Oleh Muhammad Yusuf
Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar
Samata-Gowa, 28-02-2021
Pendahuluan
Keberanian itu merupakan salah satu karakter dasar dan modal hidup. Keberanian dapat bertumbuh dan berkembang secara positif bila didukung oleh kebenaran dan kejujuran serta nilai-nilai luhur lainnya. Selain itu, faktor lingkungan, budaya, dan pendidikan juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Keberanian yang dikombinasikan dengan integritas adalah dasar dari karakter seorang pemimpin. Keberanian bisa menjadi kekuatan bisa pula menjadi kelemahan. Banyak orang sukses karena keberanian, sebagaimana tidak sedikit pula yang gagal karena keberanian. Itu bergantung pada penggunaannya.
Keberanian itu laksana senjata. Jika senjata itu dimiliki oleh orang yang baik maka senjatanya akan menjadi alat kemaslahatan. Demikian pula halnya dengan keberanian. Jika keberanian itu dimiliki oleh penjahat maka membahayakan. Sebaliknya, jika keberanian itu dimiliki oleh orang baik maka keberaniannya akan menjadi alat kemaslahatan. The man behind the gun.
Keberanian Umar bin Khattab juga demikian. Sebelum masuk Islam, dia sangat diperhitungkan. Itu sebabnya, Nabi Saw. pernah mendoakan khusus untuk Umar agar mendapatkan hidayah untuk memeluk Islam. Umar akhirnya masuk Islam. Kekhawatiran para sahabat yang lain berubah menjadi optimisme. Keberanian Umar adalah alat kekuatan Islam.
Keberanian Umar bin Khattab
Nama Umar bin Khattab menjadi momok menakutkan bagi musuh-musuh Islam saat itu. Bahkan, tidak hanya dari golongan manusia, golongan setan juga lari terbirit-birit jika melihat Umar atau sekadar mendengar namanya.
Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan Tirmidzi. “Sesungguhnya setan benar-benar takut padamu wahai, Umar. Tatkala aku duduk budak wanita itu memukul rebana, lalu masuk Abu Bakar, Ali dan Utsman, dia masih memukul rebana, tatkala dirimu yang datang budak wanita itu melemparkan rebananya.”
Dalam hadis lain disebutkan, “Wahai Ibnul al-Khaththab, demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tanganNya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui"!
Sedangkan dalam hadis lain, Rasulullah saw pernah bersabda, “Sungguh aku melihat setan dari kalangan manusia dan jin lari dari Umar.” Keberanian Umar bin Khattab membuat musuh Islam tidak berkutik.
Doa Nabi Saw. untuk Umar
Sebelum masuk Islam, pemilik nama asli Abu Hafsh Umar al-Faruq bin Khattab ini sudah ditakuti oleh banyak pihak. Badannya yang tinggi besar serta karakternya yang tegas dan pemberani, membuat siapapun dibuat bertekuk lutut saat berhadapan dengannya.
Umar kemudian dinilai oleh Nabi Muhammad sebagai kekuatan tersendiri jika ia masuk Islam. Bahkan, Rasulullah pernah berdoa secara khusus agar Umar masuk Islam. Dalam satu riwayat, Nabi Muhammad berdoa, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai: Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam.".
Doa Nabi Muhammad pun kemudian dikabulkan, dengan masuknya Umar bin Khattab ke barisan umat Islam dan menjadi salah satu Sahabat Nabi paling setia.
Pengaruh Umar
Dengan masuknya Umar sebagai muslim, dakwah Nabi Muhammad pun semakin memiliki kekuatan. Keberanian, ketegasan, dan kegarangan Umar menjadi salah satu senjata andalan dalam perjalanan dakwah Nabi. Hingga ia dijuluki sebagai Asadullah atau singa padang pasir.
Keberanian Umar juga dibuktikan dengan suatu peristiwa yang membuat umat muslim saat itu ketar-ketir. Bagaimana tidak, di saat Rasulullah bersembunyi-sembunyi saat hijrah dari Makkah ke Madinah, Umar justru mengumumkannya di depan Ka'bah.
