BLANTERORBITv102

    NILAI BUDAYA LEMPU' SEBAGAI KEBAIKAN UNIVERSAL

    Senin, 08 Februari 2021

    Oleh: Muhammad Yusuf

    Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar

    Prolog

    Catatan kali ini mengangkat tema "lempu'" sebagai upaya mengingatkan diri saya dan Anda. Maaf, mungkin agak panjang dan terasa melelahkan. Untuk para mahasiswa, agar selain membenahi otaknya  dengan ilmu, kita juga berupaya menghiasi diri dengan karakter yang baik, khususnya kejujuran (alempureng). Sebab, seseorang bisa saja meraih sukses karena ilmunya, tetapi kemudian ia jatuh karena ketidakjujurannya. Berbeda dengan orang yang berilmu sekaligus jujur. Ia meraih sukses karena ilmunya dan survive dalam kesuksesannya karena karakter kejujurannya yang kuat. 

    Para penuntut ilmu pada akhirnya banyak yang berhasil menjadi orang pintar. Tapi, tidak semua yang pintar berhasil menjadi orang yang berintegritas baik. Faktanya, oknum-oknum yang melakukan tindak pidana korupsi banyak dari kalangan sarjana lulusan universitas terkemuka. Artinya, secara keilmuan tidak banyak diragukan. Yang dikhawatirkan adalah kaum terpelajar yang tidak berintegritas atau tidak jujur.

    Makna Lempu'

    Kalau makna lempu' itu hendak diterangkan secara detail maka tentu akan sangat panjang jadinya. Dalam tulisan ini tidak dijelaskan keseluruhannya. Di sini saya bermaksud memberikan pengertian awal saja tentang makna lempu'.

    Lempu’,  jika dialihbahasakan dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia berarti "jujur". Adapun arti logatnya adalah 'lurus, yang merupakan lawan dari bengkok. Di dalam berbagai konteks, seringkali diartikan ikhlas, benar, baik, atau adil, sehingga kata-kata seperti culas, curang, dusta, khianat, seleweng, buruk, tipu, aniaya dan lain-lain merupakan antonim (lawan katanya).

    Lempu’ sendiri menurut La Mellong atau yang lebih dikenal sebagai Kajao La Liddong, seorang cendikiawan Bone, ketika ditanya oleh raja Bone ke-7 (1568-1584) La Tenrirawe Bongkanne, mengenai apakah saksinya atau buktinya kejujuran? ‘’Seruan ya Arumpone!” Apa yang diserukan ya Kajao? Adapun yang diserukan ialah:

    "Aja’ muala tanettaneng tania tanenttanenmu, aja’ muala waramparang tania waramparanmu nataniato mana’mu, aja’to muppassu’ tedong natania tedommu, enrenge annyarang tania annyarammu, aja’to muala aju ripasanre’ nataniko pasanre i, aja’to muala aju riwetta wali nataniko mpettawaliwi”

    Artinya: "Jangan mengambil tanaman yang bukan tanamanmu; jangan mengambil barang-barang yang bukan barang-barangmu, bukan juga pusakamu; jangan mengeluarkan kerbau (dari kandangnya) yang bukan kerbaumu, juga kuda yang bukan kudamu; jangan ambil kayu yang disandarkan, bukan engkau yang menyandarkannya; jangan juga kayu yang sudah ditetak ujung pangkalnya yang bukan engkau menetaknya".

    Tanaman dan kerbau disini dapat diandaikan sebagai sumber makanan (pangan), adapun kuda dapat diandaikan sebagai alat buat menyelenggarakan penghidupan (sandang). Poin utama dari seruan ini menunjukkan bahwa kejujuran itu bermakna pula menghormati hak-hak pemiliknya, biarpun yang empunya tidak mengawal atau tidak sedang mengawasi miliknya.

    Tambahan lagi, Tociang, cendikiawan Luwu, ketika diminta nasehatnya oleh calon raja (datu) Soppeng yang bernama La Manussa’ Toakkarangeng, menerangkan bahwa:

    "Eppa’i gau’na Lempu’e: risalaie naddampeng, riparennuangie temmaceko bettuanna risanresi teppabbeleang, temmangoangenngi tania olona, tennaseng deceng rekko nassamarini pudecengi ”

    Artinya: "Ada empat perbuatan jujur:  memaafkan orang yang berbuat salah padanya; dipercaya lalu tak curang, artinya disandari lalu tak berdusta; tak menyerakahi yang bukan haknya; dan tidak memandang kebaikan kalau hanya buat dirinya, baginya baru dinamakan kebaikan jika dinikmati bersama'. 

