ke dalam toples mayonaisse satu per satu. Para mahasiswa pun bingung, namun professor tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu. Setelah batu-batu itu sampai ke leher tabung, professor berbicara untuk pertama kalinya hari itu. Dia bertanya kepada mahasiswa apakah mereka pikir toples itu sudah penuh. Para mahasiswa sepakat bahwa toples tersebut sudah penuh.

    Professor itu lalu mengambil kerikil di atas meja dan perlahan menuangkan kerikil tersebut ke dalam toples. Kerikil kecil tersebut menemukan celah di antara batu-batu besar. Professor itu kemudian mengguncang ringan toples tersebut untuk memungkinkan kerikil menetap pada celah yang terdapat di dalam toples. Ia kemudian kembali bertanya kepada mahasiswa apakah toples itu sudah penuh, dan mahasiswa kembali sepakat bahwa toples tersebut sudah penuh.

    Para mahasiswa sekarang tahu apa yang akan professor lakukan selanjutnya, tapi mereka masih tidak mengerti mengapa professor melakukannya. Professor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke dalam toples mayones. Pasir, seperti yang diharapkan, mengisi setiap ruang yang tersisa dalam toples. Professor untuk terakhir kalinya bertanya pada para mahasiswanya, apakah toples itu sudah penuh, dan jawabannya adalah sekali lagi : YA.

    Professor itu kemudian menjelaskan bahwa toples mayones adalah analogi untuk kehidupan. Dia menyamakan batu dengan hal yang paling penting dalam hidup, yaitu : Kesehatan, pasangan Anda, anak-anak Anda, studi And, dan semua hal yang membuat hidup yang lengkap.

    Dia kemudian membandingkan kerikil untuk hal-hal yang membuat hidup Anda nyaman seperti pekerjaan Anda, rumah Anda, dan mobil Anda. Akhirnya, ia menjelaskan pasir adalah hal-hal kecil yang tidak terlalu penting di dalam hidup Anda.

    Professor menjelaskan, menempatkan pasir terlebih dahulu di toples akan menyebabkan tidak ada ruang untuk batu atau kerikil. Demikian pula, mengacaukan hidup Anda dengan hal-hal kecil akan menyebabkan Anda tidak memiliki ruang untuk hal-hal besar yang benar-benar prioritas.

    ..... Selanjutnya,.....

    Saya meminta mereka (para mahasiswa) memaknai cerita di atas. Saya memberi tugas kepada mereka menarasikan dalam waktu 15 menit dan masing-masing membacakan. 

    Hasilnya, ternyata mereka memahami dengan baik tentang di mana kekeliruan mereka. Yaitu, mereka keliru menempatkan yang lebih penting di atas urutan yang penting dan tidak penting. Mereka menemukan diri mereka sering menghabiskan waktu untuk urusan yang tidak menjadi skala prioritasnya dan mengabaikan yang mestinya prioritasnya.

    Setelah bubar, ada juga yang jujur mengatakan alasan yang dia kemukakan hanya pembenaran atas kelalaiannya, bukan alasan yang sesungguhnya. Saya menjawab, terima kasih karena Anda berhasil menemukan kejujuran diri Anda dari balik cerita itu. 

    Mereka semua berkomitmen untuk segera menyelesaikan tugas-tugas mereka. Mereka juga berjanji akan menempatkan kuliah sebagai perioritas. Kini, mereka menjadi mahasiswa yang rajin kuliah tanpa harus meninggalkan aktivitasnya tersebut. Mereka selalu menyapa lebih awal setiap kali saya bertemu, dan mereka tampak lebih percaya diri. Mereka sesungguhnya merupakan mahasiswa yang potensial. Hanya saja, mereka butuh bantuan untuk mampu mengatur kegiatan mereka dengan menempatkan yang lebih utama dari yang lain.

    PESAN MORAL

    Terkadang kita kehilangan kesempatan untuk mengisi waktu dengan kegiatan penting dan prioritas, karena telah tersita untuk hal-hal yang tidak prioritas. Kita ibaratkan toples sebagai waktu. Sedangkan batu, krikil, dan pasir kita andaikan sebagai aktivitas. Kadang kita tidak tau persis mana yang lebih awal dimasukkan agar semua bisa masuk ke dalam toples.

    Tidak hanya mahasiswa yang mengalami hal itu. Orang yang sudah berkarir dan berkeluarga pun seringkali mengalami hal serupa. Perhatikan segala sesuatu yang penting demi kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Luangkan waktu - bukan menunggu waktu luang - untuk bersama dengan anak-anak dan pasangan Anda. Selesaikan pekerjaan Anda ketika Anda berada di kantor, jangan saat Anda sedang berkumpul dengan keluarga. 

    Dapatkan prioritas anda sekarang dan bedakan antara batu, kerikil, dan pasir. Tak jarang kita mengisi dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak begitu penting sehingga kita kehilangan kesempatan mengisi waktu dengan hal-hal yang lebih besar. Ibarat memasukkan pasir dan kerikil ke dalam toples, sehingga tidak ada ruang kosong untuk memasukkan batu.

    Dalam hidup ini, sering kita menyaksikan postingan bertajuk "quality time" di tempat rekreasi bersama keluarga utama. Padahal, bukankah semua waktu itu semestinya berkualitas untuk kita?

    Tentu saja, saya tidak mengatakan, quality time itu tidak penting. Bahkan, bukan hanya penting tapi sangat penting dan semestinya demikian. Kualitas waktu dan waktu berkualitas itu bergantung kualitas penggunaannya. Ketika Allah menyebut waktu dengan kalimat sumpah. Misalnya, 'Demi masa!' untuk menunjukkan bahwa waktu itu penting untuk diisi hal-hal yang lebih penting dan prioritas.

    Pertanyaannya, siapa yang paling berpotensi mengubah pandangan hidup Anda? Jika Anda sedang mencari satu orang yang akan mengubah hidupmu, lihatlah di cermin. Orang yang punya bayangan di cermin, dialah orangnya. Dan, itu adalah Anda. Inilah antara lain makna Qs. Ar-Ra'du (13) : 11 "... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka berikhtiar mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".

    Buat skala prioritas dalam hidup Anda. Deteksi mana yang penting dan mana yang lebih penting. Pergunakan waktumu dengan bijak. Cek dan deteksi pikiran Anda tentang prioritas. Tak perlu menunggu waktu luang, tapi luangkan waktu untuk mewujudkan yang prioritas. Bedakan antara prioritas dan keinginan. Dahulukan yang prioritas daripada yang lain. Dengan begitu, Anda lebih dekat kepada pencapaian tujuan hidup Anda.

    Wallahu a'lam.