Ungkapan Keberanian Umar
Umar membuat pernyataan berupa ultimatum: “Barang siapa yang ingin anaknya menjadi yatim, istrinya menjadi janda dan orang tuanya tak lagi memiliki anak, silakan temui aku di lembah belakang kota Mekkah!” teriak Umar menantang seluruh orang kafir Quraisy. Namun, tidak ada yang berani melayani tantangannya. Beliau Rewa (Makassar) atau Masegge'(Bugis), artinya berani mappangara (menantang) pihak lawan yang bermaksud menghalangi dakwah Rasulullah Saw. Keberanian Umar berubah menjadi kekuatan Islam.
Lemah Lembut terhadap Istri
Menariknya, meskipun Umar dikenal garang terhadap musuh-musuh Islam, hingga ditakuti golongan manusia dan jin, tetapi di depan istrinya, Umar berperilaku sangat lemah lembut.
Sebuah kisah yang dituliskan oleh ulama besar asal Indonesia, Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya yang berjudul U'qud al-Jain menceritakan, bagaimana Umar memperlakukan istrinya dengan sangat lembut.
Ketika Umar Diomeli Istrinya
Dikisahkan ada seorang sahabat yang ingin berkunjung ke rumah Umar untuk berkonsultasi lantaran ia kerap mendapatkan diomeli sang istri. Tepat berada di depan pintu rumah Umar, ia dikejutkan dengan suara keras istri Umar yang sedang marah.
Sahabat tersebut pun urung mengetuk pintu. Ia tidak mendengar ada suara Umar di dalam rumah tersebut. Ia pun bermaksud untuk kembali ke rumahnya. Sambil bergegas pergi ia berkata dalam hati, "Kalau seorang khalifah saja hanya terdiam saat dimarahi istri, bagaimana denganku?"
Namun baru beberapa langkah, Umar terlihat membuka pintu dan keluar dari rumahnya. Umar pun memanggil sahabat yang hendak berkunjung ke rumahnya itu. Saat mereka berdua sudah duduk bersama, Umar pun bertanya akan maksud kedatangan sahabat tersebut, "Saudara ada keperluan apa datang ke rumahku?"
Sahabat pun menceritakan tujuan awalnya. Ia bermaksud ingin berkonsultasi persoalan dengan istrinya. Namun setelah mengetahui jika Umar pun sedang ada masalah dalam keluarganya, ia mengurungkan niatnya. Sahabat itu mempertanyakan sikap Umar yang hanya terdiam saat sang istri ngomel-ngomel memarahinya.
Mendengar pertanyaan tersebut, Umar hanya tersenyum. Menurutnya, ia tidak berhak membalas kemarahan sang istri. Seorang istri sudah bekerja, memasak, mencuci baju, mengasuh anak-anaknya, serta melayani segala kebutuhan dalam keluarganya, maka tidak pantas ia memarahinya.
"Aku cukup tenteram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu, aku menerimanya sekalipun dimarahi," kata Umar.
Mendengar penjelasan seperti itu, sahabat tersebut pun bertanya, apakah hal itu juga yang harus ia lakukan kepada istrinya? Umar menjawab, "Ya, terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja."
Sebagai seorang sahabat Nabi sekaligus khalifah, Umar sangat memuliakan peran wanita. Sebuah teladan yang baik untuk kita semua.
Singa jantan pun lembut dan romantis kepada betinanya. Justru, kekuatan Umar tampak, sebab ia mampu menahan diri ketika istrinya mencat-mencat dan ngomel-ngomel padanya. Keberanian Umar diarahkan untuk mengakui jasa-jasa baik istrinya.
Keutamaan sikap Berani
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari perilaku berani dalam kebenaran dan kejujuran, antara lain: Pertama, mendapatkan ketenangan jiwa sebab berjalan di jalan Allah Swt. Sementara ketenangan jiwa akan mendukung kepercayaan diri.
Kedua, orang yang berani akan terhalang dari perbuatan yang menghinakan diri. Dengan keberanian yang dikombinasikan dengan kebenaran dan kejujuran, Umar terhormat didepan kawan dan disegani lawan. Singa yang dikenal dengan si raja hutan itu tidak perlu bergerombol. Dalam jumlah sedikit, bahkan sendiri sekalipun pemberani sekaligus jujur selalu kuat.