    Saya meyakini bahwa nilai lempu' ada pada semua suku bangsa (budaya) dan pada semua agama samawi. Kejujuran (lempu') tidak diragukan lagi sebagai nilai universal. Sebab, jangankan orang yang jujur, orang yang culas pun tidak akan menerima apabila dirinya yang diperlakukan culas, curang, dan dibohongi. Hal itu membuktikan bahwa lempu' merupakan kebaikan universal (yang dijunjung tinggi oleh oleh seluruh agama dan budaya umat manusia.

    Pentingnya Lempu' 

    Ayo, kita simak sebuah pengalaman hidup yang membuktikan bahwa lempu' menjadi nilai utama. Bahkan tanpa kejujuran (lempu') maka ilmu tidak dapat menolong seseorang. Orang berilmu akan menjadi terhormat apabila ia berilmu dipaketkan dengan lempu'.

    Kisah ini saya sudah melihat di-posting di media termasuk media sosial. Namun, sebagai renungan buat Anda dan saya, maka saya kutip kembali di sini. Kisahnya begini:

    Beberapa tahun lalu, seorang wanita dari Asia datang ke Prancis, untuk kuliah di salah satu universitas terkenal di Paris. Dia memang cerdas, Prancis dan Inggris-nya juga sangat baik, sehingga ia lulus seleksi.

    Sejak mulai kuliah di hari pertama, dia menyetujui sistem transportasi di Paris menggunakan sistem otomatis. Terkait, beli tiket sesuai dengan tujuan melalui mesin.

    Setiap perhentian kendaraan umum, pakai cara swalayan , dan jarang sekali pakai petugas. Bahkan inspeksi insidentil oleh petugas pun tidak ada, bukan karena manajemennya buruk, tapi tidak percaya dan tertib sosial di sistem transportasi Kota Paris memang sudah baik.

    Akhirnya lama kelamaan, dia menemukan kelemahan sistem ini; dan dengan kelihaiannya itu dia bisa naik transportasi umum tanpa harus membeli tiket, dan dia sudah membelanjakan pengeluaran naik karena tidak membeli tiket, sangat kecil.

    Karena itu, dia selalu naik kendaraan umum dengan tidak membeli tiket. Ia menentang menganggapnya sebagai salah satu cara menghemat; sebagai pelajar miskin yang dengan cara apapun bisa irit, ya diirit. Dia bahkan merasa bangga, karena menganggapnya sebagai 'kehebatan' yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.

    Empat tahun berlalu, perempuan muda itu pun tamat cum laude dari fakultas favorit dan universitas ternama di Paris, dengan angka indeks prestasi kumulatif (IPK) yang sangat bagus. Hal itu membuat dirinya penuh percaya diri.

    Setelah wisuda, gadis itu mulai membuka aplikasi surat lamaran kerja ke beberapa bekerja di Paris.

    Pada mulanya, semua yang dikirimi surat lamaran melalui email menjawab dengan baik, karena IPK-nya yang tinggi dan diterima universitas top di Paris. Tapi beberapa hari kemudian, semuanya ditolak dengan berbagai alasan.

    Hal ini terus terjadi berulang kali, sampai akhirnya membuatnya merasa jengkel dan marah. Dia bahkan sampai menuding, bahwa  perusahaan-perusahaan itu rasis,  karena tidak mau menerima warga negara asing,  meski lulus cum laude dari universitas ternama di Paris.

    Akhirnya, pada suatu hari karena penasaran bercampur dongkol, ia memutuskan untuk mengadukannya ke Departemen Tenaga Kerja Prancis di Paris. Dia ingin melapor, sekaligus ingin tahu kenapa perusahaan-perusahaan tersebut menolaknya.

    Tapi, ketika bertemu dengan salah satu manager di kantor Depnaker Paris tersebut, ia mendapat penjelasan yang di luar perkiraannya.

    Berikut adalah dialog mereka:

    Manager:  "Nona, kami tidak rasis, sebaliknya kami sangat mementingkan Anda. Pada saat Anda mengajukan aplikasi pekerjaan di perusahan, kami sangat terkesan dengan nilai akademis dan pencapaian Anda. Sesungguhnya, berdasarkan kemampuan, Anda sebenarnya adalah golongan pekerja yang kami cari-cari."

    Nona: "Kalau begitu, kenapa perusahan-perusahaan tersebut tidak menerima saya bekerja?”

    Manager: "Jadi begini, setelah kami periksa di database, kami menemukan data bahwa Nona pernah tiga kali kena sanksi tidak membayar tiket saat naik kendaraan umum."

    Nona (kaget): "Ya, saya mengakuinya. Tapi, apakah karena perkara kecil tersebut semua perusahaan boleh menolak saya?"

    Manager: "Perkara kecil? Kami tidak menganggap itu perkara kecil, Nona. Kami lihat di database, Anda pertama kali melanggar hukum terjadi di minggu pertama Anda masuk di negara ini. Saat itu petugas percaya dengan penjelasan Anda,  bahwa Anda masih belum mengerti sistem transportasi umum di sini. Itu sebabnya kesalahan tersebut diampuni. Namun Anda tertangkap dua kali lagi setelah itu."

    Nona: "Ohh, waktu itu karena tidak ada uang kecil saja."

    Manager: "Tidak, tidak. Kami tidak bisa terima penjelasan Anda. Jangan anggap kami bodoh. Kami yakin Anda telah melakukannya ratusan kali sebelum tertangkap."

    Nona: "Well, baiklah. Tapi, itu kan, bukan kesalahan mematikan? Kenapa harus begitu serius? Lain kali saya perbaiki dan berubah kan masih bisa?"

    Manager: "Maaf, kami tidak menganggap demikian, Nona. Perbuatan Anda membuktikan dua hal: Pertama, Anda tidak mau mengikuti peraturan yang ada. Anda pintar mencari kelemahan dalam peraturan dan memanfaatkannya untuk diri sendiri. Kedua, Anda tidak bisa dipercaya!

    “Nona, banyak pekerjaan di berbagai perusahaan di negara Prancis ini bergantung pada kepercayaan atau trust. Jika Anda diberikan tanggungjawab atas tugas di sebuah wilayah, maka Anda akan diberikan kuasa yang besar

    "Karena efisiensi biaya, kami tidak akan memakai sistem kontrol untuk mengawasi pekerjaan Anda, dan hampir semua perusahan besar di Prancis ini mirip dengan sistem transportasi di negeri ini."

    "Oleh sebab itu, kami tidak bisa menerima Anda, Nona. Dan saya berani katakan, di negara kami bahkan seluruh Eropa, tidak akan ada perusahan yang mau menggunakan jasa Anda."

    Pada saat itu, wanita ini seperti tertampar dan terbangun dari mimpinya, dan merasa sangat menyesal.  Tapi, penyesalan selalu datang terlambat; ketika nasi sudah jadi bubur atau peristiwa buruk telah terjadi.

    Perkataan manager yang terakhir, membuat hatinya bergetar dan sangat menyesal. Ia akhirnya terdiam seribu bahasa, tidak bisa berkata apapun.

    Pesan Moral

    Ada pesan moral yang sangat berharga yang bisa kita petik dari kisah nyata mahasiswi pintar tersebut. Moral dan etika itu amat penting, bahkan ditempatkan di atas kepintaran, kecerdasan, atau kegeniusan.

    Dalam kehidupan sosial, moral, integritas, dan etika seseorang dapat kekurangan IQ atau kepintaran intelektual. Tapi IQ atau kepintaran, bagaimana pun tingginya, tidak akan bisa menolong moral dan integritas yang buruk.

    Sejalan dengan itu, Samuel Johnson (1709-1784), sastrawan Inggris mengatakan: " Pengetahuan tanpa integritas itu berbahaya dan mengerikan " (Pengetahuan tanpa integritas pasti berbahaya dan emosional).

    Begitu pula Clive S Lewis (1898-1963), profesor di Universitas Oxford dan penulis novel terkenal Inggris mengatakan: "Integritas adalah melakukan hal yang benar-benar kompilasi tidak ada yang melihat. Integritas dan kejujuran adalah kekayaan yang paling populer sebagai manusia.

    "Ketika kehilangan kekayaan, anda tidak kehilangan apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, anda kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter, anda kehilangan segalanya” (Billy Graham)

    Nilai Pendidikan karakter adalah segalanya. Salah satunya adalah karakter jujur (lempu'). Pengalaman pada kisah nyata di atas menunjukkan bahwa kejujuran memang tidak ditemukan pada kurikulum khusus tentangnya. Namun, nilai luhur lempu' itu mestinya terintegrasi ke dalam semua matapelajaran dan seluruh matakuliah.

    Salah satu peribahasa Bugis, yakni "duami riala sappo unganna panasaé bélo kanukué" yang berarti hanya dua dijadikan pagar (perisai), bunga nangka dan hiasan kuku. Panasa juga berarti lempu' (nangka).  Lempu (nangka) simbol dari lempu' (jujur). Kode dari langit pun mengingatkan kepada kita agar kita menjaga diri untuk tetap jujur. Caranya kita memilih lingkungan pergaulan bersama mereka yang jujur. "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (benar)" (QS. At-Taubah: 119).

     Salam nalar kritis!