Ketiga, orang yang berani, benar, dan jujur akan menjadi pribadi yang senantiasa optimis dalam berusaha dan dalam memandang setiap ketetapan Allah. Bahkan Umar memandang bahwa stok takdir yang tersedia di sisi Allah itu banyak. Kita punya kesempatan untuk memilih takdir yang lebih baik.
Keempat, orang memiliki keberanian di atas kebenaran dan kejujuran hidupnya senantiasa maju, kreatif, dan produktif karena didorong keberanian dalam kebenaran dan kejujuran. Itu sebabnya, pada masa pemerintahan Umar banyak sekali kebijakan yang tidak populis namun sangat visioner diambil oleh Umar. Terobosan ijtihad beliau sangat banyak dan terkesan argumennya kuat. Senantiasa mengacu pada kemaslahatan publik.
Pemberani juga mampu mencegah kejahatan dan keburukan di sekitarnya. Nahi mungkar hanya bisa tegak di atas kebenaran, keberanian, dan kejujuran.
Catatan Akhir
Karakter seringkali sulit diubah. Tak perlu dipaksa untuk berubah. Namun ia dapat diarahkan dan diaktifkan kepada hal-hal yang positif. Umar yang terkenal sebagai singa padang pasir, baik sebelum masuk Islam maupun setelah masuk Islam, hampir tidak ada yang berubah. Umar tetap saja menjadi singa Padang pasir setelah memeluk Islam.
Namun, yang berbeda adalah keberanian Umar sebelum masuk merupakan momok mencemaskan bagi sahabat Nabi Saw. Bahkan Umar pernah memuncak kemarahannya hingga berniat untuk membunuh Rasulullah Saw. Namun berkat doa Rasulullah Saw. pada suatu ketika mudah-mudahan Umar masuk Islam. Ia pun dihalangi oleh seseorang. Ternyata benar doa Rasulullah, Umar menyatakan syahadatnya di hadapan Rasulullah Saw.
Setelah beliau masuk Islam, karakternya sebagai laki-laki pemberani atau Rewa (Makassar) atau Masegge' (Bugis) tetap. Karakternya sebagai laki-laki pemberani tetap. Bedanya adalah, keberanian Umar sebelum masuk Islam menjadi momok bagi Islam. Sedangkan keberanian beliau setelah masuk Islam menjadi alat kekuatan bagi dakwah Islam.
Jadi, fungsi dakwah dan pendidikan bukanlah mematikan atau mengamputasi karakter, melainkan membimbing, mengarahkan, mengembangkan, dan mengaktifkan ke arah yang positif. Dakwah dan pendidikan tidak bertujuan mencabut karakter dasar dan menggantinya dengan yang lain. Tidak demikian. Manusia bukan robot yang bisa dibongkar pasang.
Dalam perspektif kearifan lokal, kebudayaan orang Bugis misalnya, keberanian (awaraning), kejujuran (lempu'), kebenaran (tongeng), asas kepatutan (assitinajang) merupakan syarat kepemimpinan. Orang yang ragu atau penakut (balloreng), tidak jujur (jekkong), dan kebenaran (tongeng), serta tidak memegang teguh nilai-nilai dan prinsip dasar tersebut pasti akan kehilangan keberanian. Rahasia kesuksesan kepemimpinan Umar bin Khattab ada pada keberanian beliau.
Di balik keberanian dan keperkasaan Umar bin Khattab, terdapat kelembutan dan pengertian yang luar biasa. Pesan bisu untuk menghindari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) telah dinarasikan dalam sikap Umar bin Khattab ketika beliau menyikapi sikap emosional istrinya. Justru kelembutan membutuhkan keberanian untuk mengakui peran penting dan pengorbanan masing-masing pasangan dalam sebuah rumah tangga. Rumah tangga yang ideal bukan karena tanpa masalah, melainkan karena cara menyikapinya yang tepat
.
0 komentar